JAKARTA (voa-islam.com) - Melihat kebijakan dan perilaku pemimpin negeri ini pada satu atau dua tahun terakhir ini memunculkan hipotesis yang sebenarnya dapat dihitung dan dikalkulasi secara empiris jika nantinya, 20-30 tahun dari saat ini, kota-kota besar di Indonesia akan hanya di isi oleh etnis Cina.
Sekarangpun sudah mulai nampak di pusat-pusat kota provinsi sudah dikuasasi oleh Cina. Di mana umumnya mereka ini, jenis manusia bermental kapitalis dengan dengan latarbelakang pendidikan, teknologi, determinasi sosbudpol dan juga didukung dengan kepemilikkan modal yang tidak terbatas.
Benarkah ini akan terjadi, misalnya seperti Singapura yang dulu jelas mayoritas orang-orang Melayu, lihatlah kini?
AS sendiri hampir seluruh tatanan hidupnya dikuasai oleh Yahudi? Saya akan coba rekonstruksikan hal-hal tersebut dari sudut yang dapat sangat jelas (mudah) terlihat.
Pertama, pemerintah saat ini mulai menghilangkan kelompok manusia-manusia marginal yang hidup d ikalangan kumuh baik itu ilegal maupun legal ke rusun/ rusunawa dengan menggratiskan biaya tempat tinggal tersebut di waktu tertentu.
Namun selanjutnya akan diberikan pola sewa. Di mana jika para manusia marginal tersebut pada akhirnya tidak dapat membayar sewa, maka selanjutnya dapat diduga, selanjutnya mereka akan sekali lagi terusir dari tempat tinggalnya, yang saat ini mendiami rusun-rusun, dan mereka akan dimigrasikan, baik ke desanya dan atau ke daerah terpencil lainnya.
Kenapa bisa seperti itu?
1. Karena pemerintah tidak menyiapkan jaring pengaman seandainya para miskin papa tidak dapat membayar sewa kecuali di usir dari rusun/ rusunawa secepatnya. Monggo di baca, "Bila 3 Bulan Tak Bayar Sewa, Penghuni Rusun Diusir".
2. Pemerintah pun tidak punya niat untuk melaksanakan mandat konstitusi UUD yang tertulis jika seluruh anak terlantar dan fakir miskin dipelihara oleh negara.
3. Pemerintah pun tak punya tanggungjawab untuk mendidik, memberikan pekerjaan dan memberikan upah yang layak bagi segenap rakyatnya tanpa terkecuali. Monggo jika anda semua punya alasan lainnya.
Kemudian siapa yang akan mengisi rusunawa yang kosong itu? Pastinya penduduk lokal (pribumi) yang masih belum mempunyai tempat tinggal, namun pastinya para pribumi lama kelamaan akan terus berkurang sehingga dapat diisi oleh penduduk lainnya yang belum tentu sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tentu, yang pasti yang akan mengisinya orang-orang pendatang yaitu Cina. Di mana sekarang telah terjadi migrasis besar-besaran Cina daratan ke Indonesia.
Saya sangat curiga tentang hal ini dengan sangat besar dan cenderung 'sinis'? Sangat jujur saya utarakan jika berbicara secara dialektis, karena lihatlah yang terjadi saat ini, ada kebijakkan yang sangat lucu, seperti pertukaran 10 juta penduduk. Di mana migrasi penduduk Cina daratan ke Indonesia akan terjadi besar-besaran.
Di mana ini belum pernah saya lihat di negara manapun juga kecuali dalam skala yang sangat kecil saja (satuan atau di angka puluhan saja bukan?) dan masalah-masalah imigrasi yang 'clearly' sangat terlihat jika hal ini mengarah kepada akan 'menggusur' pribumi secara sangat perlahan-lahan dan 'halus' dan terorganisir, dimulai dari 'menggoyang' tempat tinggalnya yang selanjutnya akan 'dimainkan' melalui pekerjaannya. Untuk hal ini banyak sekali artikel pendukung, monggo dicari dan di baca secara mandiri.
Kedua, pemerintah saat ini mendukung dan (akan) mengijinkan kepemilikkan properti oleh orang asing dengan alasan persaingan regional. Walau hal ini jelaslah analogi yang tidak 'head-to-head' alias sangat pincang sekali. Misalnya saya ambil contoh Malaysia, dengan rasio pembiayaan perumahan Malaysia saat ini sudah mencapai 33,8 persen dari PDB dan Indonesia sendiri baru mencapai 3,4 persen .
Lagi, backlog atau kekurangan perumahan yang disebutkan masuk ke dalam persaingan negara-negara regional tersebut sangatlah kecil dibandingkan backlog perumahan yang terjadi di negeri ini pada saat ini. Layaknya, seperti mempertandingkan bayi 3 tahun yang baru bisa berjalan dan berlari ke sebuah 'Perlombaan Lari 10K' orang dewasa.
Sudah dapat diprediksi apa yang akan terjadi terhadap pada para pribumi terkait hal ini? Pribumi akan beribu-ribu kali lebih sulit terhadap kepemilikkan rumah, karena pada saat ini pun para pribumi sudah sangat sulit untuk mendapatkan rumah yang layak secara tempat dan ukuran yang mendukung kreatifitas, baik secara pendidikan maupun profesional.
Ketiga dan yang paling penting, pemerintah saat ini punya kebijakkan membangun negeri ini secara masif dan membabi-buta! Kenapa saya bilang membabi buta?
Jokowi telah menyerahkan pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, dan pembangunan pembangkit tenaga listrik seluruh Kalimantan kepada Cina. Asset ekonomi, sektor keuangan (perbankan), industri proferti, perkebunan, dan pertambangan, semua sudah di tangan Cina. Sekarang mereka merambah ke politik,dan ingin menguasai kedaulatan politik.
Karena pembangunan saat ini punya orientasi yang sangat kapitalis dan bersahabat dengan erat dengan para neo-imperialis, ini dijabarkan dengan baik oleh seorang Faisal Basri dalam artikel-artikelnya baru-baru ini. Silahkan dicari dan dibaca lalu dicerna dan ambil kesimpulan dari data-data yang di tulisnya, salah satunya,"Jokowi Lebih Neolib Dibanding SBY".
(oleh Bhayu Parhendrojati/kmpsn)