CAIRO (voa-islam.com) – Inti rezim Syiah Alawiyyin Suriah adalah militer. Di mana oligarki militer yang terdiri kelompok minoritas Syiah menguasai supra struktur negara. Seperti militer, kepolisian, departemen dalam negeri, intelijen, dan birokrkasi pemerintahan.
Maka, jika rezim Bashar al-Assad runtuh, maka seperti kotak pandora, dan mruntuhkan bangunan militer yang didukung Rusia. Dampaknya, rezim despostis dan rezim militer di selluruh Timur Tengah akan ikut runtuh.
Maka, di tengah kritikan terhadap dukungan Presiden Vladimir Putin terhadap Bashar, ikut membeikan dukungan Presiden Mesir, Marsekal Abdul Fattah al-Sisi. Karena, inti dari kekuasaan di Mesir, adalah oligarksi militer yang sangat otoriter alias tangan besi.
Maka, pemerintah Mesir mengatakan, bahwa intervensi Rusia di Suriah akan menghentikan penyebaran terorisme dan membantu memberikan pukulan yang telak bagi ISIS di negara yang dilanda perang, kata Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry, Sabtu, 3/10/2015.
Rusia melancarkan serangan udara ke Suriah, yang merupakan intervensi terbesar Timur Tengah dalam beberapa dekade, dan ini menandai eskalasi yang dramatis dalam perang saudara lebih dari empat tahun. Di mana negara-negara besar di kawasan itu memiliki saham kekacauan dan peang di Suriah.
"Masuknya Rusia, mengingat kemampuan potensialnya, dan sesuatu yang kita lihat akan memiliki efek membatasi dan pemberantasan terorisme di Suriah", kata Shoukry dalam sebuah wawancara televisi pada hari Sabtu.
Vladimir Putin mengatakan ia akan menghancurkan ISIS dan membantu Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang menjadi sekutu terdekat Rusia di kawasan Timur Tengah. Tapi Amerika Serikat khawatir bahwa Moskow yang menopang Assad, menurut Washington segera Assad harus harus meninggalkan kekuasaannya.
Komentar Shoukry ini hanya tanda terbaru dari peningkatan hubungan antara Rusia dan Mesir. Dalam kunjungan kenegaraan ke Rusia, Presiden Abdel Fattah al-Sisi, Agustus, kedua negara menyerukan koalisi melawan terorisme di Timur Tengah.
Kemudian, Juni, Mesir dan Rusia mengadakan latihan angkatan laut pertama kalinya bersama mereka. Sebenarnya, di era Gamal Abdul Nasser yang berhaluan sosialis (Komunis),
Mesir menjadi sekutu Uni Soviet, dan mendapatkan bantuan senjata besar-besaran. Di era Gamal Abdul Nasser itu, pemerintahan Nasser memberangus Jamaah Ikhwanul Muslimin, dan ribuan tokoh dan kadernya di penjara dan dihukkum mati, diantaranya Sayyid Qutb dan Ali Audah dihukum gantung.
Mesir, negara yang paling padat penduduknya-dunia Arab, dihadapkan oleh pemberontakan yang semakin keras di Sinai Utara. Di mana kelompok militan yang paling aktif telah berjanji setia kepada ISIS. Mesir juga menghadapi masalah keamanan dan politik, sejak rezim junta militer dibawah al-Sisi melakukan kudeta terhadap Presiden Mursi, tahun 2013. (mashadi/voa-islam.com)