RIYADH (voa-islam.com) – Kalangan sekuler dan kelompok liberal di Mesir, yang berkiblat ke Israel, dan menjadi pendukung rezim Al-Sisi, tak lama sesudah Raja Salman bin Abdul Aziz menggantikan Raja Abdullah, mengatakan akan menggulingkan Salman. Kekuasaan Salman diprediksi tidak akan berumur panjang.
Memang, tak lama, sesudah Salman diambil sumpahnya, hanya waktu satu pekan, Raja Salman bin Abdul Aziz, melakukan perubahan besar-besaran di Kerajaan Arab Saudi diganti. Seluruh pos strategis di negeri petro dolar itu, diganti, dan pejabat-pejabat baru, sangat berbeda dengan pejabat lama.
Raja Salman mengangkatnya Pangeran Mohamad yang masih berumur 38 tahun, diangkat menjadi menteri pertahanan, dan pembangunan Arab Saudi. Menteri Luar Negeri, digantikan oleh Adel al-Jubeir, yang bukan keturunan dari dinasti al-Saud, tapi seroang diplomat yang hebat, dan sekarang menangani kebijakan luar Arab Saudi, di tengah konflik seperti di Suriah, Irak, dan Yaman.
Menteri Dalam Negeri, Kepala Keeamanan Nasional, Kepala Intelijen, Menteri Perminyakan, dan sejumlah gubernur, juga duta besar Arab Saudi untuk Washington juga diganti. Semua kebijakan dan keputusan yang diambil Salman benar-benar melawan arus utama (mainstream) dikalangan para pemangku kekuasaan di Arab Saudi.
Pejabat-pejabat di zaman Raja Abdullah seluruh diganti dan dirumahkan. Salman mengontro seluruh kekayaan Arab Saudi, dan bahkan dia membagikan kepada rakyat Arab Saudi dengan cuma-cuam. Termasuk memberikan “bonus” kepada para pegawai, mahasiswa, memberikan rumah, dan segala fasilitas kepada rakyatnya. Tak kurang $ 20 miliar dolar uang Kerajaan yang dibagikan kepada rakyatnya. Tapi, kebijakan yang diambil Raja Salman ini tidak disukai sebagian kalangan para putera mahkota Arab Saudi.
Sekarang beredar “rumors' yang mengatakan seorang pangeran Arab Saudi mengklaim sejumlah anggota keluarga kerajaan ingin menjatuhkan Raja Salman bin Abdul Aziz, 79 tahun dari kekuasaannya, dan menggantinya dengan adiknya.
Pangeran itu mengatakan para ulama berpengaruh di Saudi sudah menyatakan dukungan buat memuluskan rencana kudeta itu. Usulan menjatuhkan Raja Salman itu sudah diajukan oleh delapan dari 12 putra raja pendiri Arab Saudi, Raja Saud, seperti dilansir koran the Daily Mail, Ahad (25/10).
Sang pangeran itu menuturkan sekitar 75 persen ulama menginginkan Pangeran Ahmad bin Abdulaziz, 73 tahun, sebagai pengganti Raja Salman. Menurut laporan koran the Independent, pangeran tak ingin diketahui namanya karena alasan keamanan itu sebelumnya sudah menulis dua surat kepada keluarga Kerajaan Saudi untuk mendepak Raja Salman.
“Jika Raja meninggalkan Arab Saudi dia akan dihormati baik di dalam dan di luar negeri,” kata dia kepada Independent. “Sebagai gantinya Pangeran Ahmad akan menjadi Raja. Dia akan bertanggung jawab kepada seluruh negeri–ekonomi, minyak, tentara, garda nasional, kementerian dalam negeri, badan intelijen.”
Pangeran yang merahasiakan namanya itu mengungkapkan seluruh rakyat Saudi marah dengan Raja Salman karena keterlibatan Saudi dalam Perang Yaman dan peristiwa Tragedi Mina saat pelaksanaan haji lalu yang menewaskan lebih dari 2.000 orang.
Selain itu, keputusan Raja Salman yang menunjuk putranya Muhammad bin Salman, 30 tahun, sebagai Wakil Raja dan Menteri Pertahanan juga membuat gusar keluarga kerajaan.
Di tengah menurunnya harga minyak dunia, lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan Saudi akan memburuknya ekonomi. IMF menyatakan dalam lima tahun lagi Saudi akan bangkrut, karena kehabisan aset keuangan, kecuali Negara Petro Dollar itu mau menghemat anggaran pengeluaran.
Pangeran Saudi itu menuturkan, Pangeran Ahmad, jika jadi menggantikan Raja Salman, akan menerapkan kebijakan baru yang lebih mendukung kebebasan berpikir dan membebaskan tahanan politik yang tidak terlibat terorisme.
Para ulama mendukung Pangeran Ahmad, yang berlatar belakang master di bidang ilmu politik, karena dia punya gaya hidup yang lebih moderat. Digambarkan Pangeran Ahmad, sebagai “Pangeran Ahmad suka gurun, berburu dan bersantai di tepi Laut Merah atau di Taif, atau di gunung. Dia relijius tapi berpikiran terbuka. Dia bisa bahasa Inggris dan mengikuti berita- berita dunia,” kata si pangeran.
Intinya Salman bin Abdul Aziz yang hafal al-Qur'an, dan dari keturunan seorang ibu dari suku Durani itu, banyak tidak disukai kalangan sekuler dan liberal, dan memiliki orientasi ke Barat, dan kedekatann dengan Israel. Termasuk kemarahan Mesir, sesudah Arab Saudi tidak lagi mendukung dana kepada Mesir, yang terancam bangkrut.
Erdogan dan Raja Salman memang menjadi agenda berikutnya, sesudah Mursi yang sudah digulingkan oleh al-Sisi, dan penggulingan itu, skenario Amerika dan Israel. Erdogan dan Salman menjadi "vanguard" (pelopor) kebangkitan kembali dunia Islam, di tengah konflik yang hebat di Suriah, Irak, dan Palestina.
Salman dan Erdogan walaupun sudah di fatwakan sebagai "murtad" oleh sebagian kelompok "takfiri", tapi bila Erdogan dan Salman terguling, maka dunia Islam akan seperti anak yatim piatu.
Salman, Erdogan, sedangkan membangun poros baru, yaitu antara Riyadh, Qatar, dan Ankara, yang merupakan inti dari Dunia Islam, dan Erdogan, Salman dan Raja Hamad Thani ingin menyelamatkna dunia Islam, dan Palestina.
Pertemuan Salman dengan Khalid Misy'al, Erdogan dan pemimpin Qatar, mengisyaratkan adanya korelasi antara para pemimpinn dikawasan itu, menghadapi perubahann yang terjadi, termasuk dukungan negara-negara Barat kepada Iran yag sedang membangun arsenal nuklir. Barat menginginkan Dunia Arab dan Islam yang tetap "ramah" terhadap Barat.
Namun, dikalangan dunia Arab terjadi keresahan yang mendalam terhadap perubahan di Timur Tengah, bersamaan dengan dukungan enam negnara utama di dunia, yaitu Amerika, Rusia, Jerman, Perancis, Inggris, dan Jerman terhadap program nuklir Iran.
Arab Saudi juga sangat prihatin dengan usaha-usaha yang dilakukan Iran ingin menancapkan hegemoninya di kawasan Timur Tengah dengan terus menggoncang negara-negara Arab. Inilah ancaman masa depan. Koalisi antara Yahudi, Salibis (kristen), dan Majusi Iran yang ingin menghancurkan dunia Islam (Sunni). (mashadi/voa-islam.com)