Tony Rosyid
(Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)
Ratna Sarumpaet (RS) lebam wajahnya. Prabowo dapat kiriman foto. Prabowo datang, menjenguk sekaligus klarifikasi. RS buat pernyataan bahwa ia diculik, diseret, dipukulin, lalu dilempar dari mobil di daerah Cimahi Bandung. RS menceritakan detil kronologinya, tempat dan para pelakunya.
Prabowo percaya. Kenapa? RS adalah teman dan selama ini tak punya track record kebohongan. Reputasinya bagus. Sebagai teman dan pimpinan, Prabowo terdorong untuk membela dan melindungi. Jumpa pers dan minta polisi mengusut tuntas kasus RS.
Apakah Prabowo salah? Tidak! Setiap yang waras pasti tidak menyalahkan Prabowo. Karena Prabowo adalah korban. Bukan pelaku. Korban siapa? Korban kebohongan RS? Atau korban sekenario besar yang ingin menghancurkan Prabowo dengan menggunakan RS? Publik curiga.
Kecurigaan publik masuk akal juga. Blamming the victim (menyalahkan korban) biasanya melibatkan sebuah design peristiwa yang terencana.
Cermati urutan peristiwanya. Prabowo dapat kiriman foto RS yang wajahnya lebam (1/10). Besoknya Prabowo datang menjenguk dan klarifikasi (2/10). Dengan sejumlah tokoh, Prabowo mendapat cerita detil tentang kronologi peristiwa penyeretan, pemukulan dan pelemparan RS. Sangat dramatis. Rasa empati sebagai teman dan atasan muncul. Prabowo konferensi pers. Menuntut polisi sebagai pihak yang berwajib menuntaskan kasus SR. Sampai disini, apa yang salah dari Prabowo? Justru salah jika Prabowo diam dan tak peduli.
Selang satu hari (3/10), RS konferensi pers. Mengaku kalau ia bohongin Prabowo dan sejumlah tokoh yang bergabung dalam tim Prabowo. Kabarnya, sebelum konferensi pers, RS mengundang tokoh-tokoh yang ada di kubu Prabowo. Kebetulan mereka tidak pada hadir, kecuali Sambo. Pertimbangannya? Tidak ingin mengkapitalisasi kasus kriminal ini ke urusan politik. Bisa dibayangkan jika Prabowo dan semua tokoh pentingnya hadir, lalu RS mengatakan bahwa ia telah membohongi semua tokoh yang ada di situ. Habis!
Hari dimana RS jumpa pers, temuan polisi lengkap. Semua data-data terkait peristiwa itu sudah nyebar di medsos. Terkait CCTV, 23 rumah sakit, hasil wawancara sejumlah orang, transfer rekening, sampai dokter bedah plastik sudah dipublish. Bahkan sebelum polisi bertemu dan lakukan penyelidikan kepada RS. Kerja gesit polisi perlu diapresiasi. Top! Apalagi jika pola kerja seperti ini berlaku untuk kasus Novel Baswedan, Hermansyah, dan kasus-kasus lainnya. Reputasi polisi pasti naik. Hari itu pula masif meme yang menyerang RS dan Prabowo.
Lalu, Farhat Abbas, salah satu jubir timses Jokowi melaporkan Prabowo beserta sejumlah anggota timnya ke polisi. Totalnya ada 17 orang yang dilaporkan. Surat laporannya LP/B/1237/X/2018/BARESKIM sudah diterima polisi dengan nomor STTL/1007/X/2018/BARESKIM. Tuduhan pidananya menebar berita bohong.
Tidak sampai disitu, hari Rabunya, tanggal 4/10, pasangan Prabowo-Sandi pun dilaporkan ke Bawaslu oleh GNR (Garda Nasional Untuk Rakyat) dengan bukti-bukti yang lengkap. Tujuannya? Prabowo-Sandi didiskualifikasi sebagai capres dan cawapres. Hanya butuh waktu dua hari untuk membuat Prabowo tersudut. Tak sulit. Publik kemudian bertanya: Ada apa ini?
Dari rangkaian peristiwa itu publik curiga. Seolah ada design besar untuk menjatuhkan, bahkan mendiskualifikasi Prabowo-Sandi sebagai capres dan cawapres.
Satu hari setelah jumpa pers, RS ke Chile (4/10). Hadiri acara The 11 th Women Playright Internasional Conference 2018 tanggal 7-9 Oktober 2018. Pemberangkatan RS ke Chile yang disponsori oleh Pemprov DKI mulai dikait-kaitkan. Jauh sebelum keriuhan terjadi, RS memang kirim proposal ke DKI. Tepatnya tanggal 31 Januari 2018. Tanggal 19 Februari 2018, Gubernur DKI kasih disposisi. Sembilan bulan sebelum kasus RS terjadi. Cukup aneh jika gubernur DKI ikut diseret-seret.
Apakah ada pihak yang sengaja mengarahkan panah ke Gubernur DKI, Anies Baswedan yang sudah beri'tikad baik untuk membantu biaya pemberangkatan RS? Tidakkah Gubernur DKI, Anies Baswedan, memang biasa membiayai tiket bagi para seniman jika mereka mendapatkan undangan ke luar negeri? Saat ini Franki Raden (ahli etnomusikologi) diundang pentas di Korea juga dibiayai oleh Pemprov DKI.
Rakyat mulai membaca kemana arah dan sasaran serangan RS. Kasus RS, ternyata tak sederhana yang dipikirkan Prabowo dan rakyat Indonesia. Pendukung tim lawan lalu ada yang bilang: jenderal kok lugu. Mantan komandan kopassus kok bisa dibohongi nenek-nenek. Kalau mudah dibohongi, gimana nanti kalau jadi pemimpin? Prabowo jadi arena bullyan. Lagi-lagi, Blamming the victim. Menyerang korban.
Jika benar ini sekenario yang terencana, maka muncul sejumlah pertanyaan di benak rakyat. Pertama, apakah ada sekenario untuk mendowngrade Prabowo-Sandi? Bahkan mendiskualifikasi pencapresan Prabowo-Sandi? Kedua, adakah kasus RS akan serius menyasar dan menyeret Pemprov DKI? Khususnya Anies Baswedan, Setelah pengakuannya dapat biaya dari Pemprov DKI untuk ke Chile. Apakah ini sengaja untuk membenturkan Prabowo dengan Anies Baswedan? Ketiga, dolar dibanding rupiah sekarang berapa? Menguat atau menurun? Adakah hubungannya dengan pengalihan isu?
Dibohongi, lalu berani minta maaf ke publik, itu sikap gentle. Dalam konteks ini, Prabowo layak diapresiasi. Itu kerendahan hati seseorang yang seharusnya dimiliki oleh setiap calon pemimpin bangsa. Tapi, jika sikap rendah hati dan kejujuran Prabowo dijadikan momentum untuk terus mendiskriditkannya, bahkan berupaya mendiskualifikasinya, rakyat justru akan semakin berempati. Blamming the victim akan berubah jadi dukungan masif rakyat kepada Prabowo. Ini berpotensi jadi langkah blunder bagi tim Jokowi.
Kasus RS terlanjur masuk ke ranah publik. Proses politik telah terjadi. Peluru telah ditembakkan, bahkan dimuntahkan, secara beruntun kepada Prabowo. Dituduh menebar kebohongan, dilaporkan ke polisi, lalu diupayakan untuk didiskualifikasi oleh Bawaslu. Prabowo diam dan memilih bertahan dari beragam serangan itu.
Kasus RS dengan semua dinamikanya, biarlah rakyat yang menilai. Siapa pelaku, dan siapa korban. Apakah rakyat akan mendukung pelaku, atau mendukung korban. Persepsi dan sikap rakyat akan jadi penentu masa depan negara ini. Termasuk masa depan mental dan moralitas bangsa ini.
Prabowo seperti sengaja disiapkan untuk menjadi korban. Oleh siapa? Oleh RS atau ada kelompok di belakang RS? Pertanyaan ini sedang berproses mencari jawaban. Satu-satunya jalan yang Prabowo punya adalah bertahan sekuat tenaga dan menyerahkannya kepada rakyat. Hanya rakyat yang punya keputusan untuk masa depan bangsa ini. [PurWD/voa-islam.com]
Jakarta, 5/10/2018