View Full Version
Selasa, 19 Mar 2019

Teman-teman Jokowi Dibidik KPK. Setelah Romi Siapa Menyusul?

Oleh:

Hersubeno Arief, Konsultan media dan politik

 

KUALITAS seseorang bisa dilihat dari siapa temannya. Karena itu orang tua dan para bijak bestari mengajarkan kepada kita untuk berhati-hati dalam memilih teman.

Tidak boleh sembarangan, asal bergaul. Siapa teman kita, seperti itulah kita. “Show me your friends, I’ll tell you, who you are.”

Pepatah itu juga berlaku bagi Presiden Jokowi menyusul operasi tangkap tangan (OTT) Ketua Umum PPP Romahurmuziy Jumat (15/3). Romi adalah pendukung utama dan teman dekat Jokowi.

Situs berita berbasis di Singapura The Straits Times bahkan menulis judul Key Jokowi backer detained by Indonesia’s anti-graft agency. Pendukung utama Jokowi ditangkap KPK.

Ya penilaian itu benar adanya. Dibandingkan ketua umum partai pendukung lainnya, secara kasat mata Romi paling dekat dengan Jokowi. Dia sering tampil dalam beberapa kegiatan dan bepergian bersama Jokowi.

Foto-foto dan video kebersamaan Romi dan Jokowi bertebaran di media sosial. Ada dua video yang sangat kontroversial dan paling banyak dibagikan.

Video pertama, saat Romi duduk di kursi depan mobil presiden sambil merekam Presiden Jokowi yang duduk di kursi belakang. Jokowi terlihat melempar-lemparkan bungkusan makanan kepada warga. Romi dan Jokowi terlihat tertawa-tawa.

Peristiwa itu diduga terjadi ketika Jokowi melakukan kunjungan kerja di Jawa Timur (3/2/2018). Romi mengunggah video tersebut di akun twitternya.

Banyak yang mengecam sikap Jokowi. Perilakunya dinilai sangat primitif, merendahkan rakyat. Menikmati rakyat jelata berebut makanan yang dilemparkan seorang penguasa.

Video Kedua saat Romi nge-vlog bertiga bersama Jokowi dan Kyai Maimoen Zubair. Dalam video itu Romi terdengar mendiktekan kalimat yang harus diucapkan Mbah Moen. Sebelumnya Romi meminta Mbah Moen meralat doa.

Dia meminta Mbah Moen mendoakan Jokowi agar terpilih kembali sebagai presiden, tapi justru Prabowo yang didoakan. Peristiwanya juga terjadi pada tanggal 3 Februari. Hanya tahunnya berbeda, 2019.

Setelah Romi, kemungkinan besar Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin bakal menyusul. KPK menemukan uang ratusan juta di ruang kerja Lukman dalam bentuk mata uang rupiah dan dolar.

Kalau melihat rangkaian kasusnya sangat sulit bagi Lukman untuk mengelak. Romi ditangkap KPK karena memperjualbelikan jabatan di lingkungan Kemenag.

Ketika ditangkap Romi baru menerima suap. Sebesar Rp 250 juta untuk jabatan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Depag Jatim, dan Rp 50 juta untuk jabatan Kepala Kantor Depag (Kakandep) Gresik. Uang receh sebenarnya untuk orang sekelas Romi, teman akrab Jokowi.

Ketua KPK Agus Rahardjo menyatakan Romi sudah beberapa kali menerima suap. Ini bukan pertama kalinya. Kalau dikalikan jumlah provinsi dan kabupaten seluruh Indonesia, uang receh itu akan terkumpul menjadi uang besar.

Belum lagi kalau bicara beberapa jabatan lain di kantor pusat dan Rektor sejumlah perguruan tinggi di bawah Depag.

Kok Romi bisa mengatur jabatan di Depag? Nah disitu kuncinya. Romi adalah Ketua Umum PPP. Lukman adalah menteri perwakilan PPP di kabinet. Sulit untuk mengelak bahwa Romi bisa leluasa bertindak tanpa sepengetahuan Lukman dan Sekjen Depag.

Dari mana dia bisa mengetahui jabatan mana saja yang lowong dan bagaimana dia memastikan seseorang bisa mendudukinya? Karena itu dua ruang kerja pejabat tinggi negara itu disegel dan digeledah KPK.

Ini business of influence.  Jual beli jabatan melalui pengaruh politik yang dimiliki Romi. Kalau toh tidak terbukti, dan kemudian ada deal-deal politik sehingga Lukman lepas, secara etika politik dia sudah cacat.

Romi bukan orang pertama lingkaran dekat Jokowi yang tersandung masalah korupsi. Sebelumnya Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto juga dijebloskan KPK ke penjara. Novanto divonis 15 tahun penjara karena korupsi proyek pengadaan e-KTP.

Novanto merupakan pendukung utama Jokowi. Partai Golkar termasuk paling awal mengusung kembali Jokowi sebagai presiden. Sebagai Ketua DPR Novanto juga punya pengaruh yang sangat besar.

Setelah Novanto, koleganya di Golkar Idrus Marham menyusul masuk penjara. Idrus adalah Mensos dalam Kabinet Jokowi dan pernah menjabat sebagai Sekjen Golkar. Dia juga masuk dalam kelompok pendukung utama Jokowi.

Bukan hanya orang dekat dan menteri di kabinet Jokowi yang terbelit hukum. Politisi Golkar Fayakhun Andriadi dalam persidangan korupsi Bakamla mengaku ada keterlibatan keluarga Jokowi dalam kasus itu.

Namun KPK menyatakan tidak bisa menindaklanjuti pengakuan Fayakhun. Politisi PDIP Ali Fahmi Habsyi yang menjadi perantara dengan keluarga Jokowi menghilang. Case closed. Kasusnya ditutup.

Ditangkapnya Romi sekitar satu bulan jelang pilpres, jelas merupakan kabar buruk. Apalagi kalau sampai Menag Lukman Hakim menyusul. Bisa bikin kiamat.

Mata publik akan semakin terbuka siapa sebenarnya Jokowi. “Kalau mau lihat seseorang, lihatlah siapa yang menjadi temannya.” end


latestnews

View Full Version