Oleh:
Asyari Usman
Wartawan senior
MENGAPA Prabowo Subianto akhirnya memutuskan mau menerima ajakan rekonsiliasi bahkan, mungkin, ajakan berkoalisi dari Jokowi? Kenapa proses menuju ke situ berlangsung relatif cepat?
Tidak banyak yang tahu. Semua orang tutup mulut. Hanya ada bocoran sana-sini yang diungkap sedikit demi sedikit oleh para penulis.
Menurut perkiraan saya, penyebab Prabowo mengiyakan rekonsiliasi itu terkait cerita tentang kekeliruan kecil yang berdampak sangat besar. Yaitu, kekeliruan salah ketik.
Yang terjadi memang cukup lucu. Dan ini cuma cerita jenaka saja.
Suatu hari, kubu 02 berkirim surat balasan kepada kubu 01. Kubu 02 bermaksud mengatakan bahwa “kami mau oposisi”. Maksudnya, tidak ingin yang lain-lain.
Tapi, orang yang mengetik surat balasan itu rupanya melakukan kekeliruan. Dia salah mengetik kata “oposisi”. Yang terketik kata “posisi”. Huruf “O” di awal kata “oposisi” tidak terketik.
Surat pun dikirim langsung ke Jokowi. Dia senang luar biasa karena kubu 02 mau “posisi”.
Akhirnya, Jokowi mengutus pembantu seniornya utk menjumpai Prabowo sambil membawa surat yang salah ketik itu. Si utusan menunjukkan surat itu ke Prabowo. Beliau ini kaget luar biasa. Kok bisa tertulis “mau posisi” padahal seharusnya “mau oposisi”.
Singkat cerita, Prabowo tak bisa mengelak lagi ajakan untuk bertemu di Stasiun Lebak Bulus berdasarkan isi surat yang salah ketik tsb. Prabowo terpaksa menyesuaikan diri dengan suasana gembira Jokowi. Mau tak mau harus tampil sesuai dengan salah ketik “mau posisi”.
Itulah sebabnya, konon menurut imajinasi Kamprets, Prabowo lebih dulu keluar dari acara makan siang di Senayan. Meninggalkan Jokowi dalam keadaan disepelekan.
Semoga intermezo ini tidak mencederai perasaan siapa-siapa. Mohon maaf jika ada yang merasa terganggu.
Kepada Prabowo, maaf sekali atas tulisan ini. Tapi, siapa tahu candaan salah ketik “mau oposisi” yang tertulis “mau posisi” ini bisa panjenengan jadikan alasan kepada rakyat Ente tentang pertemuan Lebak Bulus.*