Oleh:
Fahri Hamzah
SEJUJURNYA, saya agak optimis karena Menteri Polhukam yang sekarang Prof. Moh. Mahfud MD adalah otak besar. Soal Polhukam di negeri ini tidak bisa diurai dengan otot atau otak kecil. Hanya otak besar yang bisa mengurai. Pendekatan demokrasi itu rumit dan karena itu mahal.
Sebutkan isu Radikalisme yang mencuat kembali. Isu ini telah terjebak menjadi industri. Cara pejabat menakut-nakuti bangsa ini dengan isu radikal yang dituduhkan kepada kelompok Islam ini sudah merusak banyak sekali modal sosial kita. Tidak mudah dikembalikan.
Kok bisa bangsa mayoritas Islam ditakut-takuti dengan ajaran Islam. Lalu kok kita semua percaya bahwa radikalisme ada di mana-mana dan mengancam negara kesatuan. Ajaib. Contoh dari satu dua ceramah dari ribuan ceramah setiap hari di seluruh Indonesia di-copy dan dijadikan alat bukti.
Jadi tugas berat Prof Moh. Mahfud MD sebagai Menteri Polhukam adalah merevisi narasi Radikalisme yang telah membuat orang-orang moderat menjadi radikal karena sebel dengan cara kerja aparat negara di bidang ini. Alhamdulillah kita juga punya Menteri Pertahanan yang paham soal ini.
Tolong tertibkan para pedagang isu radikalisme dari negara. Pensiunkan mereka secepatnya. Ajak para tokoh agama bersatu, ajak ulama, pendeta, pedanda, pastor dan bhiksu, dll. Mereka telah menjadi pahlawan kerukunan sepanjang Republik ini ada. Mereka lebih tahu apa yang terjadi.
Ekstremisme itu ada dalam semua agama dan aliran. Bahkan dalam ilmu juga ada yang ekstrem. Tapi urusan negara bukan yang itu karena publik punya mekanisme untuk menertibkan dirinya. Ada yang namanya “Wisdom” ada yang namanya “Common Good” itu hidup dan selalu ada.
Kalau ada pidana dari ekstremisme pasti itu individu sifatnya (karena hukum itu memakai kata barangsiapa), tangkap saja dan adili karena itu akan mengoreksi yang lain. Biarkan pengadilan bekerja dan biarkan mekanisme hukum berlaku untuk kepentingan bersama. Itu caranya.
Tapi, kalau negara bikin kampanye, menuduh agama tertentu (terutama Islam yang mayoritas) dan membuat pernyataan yang aneh bagi kebanyakan orang lalu menyinggung agama, tempat ibadah, ritual, tradisi, sekolah, cara berpakaian, penampilan, dll, ini cari perkara. Ini merusak.
Mari kita mulai pakai pengetahuan dalam bekerja. Untuk itu saya berharap kepada Prof. Moh. Mahfud MD sebagai Menteri Polhukam yang baru. Saya percaya akan ada kearifan untuk mencegah agar penghukuman dan kriminalisasi kepada penjahat tidak bikin yang lain jadi kesel.
Kayak permainan kemarin, gara-gara pak Din Syamsudin kritik pemerintah, lalu dia dituduh membiaya teroris. Ini permainan orang sakit. Sebab kalau Pak Din sebagai tokoh perdamaian dunia yang dikenal dan mendapat penghargaan dari banyak negara disebut teroris terus kita gimana?
Inilah tugas berat menteri kita yang baru. Mengakhiri bisnis orang-orang yang tidak menghendaki ada persaudaraan dan perdamaian sejati. Mereka bermain di air keruh. Tokoh-tokoh moderat akhirnya jadi ekstrem dan sulit ditarik kembali. Padahal, negara memerlukan solidaritas yang luas dan kuat.
Selamat bekerja Prof. Moh. Mahfud MD semoga bisa menyatukan kembali bangsa yang hampir pecah oleh sponsor saling tuduh. Semoga rekonsiliasi yang dicanangkan oleh presiden Jokowi ada dan hadir dalam kenyataan. Hentikan negara sebagai tukang adu domba. Ayo bangun persatuan!*