Tony Rosyid
[Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa]
Pilpres sudah usai. Jokowi presidennya. Lepas kontroversi yang terus jadi memori, Jokowi sudah dilantik. Bahkan sudah juga melantik para pembantunya di kabinet.
Secara politik, Jokowi makin perkasa. Sementara oposisi wait and see. Silent. Beri kesempatan kabinet bekerja. Seperti apa kerja mereka? Baru berusia satu bulanan. Belum bisa diukur.
Prediksinya? Lihat pertama, SDM. Dan kedua, anggaran. Seberapa banyak menteri Jokowi punya kompetensi di posisi masing-masing. Dan seberapa besar anggaran untuk kementerian itu. Dari situ, hasil kinerja kabinet bisa diraba.
Dalam situasi silent, wait and see, tentu ini akan sangat mempengaruhi tensi dan spirit gerakan oposisi. Terutama bagi aktifis 212 yang selama ini dijadikan simbol oposisi terhadap Jokowi. Mampukah mereka menjaga soliditas massanya dalam situasi seperti sekarang. Sebuah situasi tanpa momentum yang bisa jadi trigger pergerakan.
Meski Prabowo dan Gerindra sudah gabung ke istana, 212 tetap konsiten mempertahankan posisinya sebagai oposisi. Ini disebabkan diantaranya karena gagalnya negosiasi tim istana dengan tokoh utama 212, yaitu Habib Rizieq Shihab (HRS). Dua jenderal berpengaruh yang diutus istana ke Saudi tak berhasil membuat kesepakatan dengan HRS.
Pasca pilpres? Jokowi tak butuh lagi HRS. Yang dibutuhkan Jokowi adalah Prabowo. Tapi, Prabowo minta ke Jokowi agar HRS dipulangkan. Permintaan ditolak. Setidaknya, hingga hari ini.
Akankah Reuni Akbar 212 awal desember nanti akan dihadiri HRS? Bergantung. Kepada siapa? Jokowi! Kalau Jokowi ijinkan, HRS pulang. Gak ada ijin, jangan berharap.
Berarti, yang mencekal HRS itu Jokowi? Tidak! Arab Saudi yang mencekal. Demi keamanan, itu bahasa halusnya. Bahasa halus, atau bahasa politik? Kepo ah! Emang apa kepentingannya pemerintah Saudi? Nah, anda sudah mulai kritis.
Besar kemungkinan HRS gak bisa pulang sebelum reuni 212. Ini prediksi. Secara politis, kehadiran HRS akan jadi heroik. Reuni 212 akan kembali fenomenal dengan kepulangan HRS. Apalagi, isu Ahok sedang hangat-hangatnya muncul.
Kecuali HRS melunak, dan Reuni 212 dihadiri Jokowi. Duet HRS-Jokowi di panggung 212 ini yang diinginkan pihak istana. Panggung untuk mengakhiri perlawanan oposisi 212. Teletubbies... So sweet...
Jika jauh-jauh hari sebelum pilpres kabarnya istana pernah mengirim dua jenderal aktif sebagai negosiator, namun sayangnya gagal. Saat ini istana bisa utus Prabowo, menhan Jokowi. Jenderal yang jangan ragukan loyalitasnya. Prabowo sempat dekat dengan HRS selama berada di pengasingan.
Apakah Prabowo berhasil membujuk HRS? Apakah HRS akan melunak? Semua kemungkinan bisa terjadi. Yang pasti, HRS selama ini dikenal sebagai sosok yang kuat dalam pendirian. Tokoh yang sulit ditaklukkan. Penjara dan kematian bukan lagi sesuatu yang menakutkan baginya. Begitulah kira-kira kabar yang bisa kita potret tentang HRS.
Jika HRS melunak, peluang pulang terbuka. Otomatis, HRS bisa memimpin langsung reuni 212. Reuni akan ramai karena dibanjiri massa. Tapi setelah itu, oposisi rakyat dipatiskan akan melemah. Sebab, HRS tak lagi berurusan dengan dunia politik. Tak ikut campur apapun terkait dengan kekuasaan Jokowi. Inilah yang diharapkan istana selama ini. Namun gagal. Itu dulu. Bagaimana sekarang? Belum bocor apa hasil negonya. Itupun jika ada nego. Yang pasti, gak ada kepulangan gratis!
Dilematis! Pulang dan pimpin langsung Reuni 212 akan menghidupkan kembali semangat perlawanan. Tapi, jika pulang, tak mungkin tanpa kesepakatan. Kesepakatannya: HRS pensiun dari urusan politik. Ini akan jadi mahar kepulangan. Jika HRS terima itu, dia bisa pulang dan reuni 212 desember nanti akan membludak. Aparat beri ijin dan tak lagi halangi warga yang mau ikut reuni. Tanda sudah akur. Negonya gol.
Pasca reuni, HRS akan menjalankan aktifitasnya sebagai ustaz, da'i dan pemimpin FPI. Tak lagi singgung-singgung soal politik. Tak mau ikut campur dengan urusan Jokowi. Jika ini jadi pilihan, maka sejak itu, heroisme HRS sebagai icon oposisi luntur. GNPF Ulama hanya akan tinggal nama.
Selanjutnya, kekuatan oposisi tinggal PKS. Mungkin juga Rocky Gerung dan sejumlah aktifis. PAN? Tersandera. Kecuali Amien Rais yang akhir-akhir ini mulai melunak. Demokrat? Lebih nyaman dengan sikapnya yang abu-abu. Demokrat hanya jelas sikapnya jika terkait dengan Prabowo. Kritis, atraktif dan berani ambil sikap. Ini mungkin efek dari sejarah masa lalu.
Kira-kira, HRS akan pilih opsi yang mana? Pulang tapi terima syarat tidak berpolitik? Atau tolak syarat, tapi harus memperpanjang masa tinggalnya di Makkah? Kita tunggu saja. Siapa saja nanti yang duduk di panggung reuni 212. Dan berapa jumlah massa yang akan hadir. Dari situ, kekuatan oposisi bisa dipetakan. [PurWD/voa-islam.com]
Jakarta 21 Nopember 2019