Lihat saja, sudah ada yang bernazar mewaqafkan gajinya kalau Abu Janda ditangkap. Ini baru nazar yang disampaikan secara terbuka. Bayangkan mereka yang bernazar diam-diam. Bisa ratusan ribu orang jumlahnya.
Oleh:
Asyari Usman || Wartawan Senior
GERAKAN Nasional Wakaf Uang (GNWU) sangat diharapkan untuk membantu pemerintah. Pemerntah sangat butuh uang. Tapi, sambutan luas publik tak sesuai harapan. Masyarakat sangat “dismissive”. Alias tak peduli. Imbauan waqaf uang menjadi olok-olokan. Banyak yang sinis.
Saking ingin melihat GNWU sukses, Presiden Jokowi mengedepankan Sandiaga Uno sebagai ‘vote getter’. Sandiaga dianggap mampu menggugah masyarakat untuk berwaqaf uang. Karena antara lain dia digemari kaum ibu. Digemari emak-emak.
Strategi menggunakan Sandi tak berdampak. Bahkan ditertawakan publik. Jokowi menyangka Sandi masih populer. Di kalangan sejumlah kecil loyalis dan pendukung buta Sandi, mungkin dia masih menjadi idola. Tapi, bagi mayoritas pendukung yang cerdas, Sandi tidak dihitung lagi.
Sebetulnya, mengapa gerakan waqaf uang tidak bersambut? Mengapa gagal? Singkat saja: karena masyarakat tidak percaya waqaf uang mereka akan aman. Kalau publik masih percaya, Pak Jokowi tidak perlu bantuan Sandi atau siapa pun juga.
Sekarang, bagaimana cara menyelamatkan GNWU? Apakah ada cara lain agar masyarakat berduyun-duyun berwaqaf uang?
Ada. Dan bisa cepat viral. Cepat menggelembungkan waqaf. Apa itu?
Kita bukakan saja rahasianya. Mudah sekali. Perintahkah Kapolri segera tangkap Abu Janda. Jadikan dia tersangka. Jebloskan ke penjara.
Perbuatan rasis Permadi Arya alias Abu Janda terhadap Natalius Pigai, sudah sangat jelas pidananya. Ditambah lagi aktivasi kasus-kasus lain yang selama ini tidak diproses oleh polisi, maka kepercayaan publik kepada pemerintah akan berangsur pulih.
Kalau panangkapan Abu Janda tetap tidak mendongkrak semangat masyarakat untuk berwaqaf uang, jangan khawatir. Tangkap Madam Bansos. Pasti GNWU akan membludak.
Kalau penangkapan Madam Bansos tak mempan juga, segera tangkap Anak Pak Lurah. Tak mungkin ini tidak akan meledak. Dijamin dalam seminggu rekening GNWU terisi 70 triliun. Rakyat pasti akan habis-habisan berwaqaf setelah Abu Janda, Madam Bansos, dan Anak Pak Lurah masuk penjara.
Pasti Gerakan Waqaf menjadi “box office”. Antrean yang mau bayar. Lihat saja, sudah ada yang bernazar mewaqafkan gajinya kalau Abu Janda ditangkap. Ini baru nazar yang disampaikan secara terbuka. Bayangkan mereka yang bernazar diam-diam. Bisa ratusan ribu orang jumlahnya.
Harap diingat juga, Juliari Batubara dan Edhy Prabowo pun pasti senang mewaqafkan uang mereka jika orang-orang itu bisa ditangkap. Sebab, mereka nanti akan punya teman satu alumni.
Mereka ini bukan kaliber kaleng-kaleng. Yang satu Raja Bansos. Satunya lagi Raja Lobster.
Raja Bansos yang paling senang. Sebab, dia diancam oleh KPK dengan hukuman mati. Ngeri sekali, bukan? Seramlah!
Nah, kalau Madam Bansos masuk, Pak Juliari jelas bersemangat. Paling tidak, beliau merasa lebih lega menghadapi proses peradilan. Terasa lega, karena akan selaras dengan pepatah: “Bansos sama diembat, hukum sama dirasa.”
Juliari tentu tidak rela, “Bansos gue yang jinjing, hukum elu yang pikul.”
Terakhir, jika penangkapan tiga orang ini tidak juga membangkitkan semangat publik untuk berwaqaf uang, itu berarti publik ingin penangkapan yang tak mungkin dilakukan.
Kalau itu yang diinginkan publik, keterlaluan sekali. Batalkan sajalah Gerakan Waqaf.*