TURKI (voa-islam.com) - Seorang komandan tingkat atas pejuang oposisi Suriah telah meninggal akibat luka yang dideritanya dalam serangan udara di kota Aleppo, kata sumber-sumber pejuang oposisi, Senin (18/11/2013).
"Kami menyatakan kesyahidan (Insyallah) Abdelqader Saleh," sebuah pernyataan Tawhid mengatakan, menurut kantor berita Reuters.
Abdelqader Saleh terluka pada hari Kamis (14/11/2013) setelah pasukan Bashar Al-Assad menggerebek sebuah pertemuan Brigade At-Tawhid, kata sumber-sumber oposisi.
Dia dilarikan ke rumah sakit Turki, di mana ia kemudian meninggal. Abdelqader Saleh merupakan pemimpin kedua Brigade Islam At-Tawhid, setelah sebelumnya Youssef al-Abbas gugur di tempat akibat serangan tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan Televisi Oposisi Orient dari medan perang di Aleppo timur pekan lalu, Saleh mengatakan: "Kami tidak akan membiarkan kemajuan Iran dan Syi'ah Hizbullah kecuali pada tubuh kita mati," mengacu pada pasukan Assad yang didukung oleh milisi Syi'ah dari Iran dan Hizbullah Libanon.
Saleh, yang dikenal dengan nama gerilya Haji Mareh, adalah seorang pedagang dari kota Mareh di utara pedesaan Aleppo.
Sebagai mantan tentara wajib militer, ia dikenal telah mengorganisir brigade-brigade pejuang oposisi di wilayah itu di bawah bendera Tauhid.
Brigade At-Tawhid mengeluarkan pernyataan pekan lalu, bersama dengan formasi Islam lainnya termasuk Jabhat Al-Nusrah, afiliasi Al-Qaidah, menyatakan keadaan darurat dan menyerukan semua pejuangnya untuk berangkat ke front, menurut Reuters.
Pertempuran masih berkecamuk di bagian tengah Suriah, dengan laporan bahwa sedikitnya 31 tentara, di antaranya empat jenderal, tewas dalam serangan bom di sebuah pangkalan militer dekat Damaskus pada hari Ahad.
"Tiga jenderal dan seorang brigadir jenderal di antara 31 tentara tewas dalam serangan bom yang menyebabkan bangunan di markas transportasi militer di Harasta runtuh," kata Rami Abdel Rahman, direktur kelompok pengawas tersebut.
"Waktu serangan itu signifikan," karena terjadi di tengah serangan besar rezim pada posisi pemberontak di sekitar Damaskus, kata Rami Abdel Rahman. (an/aby)