SURIAH (voa-islam.com) - Pertempuran yang meletus antara faksi-faksi pejuang oposisi Suriah khususnya antara kelompok mujahidin afiliasi Al-Qaidah Negara Islam Irak dan Suriah Raya (ISIS) melawan aliasi pemberontak Suriah yang baru dibentuk, Tentara Mujahidin dan sekutunya membuat prihatin pemimpin mujahidin Jabhat Al-Nusrah, Syaikh Abu Mohammad Al-Gholani.
Kenyataan menyakitkan yang terjadi di lapangan pertempuran Suriah itu membuat dia menyerukan kepada seluruh faksi-faksi pejuang oposisi Suriah yang tengah bertempur untuk mengadakan gencatan senjata.
Laman Daily Star melaporkan bahwa pemimpin kelompok jihad di Suriah yang juga berafiliasi dengan Al-Qaidah di Suriah ini pada hari Selasa (7/1/2014) menyerukan diakhirnya pertempuran antara pejuang oposisi dan kelompok mujahidin Negara Islam Irak dan Suriah Raya (ISIS).
Dalam sebuah rekaman audio yang diposting di Twitter, Abu Mohamed Al-Gholani mengumumkan sebuah inisiatif untuk mengakhiri pertempuran tersebut, termasuk sebuah gencatan senjata dan pembentukan komite Islam independen sebagai mediator.
"Orang-orang asing dan para pendukung akan membayar mahal karena kehilangan arena pertempuran mujahidin yang besar ini," kata Syaikh Al-Golani, mengacu pada warga non-Suriah dan Suriah.
"Rezim akan bangkit kembali dengan sendirinya setelah mereka mendekati lenyap. Barat dan Syi'ah akan menemukan tempat untuk masuk ke dalam pertempuran ini," katanya.
"Kebijakan yang keliru dari ISIS memiliki peran besar untuk bermain dalam memicu konflik ini," kata Syaikh Al-Gholani, menambahkan bahwa ia dan pemberontak lain mencoba untuk membentuk sebuah dewan untuk menghentikan pertempuran.
Ketegangan sendiri telah membara melawan ISIS selama berbulan-bulan, menyusul tuduhan penahanan terhadap wartawan asing, aktivis Suriah, pejuang oposisi saingan dan yang lain yang mengkritik kekuasaannya.
Bentrokan dimulai di provinsis Aleppo dan Idlib dan telah menyebar ke provinsi Hama, Homs, dan Raqqa, kubu ISIS.
Jabhat Al-Nusrah dan ISIS memiliki ideologi yang sama: Keduanya adalah kelompok-kelompok Islam yang setia kepada Al-Qaidah. Tapi Jabhat Al-Nusrah didominasi oleh pejuang Suriah, dan melihat prioritas pertama sebagai menggulingkan Presiden Bashar Al-Assad, sementara ISIS telah berfokus pada membangun pemerintahan Islam.
Oberservatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SHOR) mencatat bahwa pertempuran antara mujahidin Negara Islam Irak dan Suriah Raya (ISIS) melawan pejuang oposisi Suriah yang telah berlangsung selama empat hari telah menewaskan sedikitnya 274 orang.
Observatorium yang berbasis di Inggris tersebut mengatakan 129 petempur dari kelompok pejuang oposisi moderat dan Islam telah gugur dalam bentrokan yang terjadi sejak Jum'at lalu, sementara 99 anggota mujahidin Negara Islam Irak dan Suriah Raya (ISIS) dan 46 warga sipil juga gugur dalam peristiwa itu. (st/tds)
Ket: Foto tak bertanggal dari pemimpin Jabhat Al-Nusrah, Syaik Abu Mohamad Al-Gholani yang diberikan oleh pejabat intelijen pemerintah Syi'ah Irak ke media pada 25/12/2013.