View Full Version
Rabu, 17 Sep 2014

Mengenang Pembantaian di Kamp Sabra dan Shatila oleh Zionis

BEIRUT (voa-islam.com) - Dua puluh dua tahun lalu, terjadi pembantaian di kamp pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila, di Beirut, Lebanon. Pembantaian itu terjadi antara 16 dan 19 September 1982. Pelaku pembantaian milisi Phalangis (Kristen) dan pasukan Israel. Ribuan orang tewas di kedua kamp itu. Sangat biadab.

Pembantaian itu berlangsung sesudah pembunuhan Presiden Lebanon, Bashir Gemayel, pemimpin milisi Kristen sayap kanan, dan dua hari kemudian disusul dengan pembantaian di kamp Sabra Shatila.

Sabra dan Shatila dilakukan hanya satu hari setelah pasukan Israel menduduki Beirut dan menguasai kamp-kamp pengungsi Palestina dan menguasai pintu masuk ke ibukota Beirut dengan dalih mengusir 3.000 pejuang Palestina yang berafiliasi dengan PLO kamp pengungsi Sabra dan Shatila.

Milisi Phalangis dan pasukan Zionis dengan sangat kejam membantai ribuan warga Palestina yang tidak bersalah dan termasuk perempuan , anak-anak, dan perawat rumah sakit. Tapi, peristiwa tidak menjadi persoalan besar bagi masyarakat dunia. Bukan sebuah kejahatan. Buktinya milisi Phalangis dan Zionis, tidak dipersalahkan.

Pembantaian itu dilaksanakan di bawah komdando Menteri Pertahanan Israel Ariel Sharon, Mantan Kepala Staf Rafael Eitan, dan mantan pemimpin Lebanon Phalangis Elie Hobeika.

Jumlah diperkirakan lebih 3.000, terutama bahwa sejumlah besar korban, tak dikenal dikubur di kuburan tidak diketahui.

Pembantaian itu, memaksa mantan Perdana Menteri Israel Menachem Begin membentuk komisi khusus yang dikenal sebagai Komisi Kahan untuk menyelidiki pembantaian di Sabra dan Shatila.

Setelah penyelidikan empat bulan, Komisi Kahan menyimpulkan bahwa Sharon dianggap bertanggung jawab atas pembantaian itu.

Sharon mengundurkan diri dari kantornya dan menghilang dari panggung politik selama bertahun-tahun. Namun, ia terpilih sebagai Perdana Menteri pada tahun 2001, kemudian dia  kembali melakukan pembantaian di Jenin.

Ariel Sharon yang sudah membantai ribua warga Palestina di kamp Sabra dan Shatila itu, terkena stroke selama hampir lebih dari 8 tahun dalam kondisi koma, dan meninggal dalam keadaan tinggal tulang belulang.

Kejahatannya terhadap warga Palestina tertebus. Bahkan, Sharon yang sangat benci terhadap tokoh PLO, Yaser Arafat itu, dia yang membunuhnya dengan racun plutonium. [afg/pic/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version