BEIRUT, LIBANON (voa-islam.com) - Jabhat Al-Nusrah pada hari Selasa (16/9/2014) mengancam akan membunuh salah satu tentara Libanon yang mereka tahan menyusul langkah dari pemerintah yang mengulur-ngulur waktu dalam negosiasi untuk pembebasan mereka.
Di bawah judul "Siapa yang akan membayar harga tersebut?" Sebuah pernyataan yang diterbitkan pada halaman Twitter yang berafiliasi dengan Jabhat Al-Nusrah mengatakan bahwa "[tentara] Mohammad Maarouf Hammieh mungkin menjadi yang pertama untuk membayar harga tersebut."
Jabhat Al-Nusrah dan Islamic State masih menahan setidaknya 22 polisi dan tentara, setelah mujahidin menyandera lebih dari 30 pasukan militer dan keamanan dalam bentrokan bulan lalu di kota perbatasan timur laut Arsal.
Sejauh ini, ISIS telah memenggal dua tentara Angkatan Darat, sedangkan Jabhat Al-Nusrah belum membunuh sandera mereka.
"Jabhat Al-Nusrah sudah muak dengan negosiasi dengan pemerintah Libanon," kelompok itu mengatakan, menekankan bahwa mengulur-ulur pembicaraan akan menutup pintu untuk negosiasi.
"Biarkan semua orang tahu bahwa negosiasi tidak ditutup oleh kami," kata tweet Jahbat Al-Nusrah. "Kami tidak memiliki tuntutan yang mustahil."
Kelompok mujahidin itu mengatakan bahwa mereka menyadari "jalan menuju negosiasi ditutup" ketika para politisi Libanon mengatakan bahwa "pembicaraan dapat berlangsung selama satu bulan atau dua."
Pernyataan itu juga mengatakan Syi'ah Hizbullah terus melakukan tindakan keras terhadap pengungsi Suriah di Arsal dan sepanjang perbatasan kota sebagai alasan lain di balik ketidakpuasan mereka dengan negosiasi.
"Jangan salahkan kami jika kami telah cukup," kata pernyataan itu.
Mengomentari pengumuman itu Jabhat Al-Nusrah, sumber dari Keamanan Umum tidak membenarkan atau membantah bahwa negosiasi telah gagal. "Kami tidak akan membahas pernyataan kelompok tersebut," kata sumber itu kepada The Daily Star.
Pemerintah Lebanon telah melakukan negosiasi dengan mujahidin untuk pembebasan para personil keamanan yang diculik dan telah menugaskan kepala Keamanan Umum Mayor Jenderal Abbas Ibrahim untuk masalah tersebut.
Seorang utusan yang dikirim oleh Qatar sebelumnya telah bertemu dengan para mujahidin dan menyampaikan tuntutan mereka kepada pemerintah Libanon.
Jabhat Al-Nusrah dan IS keduanya menuntut pembebasan tahanan mujahidin dari Penjara Roumieh untuk pelepasan para anggota pasukan keamanan Libanon yang merek tahan. [abdr/aby/voa-islam.com]