TUNIS, TUNISIA (voa-islam.com) - Seorang penyanyi rap terkenal Tunisia yang telah bertobat atas perbuatan masa lalunya, telah bergabung dalam jajaran Daulah Islam (IS/ISIS) pada 18 Maret lalu, laman berita France24 malaporkan hari Senin (23/3/2015).
Terkenal kerap mencela kekerasan polisi di Tunisia dan juga menyanyikan lagu bertema kebebasan, perempuan, alkohol dan obat-obatan, Marouen Douiri, dikenal dengan nama panggung Emino, bergabung dengan kelompok Negara Islam pada tanggal 18 Maret, menurut sebuah foto yang diposting di Facebook. Dalam foto tersebut terlihat pemuda itu berada di Raqqa, Suriah, dengan bendera Daulah Islam di belakangnya.
Ghazi Mrabet, pengacara rapper tersebut, mengatakan bahwa Douiri berubah setelah dua tahun berada di balik penjara pada tahun 2013 karena memiliki ganja. Dia pernah bereaksi, 'Saya muak, pilihannya meninggalkan negara ini atau kehilangan semua harapan',"kata Mrabet, dikutip France24.
Di media sosial, banyak yang masih meragukan pertobatannya, sebagian karena afiliasi Douiri dengan Daulah Islam adalah antitesis dari kehidupan yang dia telah jalani.
"Terakhir kali saya melihat Emino berada di studio pada 2013 di Tunis, dia mengkonsumsi Jack Daniels dan ganja," tweet David Thomson, jurnalis RFI dan spesialis di wilayah tersebut.
Wartawan lain berkomentar "Emino adalah seorang perokok, peminum, rapper yang suka main perempuan ketika saya mewawancarainya pada tahun 2011. Sekarang dia katakan dia bergabung dengan Daulah Islam. #Tunisia," kicau Kristen McTighe, seorang kontibutor untuk The New York Times dan Deutsche Welle.
Tahun lalu, Douiri berhenti menyanyikan lagu rap dan mulai shalat. "Dia tidak ingin berbicara tentang proses banding nya lagi, dan mengatakan bahwa dia tidak lagi peduli tentang sistem peradilan," kata Mrabet kepada harian Prancis Le Figaro.
Wassim Nasr, wartawan Prancis 24 dan spesialis dalam gerakan jihad, mengatakan bahwa ini bukan pertama kalinya seorang rapper telah bergabung dengan IS.
"Contoh yang paling terkenal adalah Deso Dogg, rapper Jerman yang pergi untuk berjuang bersama anggota IS dan yang sekarang menulis nasyid jihad dalam bahasa Jerman," kata Nasr.
Salah satu penjelasan yang mungkin untuk "perubahan haluan" ini, menurut Nasr, dapat ditemukan dalam "pemberontakan terhadap sistem" tetapi juga "penyangkalan dan mencari penebusan dosa dari kehidupan mereka di masa lalu yang penuh dengan pesta pora (seperti uang, obat-obatan, alkohol)". (st/f24)
Kontibutor untuk The New York Times dan Deutsche Welle