LONDON, INGGRIS (voa-islam.com) - Setidaknya 20 komandan pejuang oposisi telah gugur di Suriah sejak awal Desember dalam serangkaian pembunuhan ditargetkan misterius, sebuah kelompok monitor mengatakan hari Rabu (6/1/2015).
Para komandan itu telah meninggal akibat serangan bom pinggir jalan atau ditembak, tetapi tidak ada faksi tertentu yang telah menyatakan bertanggung jawab atas kematian mereka.
Para analis mengatakan mereka bisa menjadi bagian dari kampanye pembunuhan yang dilakukan oleh salah satu pihak baik dari rezim Presiden Bashar Al-Assad atau Daulah Islam (IS).
Pada hari Selasa, Abu Rateb al-Homsi, seorang komandan provinsi dalam kelompok oposisi Ahrar Al-Sham, gugur ketika penyerang tak dikenal menembaki mobilnya di provinsi tengah Homs, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR).
Homsi adalah profil paling tinggi dari mereka yang gugur, yang sebagian besar berasal dari jajaran afiliasi Al-Qaidah di Suriah, Jabhat Al-Nusrah dan kelompok-kelompok seperti Al-Ahrar Sham.
"Pembunuhan telah meningkat sejak awal Desember, tapi itu tidak diketahui siapa yang melakukannya," kata Kepala Observatorium Rami Abdel Rahman.
Di antara mereka yang gugur, tujuh merupakan perwira terkemuka di Jabhat Al-Nusrah, yang memiliki kehadiran yang kuat di utara dan selatan Suriah, serta di luar ibukota, kata Abdel Rahman.
Hussam Ammura, amir Jabhat Al-Nusrah di kamp pengungsi Palestina yang terkepung, Yarmuk, di Damaskus selatan, gugur pada 22 Desember.
Abu Julaybib, warga Yordania dan amir Al-Nusrah di provinsi Daraa di selatan gugur pada 4 Desember.
Ahrar Al-Sham telah memiliki dua anggota senior mereka yang gugur bulan ini: Abu Rateb Al-Homsi, dan Abdel Qader Dabaan, seorang komandan di provinsi barat laut Idlib.
Enam tokoh lain yang memiliki hubungan dekat dengan Ahrar Al-Sham dan lima komandan lainnya juga telah dibunuh sejak awal Desember, kata Abdel Rahman.
Ahrar al-Sham dan Jabhat Al-Nusrah telah membentuk aliansi yang kuat di timurlaut Suriah, di mana mereka telah berjuang baik melawan pasukan rezim maupun IS.
Menurut Thomas Pierret, spesialis Suriah di Universitas Edinburgh, "rezim dan sekutunya sejauh ini yang merupakan tersangka utama" dalam pembunuhan tersebut.
"Salah satu komponen dari strategi kontra-pemberontakan yang dilakukan oleh Rusia sejak September adalah pemenggalan kepala para pimpinan pemberontak (baca;pejuang oposisi)," tambahnya.
Dengan bantuan dari sekutu mereka dari Rusia, badan intelijen di Damaskus telah mampu mengumpulkan informasi yang lebih baik tentang tokoh-tokoh oposisi senior, kata Pierret.
Tapi kemungkinan lain, katanya, adalah bahwa "sel tidur" IS yang melakukan pembunuhan itu.
"Para pendukung nyata atau dicurigai ISIL secara teratur ditargetkan oleh oposisi di bagian utara provinsi Homs, di mana Abu Rateb (al-Homsi) dibunuh," menurut Pierret menyebut akronim lain dari IS sebelumnya. (st/wb)
Foto: Abu Rateeb Al-Homsi, komandan Ahrar Al-Sham