URFA, SURIAH (voa-islam.com) - Pemimpin sayap Al-Qaidah di Suriah (Jabhat Al-Nusrah) pada hari Jum'at (26/2/2016) bersumpah bahwa kelompoknya akan melanjutkan operasi militer mereka meskipun gencatan senjata yang telah tercapai antara faksi-faksi pejuang oposisi Suriah dan pasukan pro-Assad.
Syaikh Abu Muhammad al-Jaulani, pemimpin Al-Qaidah di Suriah, mengatakan dalam sebuah rekaman baru yang dirilis pada Jum'at bahwa para pejuang Nusra dan sekutu mereka menolak untuk mengadakan gencatan senjata dengan pasukan rezim Suriah dalam kondisi apapun.
Syaikh Al-Jaulani menganggap gencatan senjata dua pekan -yang telah tercapai di bawah sponsor dari PBB sebagai konspirasi Barat terhadap rakyat Suriah.
"Perjanjian gencatan senjata ini adalah konspirasi Barat hanya ditujukan untuk menghancurkan kehendak rakyat Suriah dan menyelamatkan rezim Assad," katanya.
Mengenai pembicaraan damai Suriah di Jenewa, Syaikh Al-Jaulani mengatakan: "Negosiasi yang sebenarnya terjadi di medan perang."
"Rencana perdamaian yang diusulkan oleh (utusan U.N. ke Suriah) Staffan de Mistura melayani tiran rezim Assad," pemimpin Al-Qaidah di Suriah itu mengatakan. "Sebuah revolusi nyata berarti menggulingkan rezim dan lembaga-lembaganya, bukan untuk bernegosiasi tentang masa depan diktator. Jika tidak, pertumpahan darah dari ribuan orang yang tidak bersalah akan sia-sia."
Syaikh Al-Joulani menyimpulkan pernyataannya dengan menyerukan kepada semua faksi pejuang oposisi di Suriah untuk menolak gencatan senjata dan melanjutkan perang "sampai mengalahkan Assad dan milisi-milisi-nya". (an/ARA)