BANGLADESH (voa-islam.com) - Islamic State (IS) mengatakan pada hari Selasa (15/3/2016) mereka membunuh seorang warga Bangladesh yang dibacok hingga mati pekan ini, menggambarkan korban sebagai pendeta Syi'ah tingkat atas.
Polisi mengkonfirmasi bahwa seoran pria yang namanya seperti dalam sebuah pernyataan IS, Abdul Razzaq, tewas pada Senin malam tapi menolak klaim tanggung jawab IS.
IS telah mengakui serangkaian pembunuhan di Bangladesh, namun pihak berwenang menyangkal bahwa mereka memiliki kehadiran di sana dan malah menyalahkan kelompok-kelompok Islam lokal.
Polisi mengatakan korban terbaru adalah seorang praktisi obat homeopati yang memiliki toko di kota barat daya Kaliganj.
"Penyerang tak dikenal membacok Abdur Razzaq, 45, sampai mati dengan senjata tajam pada Senin malam setelah ia menutup tokonya dan menuju kembali ke desanya," kata kepala polisi setempat Anwar Hossain kepada AFP, memberikan ejaan yang berbeda untuk nama pertama.
"Kami sedang menyelidiki motif tapi itu tidak dilakukan oleh IS."
IS mengatakan dalam sebuah pernyataan pejuang mereka di Bangladesh "mampu membunuh murtad musyrik Hafidh Abdul Razzaq, salah satu pendeta tingkat atas untuk agama Rafidha (Syi'ah)," menurut kelompok pemantau AS SITE.
Polisi Bangladesh bersikeras korban adalah seorang Muslim Sunni. Namun Ibrahim Khalil Rizvi, yang mengepalai pusat pendidikan Syi'ah di selatan kota Khulna, mengatakan kepada AFP bahwa Razzaq telah mengikuti ajaran agama Syi'ah "selama lebih dari 20 tahun".
Pada bulan Januari IS menyatakan bertanggung jawab atas pembunuhan seorang pria berusia 85 tahun di distrik yang sama.
Kelompok itu mengatakan pria yang terbunuh, Samir al-Din, adalah seorang pendeta yang telah murtad dari Islam menjadi Kristen. Keluarganya dan polisi mengatakan ia telah beralih kembali ke agama Islam.
Dalam beberapa bulan terakhir, IS juga mengatakan berada di balik serangkaian serangan yang menargetkan warga asing dan agama minoritas termasuk Syi'ah, Ahmadiyah dan Sufi, Hindu dan Kristen di negara mayoritas Sunni tersebut.
Polisi beberapa kali telah menolak klaim IS dan justru menyalahkan kelompok militan terlarang Jamayetul Mujahideen Bangladesh untuk peningkatan kekerasan mematikan di negara itu. (st/AFP)