AFRIKA UTARA (voa-islam.com) - cabang Al-Qaidah di Afrika Utara mengancam Prancis dan sekutunya yang memerangi mujahidin di wilayah bergejolak, mengatakan kejahatan mereka tidak akan berlalu tanpa pembalasan dari para pejuang Islam.
Seperti dilansir AFP, hari Selasa (15/3/2016) ancaman itu muncul dalam sebuah pernyataan tanggung jawab atas serangan akhir pekan mematikan kelompok itu pada sebuah resor pantai di Pantai Gading.
Al-Qaida di Maghreb Islam (AQIM) mengatakan penembakan di resort Grand-Bassam hari Ahad yang menewaskan 18 orang adalah salah satu dari serangkaian operasi "menargetkan sarang spionase dan konspirasi".
Mereka memperingatkan bahwa negara-negara yang terlibat dalam operasi regional anti-mujahidin dengan sandi Operasi Barkhane dan Operasi Serval yang dipimpin Prancis 2013 di Mali akan "menerima respon", dengan "para pemimpin kriminal" dan kepentingan mereka akan menjadi target mujahidin, menurut kelompok SITE yang memantau organisasi jihad.
Pernyataan itu dikeluarkan pada malam kunjungan hari Selasa oleh Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault dan Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve ke Pantai Gading setelah serangan pantai yang korbannya termasuk empat warga negara Perancis.
Operasi Barkhane, yang menggantikan Serval pada tahun 2014, yang berkekuatan 3.500 tentara dikerahkan di lima negara - Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania dan Niger - untuk memerangi mujahidin.
AQIM memperingatkan Pantai Gading dan semua sekutu Prancis di wilayah itu bahwa "kejahatan mereka tidak akan berlalu tanpa pembalasan" dan mengeluarkan ancaman yang lebih luas untuk warga negara Barat untuk meninggalkan tanah Muslim atau "kami akan menghancurkan keamanan dan keamanan warga negara Anda".
Sebelum serangan di Pantai Gading, kelompok itu juga menyatakan tanggung jawab atas serangan terhadap sebuah hotel tingkat atas dan restoran terdekat di ibukota Burkina Faso pada bulan Januari yang menewaskan 30 orang, dan pengepungan sandera di ibukota Mali Bamako pada bulan November yang meneyebabkan 20 nyawa melayang. (st/AFP)