BEIRUT, LIBANON (voa-islam.com) - Kelompok pejuang oposisi Suriah mengatakan pada hari Ahad (22/5/2016) mereka akan tidak lagi mematuhi kesepakatan "penghentian permusuhan" kecuali tentara Suriah mengakhiri serangan besar pada posisi mereka di pinggiran kota Damaskus dalam waktu 48 jam.
Sebuah pernyataan oleh Tentara Pembebasan Suriah (FSA) yang ditandatangani oleh hampir 40 kelompok pejuang oposisi yang beroperasi di Suriah mengatakan gencatan senjata akan dianggap "benar-benar telah runtuh" jika serangan skala besar oleh pemerintah Suriah dan milisi Syi'ah sekutu temasuk dari Hizbullata Libanon, tidak berhenti dalam waktu dua hari.
Kota yang dikuasai pejuang oposisi, Daraya, terletak hanya beberapa kilometer dari istana Presiden Bashar Assad di Damaskus, juga dibombardir untuk pertama kalinya sejak kesepakatan "penghentian permusuhan" yang lebih luas mulai berlaku pada akhir Februari.
Rezim Assad telah berupaya untuk merebut kota Daraya, yang dikepung sangat ketat oleh rezim dan sekutunya, dengan meluncurkan serangan besar-besaran atas kota tersebut.
Rezim Assad menguasai bagian selatan kota Daraya pada hari Sabtu namun berhasil direbut kembali oleh pejuang oposisi di kota tersebut dalam sebuah serangan balik.
Sumber-sumber militer oposisi mengatakan bahwa serangan itu mengakibatkan tewas dan terlukanya puluhan pasukan Assad dan milisi Syi'ah Irak yang didukung Iran, dimana bentrokan terjadi sampai sore.
Pasukan al-Assad mencoba untuk masuk ke kota selama lebih dari dua setengah tahun, setelah kota itu telah dikepung hampir seluruhnya di mana orang-orang harus hidup dalam kondisi kemanusiaan yang sulit. (st/an)