BEIRUT, LIBANON (voa-islam.com) - Pemimpin Al-Qaidah telah mengatakan Arab Saudi berada di balik pembunuhan pemimpin Jaisyul Islam, Zahran Alloush, tokoh pejuang oposisi terkemuka yang memiliki hubungan dekat dengan kerajaan Teluk akhir 2015 lalu.
Dalam sebuah rekaman yang dirilis Senin (11/7/2016), Syaikh Ayman al-Zawahiri mengatakan Riyadh ingin membagi pejuang oposisi di Suriah.
Syaikh Ayman mengecam Arab Saudi karena "memikat beberapa pihak menandatangani dokumen untuk menerima pluralisme," referensi ke pertempuan puncak di Riyadh pada bulan Desember 2015 yang membawa bersama-sama kelompok pejuang oposisi untuk membentuk tim terpadu untuk bergabung dalam negosiasi untuk kesepakatan damai Suriah.
Afiliasi Al-Qaidah di Suriah, Jabhat Al-Nusrah, menolak konferensi oposisi yang disponsori Saudi, mendorong sebuah balasan kemarahan dari Jaisyu Islam, salah satu penandatangan pernyataan akhir dari pertemuan diplomatik tersebut.
Syaikh Zawahiri mengatakan bahwa setelah konferensi, Arab Saudi berusaha untuk "mengusir mujahidin" dari jajaran pejuang oposisi Suriah dan kemudian "membunuh Zahran Alloush."
Pemimpin Jaisyul Islam itu tewas dalam serangan presisi pada 25 Desember 2015 yang rezim Suriah klaim lakukan, meskipun pejuang oposisi mengatakan bahwa Rusia yang melakukan serangan yang menewaskan salah satu komandan pejuang oposisi dari faksi Islam tingkat atas di negara yang dilanda perang tersebut.
"[Riyadh] berusaha untuk membagi mujahidin dengan gencatan senjata palsu," Zawahiri menambahkan, mengacu pada penghentian permusuhan yang ditengahi oleh Rusia dan Amerika Serikat yang mulai berlaku pada akhir Februari 2016 namun gagal sejak itu.
"Gencatan senjata tidak menghentikan jet dari Rusia dan Baathists Nusayri dari membunuh Muslim dan membakar rumah-rumah mereka." (st/NOW)