UBARI, LIBYA (voa-islam.com) - Salah satu personel operasi yang paling senior Al-Qaidah di kawasan Afrika Utara dilaporkan telah gugur dan dimakamkan di daerah Ubari Libya pada 25 November, sumber-sumber keamanan dari daerah tersebut telah mengatakan kepada The New Arab Jum'at (16/12/2016).
Mokhtar Belmokhtar meninggal setelah mengalami luka serius dalam serangan udara Prancis pada tanggal 15 November, di kota Libya Sabha.
Kematiannya telah diperkirakan tetapi tidak pernah dikonfirmasi.
"Para pejabat AS mengungkapkan keyakinan yang lebih besar bahwa serangan terbaru, yang dilakukan oleh pesawat Prancis di Libya selatan yang berdasarkan bagian dari umpan intelijen dari AS awal bulan ini, kemungkinan berhasil," Wall Street Journal melaporkan.
Mantan pemimpin Al-Qaidah di Maghreb Islam (AQIM) tersebut berada di Sabha untuk membeli senjata, sebagai sebagai bagian kesepakatan yang didanai oleh uang tebusan yang diyakini telah dibayarkan untuk pembebasan dari warga negara Kanada dan dua orang Italia yang diculik di Libya September lalu, menurut sumber keamanan kepada The New Arab, yang berbicara tanpa menyebut nama.
Dua pengikut Belmokhtar gugur segera setelah serangan. Abu Thalhah al-Liby, diidentifikasi oleh intelijen di wilayah itu sebagai kepala brigade al-Furqan, juga dikenal sebagai brigade al-Quds, dan Yahia Jouadi 55 tahun, alias Zeydoun Tergui.
Belmokhtar, terluka parah dalam serangan itu, tapi selamat cukup lama untuk dibawa ke beberapa titik antara November 20 hingga 24 ke Ubari, di mana ia meninggal.
Kelompoknya menguburnya di luar kota gurun oasis Sahara tersebut, istrinya, Fatima, mengkonfirmasi.
Dia telah selamat dari upaya pembunuhan oleh pasukan AS dan Prancis. Beberapa laporan menyatakan kematiannya menyusul operasi sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir telah terbukti palsu.
Mokhtar Belmokhtar, yang dikenal oleh media lokal sebagai "bermata satu" dan "sulit dipahami" juga dikenal sebagai Khaled Abu al-Abbas dan lahir pada 1 Juni 1972, di provinsi Ghardaia Aljazair, 600km selatan dari Algiers.
Pada tahun 1989, ia pergi ke Afghanistan untuk memerangi Soviet, menerima pelatihan dengan mujahidin yang didukung AS, sebelum kembali ke Aljazair dan akhirnya menjadi pemimpin Al-Qaidah di Maghreb.
Pada tahun 2007, pengadilan Aljazair menjatuhkan hukuman mati secara absentia.
Mendirikan Al Murabitoon
Pada bulan Agustus tahun 2013, Belmokhtar menggabungkan Batalyon al-Mulathamun yang dipimpinnya dengan Gerakan untuk Tauhid dan Jihad di Afrika Barat (MUJAO), membentuk al-Mourabitoun.
Al-Mourabitoun menyatakan bertanggung jawab atas serangan 2013 terhadap sebuah pabrik gas Aljazair di In Amenas, di barat daya negara itu.
Serangan itu menyebabkan situasi penyanderaan dan kematian 37 orang.
Tapi kelompok itu terbagi dan secara resmi berpisah sebelum deklarasi Mei 2015 dikeluarkan oleh Adnan Abou Walid al-Sahraoui, penerus Belmokhtar, yang berjanji setia kepada Islamic State (IS)
Audio rekaman dari al-Sahraoui dikirim ke kantor berita Mauritania yang biasanya membawa laporan tersebut.
Kelompok Belmokhtar, diperkirakan sekarang hanya terdiri 50 atau lebih pejuang, masih mampu melakukan operasi dan pada tahun 2016 melakukan serangan di Burkina Faso dan Pantai Gading menargetkan wisatawan.
Jika laporan-laporan terbaru yang benar, dan Belmokhtar benar-benar sudah gugur, pemimpin kelompok itu kemungkian akan beralih ke Ben Tahar Houcine, berusia 45.
Ben Tahar adalah warga negara Aljazair, berasal dari kota Djelfa, barat dari Algiers. Kelompok kecil nya telah melemah karena kurangnya keuangan, sementara brigade al-Sahraoui terdiri dari ratusan pejuang, menurut sumber intelijen, Ali Zaoui seorang ahli keamanan yang telah menikuti naik turunnya kelompok militan tersebut.
"Sisa kelompok Belmokhtar ini - jumlah yang sangat kecil dari para pejuang - sekarang diyakini akan bergabung dengan pasukan Islamic State, karena mereka sekarang memiliki masalah nyata dari pembiayaan," katanya kepada The New Arab.
Kelompok yang dipimpin oleh al-Sahraoui dianggap telah terjamin dengan keuangan yang cukup untuk melanjutkan aktivitasnya antara Libya dan utara Mali, dengan uang perdagangan senjata sebagai pemasok dana utama kelompok itu.
Menurut laporan statistik indeks terorisme global 2016 (GTI) oleh Lembaga Ekonomi dan Perdamaian, Al-Qaidah di Maghreb Islam (AQIM) di Aljazair dan Mali, aktif sejak tahun 2007, menewaskan 15 orang dalam 11 serangan pada tahun 2015, termasuk serangan terhadap anggota PBB Misi Multidimensional stabilisasi Terpadu di Mali (MINUSMA).
Antara 2003 dan 2012, AQIM mengumpulkan hampir $ 90 juta dari penculikan, menurut GTI.
Perdagangan senjata-penyelundupan di Libya diperkirakan sekitar $ 4-15 juta per tahun, sedangkan ketersediaan senjata yang meningkat juga telah memperkuat kelompok yang beroperasi di Mali, Nigeria dan Libya, termasuk al-Qaidah di Maghreb Islam (AQIM), al-Mourabitoun , Ansar Eddine dan Ansar al-Sharia.
Kota oasis Ubari terletak di padang pasir Libya barat daya dan merupakan rumah leluhur dari suku Tuareg dan Toubous. Tetapi dalam kekacauan yang melanda Libya sejak jatuhnya diktator lama Muammar Gadaffi, sengketa yang sedang berlangsung antar kelompok atas wilayah itu telah melemah kota tersebut, yang memungkinkan cabang Al-Qaidah untuk menemukan tempat berlindung. (st/TNA)