IDLIB, SURIAH (voa-islam.com) - Seorang komandan pejuang oposisi Suriah telah mengungkapkan alasan di balik kekalahan besar pejuang oposisi di kota Aleppo bulan lalu.
Mantan komandan tertinggi Aleppo, Abu al-Abd Ashida, yang dipilih sebagai pemimpin seluruh faksi pejuang di Aleppo di saat keaadan sudah terlambat, menjelaskan penyebab kekalahan dalam wawancara yang diterbitkan pada hari Selasa oleh aktivis pro-oposisi asal Amerika Bilal Abdul Kareem dan dilaporkan The New Arab Jum'at (14/1/2017).
"Singkatnya [pejuang oposisi] tidak ingin kesatuan yang nyata, di mana ada satu pemimpin dengan kekuasaan dan kemampuan untuk membuat keputusan yang nyata," kata Abu al-Abd Ashida dari Idlib, di mana banyak pejuang oposisi dievakuasi setelah kekalahan tersebut.
"Setiap kelompok ingin mempertahankan otoritasnya dan ingin memiliki orang mereka merintah. Jika ada satu pemimpin, mereka akan tidak lagi memiliki posisi imajiner mereka."
Komandan oposisi itu menjelaskan bahwa semangat telah runtuh di antara pasukannya di hari-hari terakhir pertempuran dan bahwa banyak dari mereka sedang menunggu untuk dievakuasi.
"Moral orang-orang turun, kolaborasi buruk ... kami berada dalam keadaan kehilangan dan kebingungan," kata sang komandan.
Dia mengatakan bahwa kelompok oposisi memiliki stok makanan untuk enam bulan terakhir tapi harga pangan telah meroket dengan satu telur yang dijual seharga $ 4.5.
Komandan oposisi itu juga menyalahkan "negara tetangga" untuk tidak melakukan intervensi untuk membantu warga sipil dan pejuang oposisi, sebuah referensi untuk Turki, yang telah memerangi Islamic State (IS) di utara Aleppo.
Abu al Abd Asida juga mengungkapkan bahwa Aleppo meminta Turki untuk memberikan mereka sebuah TBM (mesin penggali terowongan) untuk memecahkan pengepungan dalam 1 bulan dari kedua sisi, namun demikian, Turki menolak.
Berbicara tentang situasi kemanusiaan di kota itu, Abu al-Abd Asida mengatakan: "Keadaan warga sipil adalah tragedi mutlak ... ofensif rezim sengit. Itu seperti serangan Mongol.."
Pada tanggal 22 Desember, pejuang oposisi di Aleppo menderita kekalahan paling telak sejak awal perang sipil ketika ofensif besar pasukan pro-Assad yang didukung Rusia menyaksikan rezim teroris Suriah merebut kembali timur kota yang telah dikuasai oposisi sejak 2012 lalu.
Kerugian itu merupakan pukulan terbesar untuk faksi-faksi oposisi di Suriah dalam konflik hampir enam tahun, yang telah menewaskan lebih dari 400.000 orang. (st/tna)