KABUL, AFGHANISTAN (voa-islam.com) - Pejuang Taliban telah membunuh setidaknya enam polisi dalam sebuah serangan di sebuah pos pemeriksaan dan menculik puluhan penumpang bus dalam dua insiden terpisah di Afghanistan selatan, kata beberapa pejabat.
Sekelompok pejuang yang mengenakan seragam tentara menculik 30 orang, termasuk 19 polisi, setelah menghentikan sebuah bus pada Selasa malam di perbatasan antara provinsi Kandahar dan Uruzgan.
"Ada juga warga sipil di dalam bus dan kami mencoba untuk mengidentifikasi orang-orang yang diculik dalam serangan tersebut," Qudratullah Khushbakht, seorang juru bicara gubernur Kandahar, mengatakan kepada Al Jazeera.
Dalam insiden kedua, sebuah pos pemeriksaan polisi di distrik Shah Wali Kot di provinsi Kandahar diserang oleh pejuang Taliban yang menyebabkan enam polisi tewas dan melukai lima lainnya, Jenderal Abdul Razik, kepala polisi Kandahar, mengatakan kepada media setempat.
Taliban menyatakan bertanggung jawab atas kedua serangan tersebut yang mengatakan bahwa mereka menculik petugas polisi "hidup".
Tentara Afghanistan dan pasukan koalisi pimpinan AS terus memerangi Taliban untuk menguasai daerah-daerah di negara tersebut namun situasi keamanan telah memburuk.
Korban jiwa meningkat
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada tahun 2017 oleh Special Inspector General for Afghanistan (SIGAR), sebuah badan pengawas kongres AS, sebanyak 2.531 pasukan keamanan Afghanistan tewas dan 4.238 terluka dalam empat bulan pertama tahun ini.
Dalam laporan sebelumnya oleh SIGAR, setidaknya 6.785 tentara Afghanistan dan personil polisi tewas dalam 10 bulan pertama tahun 2016, yang menunjukkan setidaknya 20 tentara dan polisi tewas setiap hari menyoroti tantangan yang dihadapi tentara Afghanistan.
Menurut sebuah survei baru-baru ini oleh jaringan berita BBC, Taliban aktif di 70 persen distrik Afghanistan, yang sepenuhnya mengendalikan empat persen negara tersebut dan menunjukkan kehadiran fisik terbuka di 66 persen lainnya.
Pada hari Rabu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menawarkan untuk mengakui Taliban sebagai kelompok politik yang sah, sebagai bagian dari proses yang diusulkan yang dia katakan dapat menyebabkan perundingan yang bertujuan mengakhiri lebih dari 16 tahun perang.
Sebelumnya, kelompok bersenjata tersebut mengatakan bahwa mereka menginginkan pembicaraan langsung dengan Amerika.
Seorang pejabat senior Taliban yang bermarkas di Doha mengatakan kepada Al Jazeera pada hari Selasa bahwa kelompok tersebut mengundang pejabat AS ke kantor politiknya di Qatar untuk membahas "solusi damai" untuk mengakhiri pertumpahan darah di Afghanistan.
Pejabat Taliban tersebut juga mengatakan bahwa kepergian tentara Amerika dari Afghanistan tetap merupakan prasyarat untuk perundingan kelompok tersebut. (st/aje)