DAMASKUS, SURIAH (voa-islam.com) - Pejuang oposisi Suriah telah merebut kembali kota Hammourieh beberapa jam setelah diambil alih rezim teroris Assad pada hari Kamis (15/3/2018), menewaskan lebih dari 30 tentara, sumber oposisi mengatakan kepada Zaman al-Wasl.
Kamis pagi, tentara rezim mengatakan telah merebut kota utama di Ghouta Timur, setelah setelah Hay'at Tahrir Al-Sham (HTS) dari Faylaq al-Rahman mundur, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan.
Pejuang oposisi mengatakan bala bantuan yang datang dari kota Saqba memungkinkan mereka mendapatkan kembali 80 persen kota tersebut.
Observatorium tersebut mengatakan bahwa jumlah orang Syria yang meninggalkan Ghouta bagian timur menuju garis rezim pada hari Kamis telah mencapai setidaknya 7.000 orang.
Orang-orang meninggalkan Hammourieh dan kota-kota lain di dekatnya, kata Rami Abdel-Rahman, direktur monitor yang berbasis di Inggris.
Pasukan rezim pada Rabu malam menyerang daerah pinggiran Ghouta Timur dengan bom dan bom gas klorin, kata Relawan Pertahanan Sipil Suriah, White Helmet.
Serangan malam di desa Hammourieh, telah menewaskan 13 orang, termasuk 4 anak-anak dan dua perempuan, menurut aktivis setempat dan kelompok penyelamatan.
160 warga sipil yang sakit dan terluka telah dievakuasi dari daerah pinggiran yang dikepung pada hari Rabu, dalam sebuah gelombang kedua menyusul 190 orang yang luka-luka dievakuasi pada hari Selasa, kata wartawan setempat.
Komando Tugas Rusia di basis pesisir Hmeimym, yang menjadi perantara kesepakatan evakuasi, mengklaim 350 orang telah melintas keluar dari daerah kantong yang di tersebut.
Pemboman Rabu oleh rezim teroris Assad dan sekutunya Rusia telah membunuh 25 warga sipil, di antaranya tiga anak-anak, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan.
"Sedikitnya 25 warga sipil termasuk tiga anak tewas pada hari Rabu, kebanyakan dari mereka dalam serangan udara rezim dan lainnya dalam serangan Rusia di wilayah yang dikuasai oleh Faylaq al-Rahman," sebuah kelompok oposisi, kata kelompok pemantau yang berbasis di Inggris.
Lebih dari 1.400 orang terbunuh dalam empat pekan pengeboman berat di Ghouta Timur.
Sementara itu, pihak berwenang setempat di luar Damaskus mengatakan pasukan rezim telah memotong kota mereka dari Ghouta yang dikuasai oposisi di sekitarnya, mengisolasi 20.000 penduduk tanpa akses untuk mendapatkan bantuan.
Seorang anggota dewan lokal Harasta mengatakan pada hari Rabu bahwa penduduk telah berada di tempat penampungan bawah tanah dalam waktu lama di tengah pemboman berat.
Dia mengatakan bahwa pasukan pemerintah telah menangkap pemakaman lokal, memaksa penduduk untuk mengubur orang-orang yang meninggal di tempat lain, AP melaporkan.
Harasta berada di Ghouta Timur, sebuah daerah yang dikuasai oposisi yang berada di bawah pengepungan yang melumpuhkan dan pemboman sehari-hari selama berminggu-minggu. Aktivis oposisi mengatakan lebih dari 1.100 warga sipil terbunuh sejak serangan terakhir dimulai pada bulan Februari.
Pasukan rezim baru-baru ini memisahkan daerah kantong itu menjadi dua dan memotong kota Douma dan Harasta.
Pasukan rezim telah mengintensifkan pemboman darat dan udara semalam di Douma dan Harasta karena pejuang oposisi masih menunjukkan perlawanan sengit meski mereka melakukan pemboman mematikan, kata reporter lokal, Rabu.
Rezim Assad dan Rusia telah melakukan kampanye pengeboman yang biadab dan serangan darat terhadap wilayah kantong yang terkepung sejak 18 Februari, kendati ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata di seluruh negara.
Ghouta Timur adalah zona oposisi terkuat terakhir yang tersisa di pinggiran ibukota, dan oposisi di sana secara teratur menembakkan roket ke Damaskus.
Ghouta Timur adalah rumah bagi sekitar 400.000 orang, tinggal di bawah pengepungan lima tahun yang telah membuat makanan dan pertolongan medis sangat langka.
Kelompok Pertahanan Sipil mengatakan bahwa pekerjaan penyelamatan sedang berlangsung karena puluhan mayat masih berada di bawah reruntuhan.
Pada hari Selasa, mereka mengeluarkan delapan warga sipil, termasuk tujuh dari keluarga yang sama, di kota Zamalka.
Sebuah unit media militer yang dijalankan oleh kelompok Syi'ah Hizbullata Libanon yang didukung Iran, sekutu pemerintah Suriah, mengklaim bahwa tentara tersebut benar-benar mengepung kota Douma.
Kelompok opoaiai di Ghouta Timur telah bersumpah mereka akan berperang.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh faksi Tentara Pembebasan Suriah (FSA) di sana pada Sabtu malam mengatakan bahwa mereka telah mengambil keputusan untuk tidak menerima penyerahan diri dan menegosiasikan penarikan mundur. (st/ZW)