PULWAMA, KASHMIR (voa-islam.com) - Kelompok pejuang Islam yang berbasis di Pakistan Jaish-e-Mohammad (JeM) menyatakan bertanggung jawab atas serangan terhadap konvoi Pasukan Cadangan Pusat (CRPF) di jalan raya utama Jammu dan Kashmir, sebuah kantor berita setempat melaporkan hari Kamis (14/2/2019).
Setidaknya 40 personel paramiliter India tewas dan beberapa lainnya cedera setelah sebuah mobil yang penuh dengan bahan peledak menabrak konvoi militer di Kashmir yang dikelola India.
Dalam salah satu serangan terburuk yang menghantam angkatan bersenjata India dalam hampir tiga tahun, mobil tersebut menabrak salah satu bus yang membawa personel Pasukan Cadangan Pusat (CRPF) di Awantipora di wilayah Himalaya yang disengketakan.
Direktur Jenderal CRPF Rajeev Rai Bhatnagar mengatakan kepada kantor berita ANI bahwa ada sekitar 2.500 personel dalam konvoi ketika serangan itu terjadi.
Kantor berita Associated Press melaporkan bahwa lebih dari 20 personel terluka dalam ledakan itu.
Seorang juru bicara Jaish-e-Mohammad, dalam sebuah pernyataan yang dibawakan oleh kantor berita GNS, mengatakan lusinan kendaraan pasukan keamanan hancur dalam serangan itu.
Jaish-e-Mohammad, salah satu kelompok jihadis paling kuat yang beroperasi di Kashmir, disalahkan atas serangan 2001 terhadap parlemen India yang menyebabkan India mengerahkan militernya di perbatasan dengan Pakistan.
Kashmir adalah wilayah mayoritas Muslim di jantung puluhan tahun permusuhan antara India dan Pakistan. Wilayah itu telah dibagi antara India dan Pakistan sejak berakhirnya pemerintahan kolonial Inggris pada tahun 1947, tetapi keduanya mengklaim wilayah Himalaya secara penuh.
India menempatkan sekitar 500.000 tentara dan secara teratur menindak secara brutal demonstran, menembakkan gas air mata dan senjata pelet kepada demonstran.
Hampir 70.000 orang telah tewas dalam tiga dekade terakhir dalam perjuangan pemisahan diri melawan pemerintah India.
Pejuang pembebasan Kahsmir menuntut Kashmir menjadi bagian dari Pakistan atau menjadi negara merdeka.
India menuduh Pakistan mempersenjatai dan melatih para pejuang, tuduhan yang disangkal Islamabad, mengatakan mereka hanya menawarkan dukungan moral dan diplomatik untuk Muslim Kashmir dalam perjuangan mereka untuk menentukan nasib sendiri.
Pasukan India secara sporadis memerangi mujahidin di pegunungan Kashmir sejak pemberontakan bersenjata tahun 1989 di mana puluhan ribu orang terbunuh, tetapi pemboman mobil jarang terjadi.
Serangan besar terakhir adalah pada tahun 2016 ketika gerilyawan menyerang sebuah kamp militer India di Uri yang menewaskan 20 tentara. Ketegangan dengan Pakistan meningkat setelah New Delhi mengatakan para penyerang datang dari Pakistan untuk melakukan serangan. (st/AJE)