MOGADISHU, SOMALIA (voa-islam.com) - Sebuah ledakan mematikan menghantam Mogadishu tengah pada Kamis (7/3/2019) pagi, menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai lima lainnya, media lokal melaporkan.
Bom mobil itu diledakkan di sebuah pos pemeriksaan dekat dengan istana presiden di ibukota Somalia, laporan awal mengatakan.
Kelompok pejuang Al-Shabaab menyatakan bertanggung jawab atas ledakan itu, dengan mengatakan pihaknya menargetkan sebuah pos pemeriksaan yang menjaga pintu masuk utama ke Villa Somalia, kediaman Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Farmajo.
Klaim Al-Shabaab telah dikuatkan oleh laporan media awal yang mengatakan sebuah mobil yang sarat dengan bahan peledak diledakkan di pos pemeriksaan dekat dengan istana presiden dan teater nasional Somalia.
Jumlah korban saat ini bisa sebanyak lima orang dengan polisi memperkirakan bahwa jumlah korban jiwa akan meningkat dalam beberapa jam mendatang.
Pengguna media sosial Somalia telah mempertanyakan bagaimana kelompok tersebut telah mampu melakukan serangan seperti itu secara teratur, meskipun ada langkah-langkah keamanan yang ketat oleh pemerintah.
"Dengan hampir semua jalan utama di pusat kota ditutup; pos-pos pemeriksaan di rute masuk kota dijaga oleh pasukan, pertanyaan-pertanyaan harus ditanyakan mengapa [Al-Shabaab] dapat melakukan serangan sesuka hati dan dengan keberanian seperti itu setiap minggu," Rashid Abdi, Direktur Project Horn of Africa untuk International Crisis Group mentweet.
"Ada yang sangat kacau."
Pekan lalu, sebuah bom mobil meledak di Mogadishu, menewaskan sedikitnya lima orang dan melukai puluhan lainnya. Al-Shabaab mengklaim serangan itu, dengan mengatakan mereka bermaksud menargetkan pejabat pemerintah yang tinggal di sebuah hotel di dekatnya.
Kelompok terkait Al-Qaidah, yang menentang pemerintah federal Somalia dan ingin memberlakukan hukum Islam di negara tanduk Afrika tersebut, dianggap oleh banyak orang sebagai kelompok jihadis paling mematikan di Afrika.
Mereka telah melakukan serangan di Afrika Timur di luar basisnya di Somalia, termasuk di negara tetangga Kenya, meskipun telah diusir dari markasnya di ibukota pada tahun 2011.
AS telah meningkatkan serangan udara terhadap kelompok itu di Somalia tahun lalu. Serangan pekan lalu menewaskan sekitar 20 pejuang Al-Shabaab, tetapi seorang jenderal AS mengatakan awal bulan ini bahwa serangan udara saja tidak akan cukup untuk mengalahkan kelompok itu. (st/TNA)