DOHA, QATAR (voa-islam.com) - Harapan untuk terobosan dalam upaya untuk mengakhiri konflik Afghanistan mengalami kemunduran besar pada hari Jum'at 19/4/2019) setelah pertemuan puncak penting antara Taliban dan pejabat Afghanistan ditunda tanpa batas waktu.
Apa yang disebut dialog intra-Afghanistan, yang akan berlangsung di Doha akhir pekan ini, berantakan pada menit terakhir berturut-turut karena banyaknya delegasi yang ingin dikirim oleh pemerintah di Kabul.
Keruntuhan terjadi pada saat kritis dan di tengah pertumpahan darah yang berkelanjutan. Taliban sekarang mengendalikan atau mempengaruhi sekitar setengah dari Afghanistan.
Kelompok pejuang Taliban mencibir besarnya jumlah delegasi yang dikirim pemerintah Afghanistan dalam dialog intra-Afghanistan, yang akan berlangsung di Doha akhir pekan ini, mengatakan itu tidak "normal" dan bahwa mereka "tidak punya rencana" untuk bertemu dengan begitu banyak orang.
"Konferensi itu "bukan undangan untuk pernikahan atau pesta lain di sebuah hotel di Kabul," kata Taliban pekan ini.
Sultan Barakat, Direktur Pusat Studi Konflik dan Kemanusiaan Doha Institute, yang menjadi tuan rumah acara tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan penundaan itu "diperlukan untuk membangun konsensus lebih lanjut mengenai siapa yang harus berpartisipasi".
"Jelas saat ini belum tepat," tambah Barakat, direktur Pusat Studi Konflik dan Kemanusiaan.
Perwakilan Khusus AS untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad mengatakan dia "kecewa" KTT telah ditunda.
"Kami berhubungan dengan semua pihak dan mendorong agar semua orang tetap berkomitmen untuk berdialog," tulis utusan itu di Twitter. "Saya mendesak semua pihak untuk memanfaatkan momen ini dan mengembalikan semuanya ke jalur dengan menyetujui daftar peserta yang berbicara untuk semua warga Afghanistan."
Pemerintahan Presiden Ashraf Ghani pada hari Selasa mengumumkan daftar 250 orang dari semua lapisan masyarakat Afghanistan, termasuk tokoh-tokoh pemerintah, yang ingin dikirim ke Doha.
Juru bicara Taliban Mohammed Suhail Shaheen mengatakan kepada Arab New bahwa delegasi Taliban hanya terdiri dari 25 orang, termasuk tiga wanita.
Meskipun Taliban bersikeras bahwa mereka hanya akan berbicara dengan para pejabat Ghani dalam "kapasitas pribadi", setiap kontak antara kedua pihak di Doha akan sangat signifikan, terutama pada saat Afghanistan meningkatnya kekerasan baru setelah Taliban mengumumkan serangan musim semi tahunan mereka.
Taliban sebelumnya menolak untuk bertemu dengan pemerintah Ghani, menyebutnya sebagai "rezim boneka".
Doha sebelumnya telah menjadi tuan rumah lima putaran pembicaraan antara Taliban dan Perwakilan AS Khalilzad. (st/TNA)