DOHA, QATAR (voa-islam.com) - Taliban telah meminta AS untuk mengakhiri penggunaan kekuatan di Afghanistan alih-alih menekan kelompok jihad itu untuk meletakkan senjata.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid membuat pernyataan dalam menanggapi utusan khusus AS untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad, yang terlibat dalam perundingan putaran keenam dengan kelompok itu di ibukota Qatar, Doha.
Khalilzad mengatakan dalam sesi pembukaan bahwa ini "adalah waktu untuk meletakkan senjata, menghentikan kekerasan, & merangkul perdamaian."
"Dalam sesi pembukaan kami, saya menggarisbawahi kepada Talib bahwa rakyat Afghanistan, yang adalah saudara laki-laki dan perempuan mereka, ingin perang ini berakhir," tulis Khalilzad.
Juru bicara Taliban bereaksi terhadap pernyataan tersebut pada hari Jum'at (3/5/2019), mengatakan bahwa Washington "harus melupakan gagasan tentang kita meletakkan senjata kita."
"Alih-alih fantasi seperti itu, dia harus membawa pulang ide (ke AS) tentang mengakhiri penggunaan kekuatan dan menimbulkan kerugian manusia dan keuangan lebih lanjut untuk pemerintahan Kabul yang membusuk," tambahnya.
Mujahid mengatakan Amerika Serikat harus berhenti mengulangi strategi yang gagal sambil mengharapkan hasil yang berbeda.
"Akan lebih baik jika @ US4AfghanPeace mengerahkan keberanian untuk menyebut sekop sebuah sekop, bukan alat berkebun & menerima kenyataan saat ini."
Setelah lima putaran perundingan, Khalilzad mengklaim kemajuan dalam perundingan bulan lalu, dengan mengatakan kedua belah pihak telah mencapai "kesepakatan dalam rancangan" tentang masalah penarikan pasukan dan jaminan kontra-jihadis.
Taliban, bagaimanapun, bersikeras bahwa pembicaraan tidak dapat bergerak maju sampai pasukan asing meninggalkan Afghanistan.
"Perdamaian akan mengharuskan kami menemukan titik temu pada empat masalah yang saling terkait: penarikan pasukan, jaminan kontra-terorisme (baca; jihadis), dialog & negosiasi intra-Afghanistan, dan pengurangan kekerasan yang mengarah pada gencatan senjata komprehensif," kata Khalilzad dalam tweet-nya.
"Tidak ada yang final sampai kita sepakat pada semua 4 masalah," tambahnya.
Taliban sejauh ini menolak untuk bertemu dengan pemerintah Presiden Ashraf Ghani, menyebut itu tidak sah.
Pemerintahan lima tahun Taliban atas setidaknya tiga perempat Afghanistan berakhir setelah invasi AS pada tahun 2001, tetapi 18 tahun kemudian, Washington mencari gencatan senjata dengan para jihadis, yang masih mengendalikan sebagian besar tanah.
Pasukan Amerika tetap bertahan di Afghanistan sejak presiden George W. Bush, Barack Obama, dan sekarang Donald Trump. (st/ptv)