Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah yang menunjuki dan menyesatkan kepada siapa yang Dia kehendaki. Siapa yang diberinya petunjuk niscaya tak ada seorangpun yang mampu menyesatkannya. Sebaliknya, siapa yang disesatkan oleh-Nya maka tak satupun yang mampu memberi petunjuk. Ya Allah tunjukilah kami kepada jalan-Mu yang lurus.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, yang telah menyampaikan risalah, menasihati umat, dan berjihad di jalan Allah dengan jihad yang sebenarnya. Semoga shalawat dan salam juga dilimpahkan kepada keluarga, para sahabat, dan umatnya yang senantiasa meniti jalan hidupnya.
Di antara sunah Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam perjuangan, adanya tamhis (penyaringan/seleksi) dalam barisan pejuang Islam sebelum tibanya kemenangan. Karena kemenangan tidak akan diberikan kecuali melalui tangan hamba-hamba pilihan. Kemenangan yang beturut-turut dan cepat akan mengakibatkan masuknya manusia yang beragam kualitas iman dan kejujurannya dalam barisan pemenang. Karena itu, Allah memberikan ujian kepada para hamba-Nya sehingga hanya tinggal pasukan pilihan. Tidak ada dalam barisan mujahidin kecuali orang yang jujur dan teguh. Atas mereka pertolongan Allah turun sesudah itu, sebagaimana yang terjadi pada ghazwah (perang) Uhud.
SesudahAllah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin pada perang Badar, banyak orang Madinah yang masuk Islam, di antara mereka ada golongan munafikin. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala mentakdirkan perang Uhud sesudahnya sebagai tamhis (penyaringan dan seleksi), sebagaimana firman Allah Ta'ala sesudah terjadinya perang ini,
وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا
"Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir)." (QS. Ali Imran: 140) Maka nampak dengan jelas kaum munafikin sesudah perang ini.
Tamhis ini juga sebagaimana yang dialami Thalut dan pasukannya saat bicara kepada pasukan yang bersamanya, "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka." (QS. Al-Baqarah: 249) Maka menjadi bersihlah barisan Thalut dari para pendusta dengan ujian ini, lalu yang sedikit inilah yang mampu mengalahkan Jalut dan pasukannya.
Saat manusia masuk Islam berbondong-bondong di Jazirah Arab pada akhir kehidupan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, padahal saat itu Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menyampaikan risalah ini kepada seluruh umat, maka haruslah dilakukan tamhis (seleksi) terhadap mereka sebelum mereka berangkat menyebarkan Islam dan memerangi Persia dan Romawi. Adalah wafatnya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam merupakan ujian yang menampakkan muslim yang jujur dalam beragama dari pendustanya. Sehingga muncullah kelompok-kelompok murtadin yang lalu diperangi kaum muslimin. Hasilnya, barisan kaum muslimin menjadi bersih kembali sehingga kemenangan-kemenangan besar dapat diraih sesudah itu. [PurWD/voa-islam.com]