Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam- keluarga dan para sahabatnya.
Keterangan hadits shahih bahwa Jihad sebagai puncak amalan dalam Islam menjadi bukti bahwa jihad adalah amal kebaikan tertinggi di dalam Islam. Bahkan tidak ada amal yang keutamaannya bisa menandinginya. Karenanya, saat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam ditanya perihal amal yang bisa menandingi jihad, beliau menjawab, "Aku tidak mendapatkannya."
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Wahai Rasulullah, Amalan apakah yang (pahalanya) sebanding dengan Jihad fi Sabilillah?” beliau menjawab, "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya."
Mereka (para sahabat) mengulangi pertanyaan tersebut dua atau tiga kali, dan jawaban beliau atas setiap pertanyaan itu sama, "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya." Kemudian setelah yang ketiga beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْقَانِتِ بِآيَاتِ اللَّهِ لَا يَفْتُرُ مِنْ صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ حَتَّى يَرْجِعَ الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى
"Perumpamaan seorang mujahid Fi Sabilillah adalah seperti orang yang berpuasa yang mendirikan shalat lagi lama membaca ayat-ayat Allah. Dan dia tidak berhenti dari puasa dan shalatnya, sehingga seorang mujahid fi sabilillah Ta’ala pulang." (Muttafaq 'Alaih)
[Baca: Tidak Ada Amal yang Bisa Menandingi Jihad]
Kematian di medan jihad (syahid) terhitung sebagai kematian terbaik. Saat nyawa dicabut, ia tak merasakan sakit kecuali seperti dicubit. Setelah itu Arwah mereka ditempatkan di surga Firdaus yang tertinggi.
Rasullullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang bersabda kepada Ummu Haritsah binti Nu’man -putranya gugur di perang badar-ketika dia bertanya kepada beliau (tentang nasib putranya): “Di mana dia?” Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ”Sesungguhnya dia ada di surga Firdaus yang tinggi.” (HR. Al Bukhari)
Dalam Shahih Muslim, dari Masyruq Rahimahullah, berkata: "Kami bertanya kepada Abdullah tentang ayat ini (QS. Ali Imran: 169)
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.“ (QS. Ali Imran: 169)
Dia menjawab, "adapun kami telah bertanya tentang hal itu (kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam), lalu beliau menjawab:
"Sesungguhnya ruh-ruh para syuhada’ itu ada di dalam tembolok burung hijau. Baginya ada lentera-lentera yang tergantung di 'Arsy. Mereka bebas menikmati surga sekehendak mereka, kemudian singgah pada lentera-lentera itu. Kemudian Rabb mereka memperlihatkan diri kepada mereka dengan jelas, lalu bertanya: “Apakah kalian menginginkan sesuatu?” Mereka menjawab: “Apalagi yang kami inginkan sedangkan kami bisa menikmati surga dengan sekehendak kami?” Rabb mereka bertanya seperti itu sebanyak tiga kali. Maka tatkala mereka merasa bahwasanya mereka harus minta sesuatu, mereka berkata, “Wahai Rabb kami! kami ingin ruh kami dikembalikan ke jasad-jasad kami sehingga kami dapat berperang di jalan-Mu sekali lagi. “Maka tatkala Dia melihat bahwasanya mereka tidak mempunyai keinginan lagi, mereka ditinggalkan.” (HR. Muslim)
[Baca: Jika Para Syuhada Tidak Mati, di Manakah Arwah Mereka?]
Rindu Medan Jihad
Tidaklah setiap mukmin yang tahu keutamaan jihad, mati syahid dan kedudukan syuhada’ di sisi Allah pasti menginginkan ia berada di medan jihad dan gugur sebagai syahid. Begitulah yang disabdakan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
مَا مِنْ أَحَدٍ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَأَنَّ لَهُ مَا عَلَى الأَرْضِ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ الشَّهِيدِ فَإِنَّهُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنَ الْكَرَامَةِ
“Tidak ada orang masuk surga lalu ia menginginkan kembali ke dunia padahal ia memiliki segala sesuatu yang ada di dunia ini, kecuali orang yang mati syahid. Dia bercita-cita untuk kembali ke dunia kemudian dibunuh, berulang sepuluh kali, setelah dia melihat besarnya kemuliaan (mati syahid)” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Baththal berkata, “hadits ini adalah keterangan yang paling utama tentang keutamaan jihad.” Dan tidak ada amal kebaikan dengan resiko kehilangan nyawa yang selain jihad, karenanya pahalanya sangat besar.
Bahkan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sendiri mengaku menginginkan hal itu,
وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوَدِدْتُ أَنِّى أَغْزُو فِى سَبِيلِ اللَّهِ فَأُقْتَلُ ثُمَّ أَغْزُو فَأُقْتَلُ ثُمَّ أَغْزُو فَأُقْتَلُ
"Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh aku senang berperang di jalan Allah lalu terbunuh. Kemudian aku berperang lalu terbunuh. Kemudian aku berperang lalu terbunuh." (Muttafaq 'Alaih, lafadz milik Imam Muslim. Dalam redaksi lainnya, "Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh aku senang terbunuh di jalan Allah lalu dihidupkan.")
Beliau menghinakan orang yang tidak memiliki semangat jihad dan tidak memiliki keinginan terjun ke medan jihad. [Baca: Salafi Harus Cinta Jihad dan Mati Syahid]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda
مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ
"Siapa yang meninggal sementara ia tidak pernah berperang (berjihad) dan tidak pernah meniatkan untuknya, maka ia mati di atas cabang kenifakan." (HR. Muslim)
Sabda beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang lain tentang orang yang tak mau berandil dalam jihad sedikitpun,
مَنْ لَمْ يَغْزُ أَوْ يُجَهِّزْ غَازِياً أَوْ يَخْلُفْ غَازِياً فِى أَهْلِهِ بِخَيْرٍ أَصَابَهُ اللَّهُ بِقَارِعَةٍ قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa belum pernah berperang, atau memberi bekal orang yang berperang, atau menjaga keluarga orang yang berperang dengan baik, maka Alloh akan menimpakan kegoncangan kepadanya sebelum datangnya hari kiamat.” (HR. Abû Dâwud, Ibnu Majah, Thabrani, Al Baihaqi, Ibnu Abi Ashim dengan sanad Hasan)
Jawaban imamul mujahidin Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada orang yang ingin masuk surga tanpa mau berjihad,
لَا صَدَقَةَ وَلَا جِهَادَ فَبِمَ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ ؟
"Tidak shadaqah dan tidak jihad? Dengan apa engkau masuk surga?" (Imam al-Hakim berkata: Hadits shahih. Al-Dzahabi menyepakatinya)
[Baca: Tidak Sedekah dan Tidak Jihad, Dengan Apa Kamu Masuk Surga?]
Karenanya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyemangati para sahabatnya untuk memiliki andil dalam jihad fi sabilillah sesuai kemampuan dan kapasitasnya. Sehingga setiap umat Islam tidak tertinggal dari pahala yang besar.
Dari Anas Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
جَاهِدُوا اَلْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ, وَأَنْفُسِكُمْ, وَأَلْسِنَتِكُمْ
“Berjihadlah melawan kaum musyrikin dengan hartamu, jiwamu dan lidahmu." (HR. Ahmad dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Hakim)
Dari Zaid bin Khalid Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَدْ غَزَا وَمَنْ خَلَفَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا
"Siapa yang menyiapkan kebutuhan seorang yang berperang fi sabilillah maka sungguh ia telah ikut berperang. Dan siapa yang mengurus keluarga orang yang berperang fi sabilillah dengan baik maka sungguh ia telah ikut berperang." (Muttafaq 'Alaih)
. . . Rasulullah menyemangati para sahabatnya untuk memiliki andil dalam jihad fi sabilillah sesuai kemampuan dan kapasitasnya. . .
Makna ghazwah dalam hadits di atas adalah jihad. Maka orang yang menyiapkan sesuatu untuk orang yang berperang adalah menyiapkan untuknya apa saja yang dibutuhkan dalam safar dan perangnya. Apa keutamaan yang didapatkan orang yang menyiapkan tadi? Dia mendapat pahala jihad atau dicatat untuknya pahala berperang fi sabilillah walaupun ia tidak ikut berperang karena ia membantu orang yang sedang berperang fi sabilillah.
Keutamaan mendapat pahala berjihad juga didapatkan oleh orang yang ikhlas dan amanah memenuhi kebutuhan keluarga mujahid yang ditinggalkan, berupa memenuhi nafkah keluarga tersebut, mengobatkan yang sakit, membiayai pendidikan anak-anaknya, dan semisalnya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]