View Full Version
Kamis, 01 Dec 2016

Membuat Jengkel & Ciut Nyali Musuh Islam Adalah Ibadah & Amal Shalih

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Islam & kekufuran, Iman & kemunafikan, tauhid & Syirk, hak & batil, taat dan maksiat adalah dua kubu yang selalu bertentangan. Pasti terjadi gesekan dan perlawanan antara iman Islam & kekufuran, Iman & kemunafikan, tauhid & syirk, hak & batil, taat dan maksiat.

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

Dan katakanlah: ‘Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap.’ Sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al-Isra’: 81)

Kedua kubu ini tidak bisa bersatu dan bergandengan tangan. Satu harus lebih dominan dan mengendalikan yang lainnya.

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (QS. Al-Baqarah: 120)

وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا

"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup." (QS. Al-Baqarah: 217)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa'di -sesudah menjelaskan sifat buruk kafir Quraisy dan tujuan mereka dalam memerangi orang-orang beriman- menuturkan, "Sifat ini berlaku umum bagi setiap orang kafir, mereka tidak henti-hentinya memerangi golongan di luar mereka sehingga memurtadkan dari agama mereka. Khususnya, Ahli kitab  dari kalangan Yahudi dan Nashrani yang telah mendirikan organisasi-organisasi, menyebar misionaris, menempatkan para dokter, mendirikan sekolahan-sekolahan untuk menarik umat kepada agama mereka, membuat berbagai propaganda untuk menanamkan keraguan dalam diri mereka akan kebenaran agama mereka (Islam)."

Masih banyak ayat lain yang mengungkapkan kebencian dan permusuhan orang kafir terhadap Islam. Jika mereka mampu, pasti akan melakukan gerakan-gerakan untuk memurtadkan kaum muslimin atau menghabisi mereka sehingga punah dari muka bumi ini. Karenanya, Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan umat Islam untuk selalu mempersiapkan kekuatan fisik dan persenjataan untuk menghadapi kedengkian dan permusuhan mereka.

Allah Ta'ala berfirman,

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ

"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu." (QS. Al Anfal: 60)

Jika kaum muslimin belum memiliki kekuatan persenjataan atau kondisi tidak memungkinkan melawan kuffar dengan persenjataan, mereka bisa melawan dengan lisan atau aksi-aksi yang membuat marah dan gentar serta ciut nyali orang-orag kafir.

Setiap aksi-aksi yang bisa membuat marah, membuat jengkel dan ciut nyali orang kafir yang memusuhi Islam terkategori ibadah. Allah mencatat rasa haus, lapar, dan capek di dalamnya sebagai amal shalih.

Salah satu ibadah penting yang banyak ditinggalkan kaum muslimin adalah membuat musuh-musuh Islam marah. Ini berdasarkan QS. Al-Taubah: 120 di atas,

ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ لَا يُصِيبُهُمْ ظَمَأٌ وَلَا نَصَبٌ وَلَا مَخْمَصَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَطَئُونَ مَوْطِئًا يَغِيظُ الْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَيْلًا إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ بِهِ عَمَلٌ صَالِحٌ إِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ

Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah.  dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Taubah: 120)

Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi di “Aisar Tafasir” menjelaskan makna “membangkitkan amarah orang-orang kafir’: menimpakan amarah pada diri mereka yang membuat mereka sedih.

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa ayat ini adalah celaan dari Allah terhadap pihak-pihak yang meninggalkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam perang Tabuk. Karena mereka lebih mementingkan kenyamanan diri mereka daripada merasakan susah payah dalam jihad. Dengan sebab itu, mereka tertinggal dari mendapat pahala. Padahal dengan ikut berjhad semua jerih payah mereka seperti kehausan, kelaparan, capek, aksi buat musuh murka, dan hasil yang diperoleh dari musuh berupa kemenangan –semuanya- dicatat sebagai amal shalih dan diberi pahala besar.

Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan tentang makna, “dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir”: singgah di satu tempat yang membuat musuh gentar.

Dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh”: mendapat keuntungan dan kemenangan atas musuh dicatat untuk mereka -dengan amal-amal yang tidak berada di bawah kuasa mereka, tapi ada sebagai buah dari perbuatan mereka- sebagai amal-amal shalih dan (dicatat untuk mereka) pahala besar.

Contohnya: hijrahnya kaum muslimin dari Makkah menuju Madinah itu membuat orang kafir marah. Sehingga mereka berusaha menghalanginya dan mengusahakan sebab-sebab untuk mencegah hijrah. Karena dengan hijrah tersebut kaum muslimin menjadi merdeka dan lepas dari kendali kuffar. Mereka tidak bisa lagi melarang kaum muslimin mengamalkan agamanya dan mendakwahkannya. Aktifitas hijrah berhasil membuat kuffar marah dan merasa rugi, sehingga segala aktifitas fi sabilillah tersebut tercatat sebagai amal shalih.

Sinyal lain bahwa membuat marah dan gerah kaum mufar termasuk perintah Islam adalah firman Allah tentang sifat sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu meihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat, adapun sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil adalah seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Fath: 29)

Para mufasirin menerangkan tentang ayat tersebut bahwa Allah telah memperbanyak jumlah kaum muslimin para sahabat ridhwanullah ‘alaihim dan menguatkan mereka untuk membuat orang-orang kafir marah dan jengkel. Maka siapa yang marah dan jengkel terhadap para sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berarti ia kafir. Dari sini, sejumlah ulama menyimpulkan, siapa yang membenci para sahabat maka ia menjadi kafir. Dan di antara sifat generasi terbaik umat ini (Salafush Shalih) membuat musuh-musuh Islam marah dan gentar.

Sebaliknya, kaum muslimin haram mengeluarkan perkataan dan gerakan yang menguntungkan orang kafir sehingga membuat musuh-musuh Islam semakin kurang ajar dan berbangga diri.

Penutup

Aksi bela Islam III yang dilaksanakan kaum muslimin Indonesia, Jum’at (02/12) besok di Jakarta telah membuat musuh-musuh Islam dari kalangan Kafirin, musyrikin, dan munafikin sangat takut, panik, dan ciut nyali. Jelas, aksi ini bukan aktifitas sia-sia, tapi ibadah agung yang tercatat amal shalih.

Aksi berkumpulnya jutaan umat Islam Indonesia untuk membela kehormatan Kitab suci Al-Qur’an dari penistanya dan menuntutnya agar dipenjara. Karena paniknya pembela dan pendukung si penista, segala upaya dilakukan untuk menggagalkan aksi tersebut dengan menghalangi kaum muslimin dari luar Jakarta.

Agar Aksi Bela Islam III menjadi ibadah yang diterima, para peserta wajib mengikhlaskan niat untuk mencari ridha Allah dan menjaga adab-adab Islam dalam pelaksanaannya.

Semoga Allah hancurkan kekuatan kafir dan porak-porandakan persatuan mereka. Kemudian meneguhkan langkah kaki pembela agama-Nya dan menurunkan pertolongan kepada mereka. Firman Allah yang artinya, “Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version