Soal:
Assalam ‘Alaikum. . . Adakah amalam khusus pada bulan Muharram? Syukron
081930090890
Jawab:
Wa'alaikumus Salam Warahmatullah
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Bulan Muharram termasuk salah satu bulan yang agung. Bulan pertama dari kalender Hijriyah. Allah telah memuliakannya dengan menjadikannya satu dari empat bulan haram yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Secara khusus Allah melarang melakukan kezaliman di dalamnya untuk menunjukkan kehormatannya.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu." (QS. Al-Taubah: 36)
Disebutkan dalam Shahihain, bulan-bulan haram yang berjumlah empat, tiga bulan berurutan, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, & Muharram; serta Rajab yang berada diantara Jumada (Akhirah) dan Sya’ban.
Ini menunjukkan, mengerjakan perbuatan zalim/maksiat pada bulan ini dosanya lebih besar daripada dikerjakan pada bulan-bulan selainnya. Sebaliknya, amal kebaikan yang dikerjakan di dalamnya juga dilebihkan pahalanya.
Ibnu Abi Thalhah dari Ibnu Abbas Radliyallahu 'Anhu mengatakan, "Allah menghusukan empat bulan yang Dia jadikan sebagai bulan-bulan haram, mengagungkan kehormatannya, menjadikan dosa yang dikerjakan di dalamnya jauh lebih besar (dari bulan-bulan lainnya) dan Dia menjadikan amal shaleh dan pahala (di bulan tersebut) juga lebih besar."
. . . mengerjakan perbuatan zalim/maksiat pada bulan ini dosanya lebih besar daripada dikerjakan pada bulan-bulan selainnya. . .
Salah satu amal shalih yang mendapat perhatian lebih dari Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam adalah berpuasa. Beliau menganjurkan memperbanyak berpuasa di dalamnya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu berkata, Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
"Puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadlan adalah puasa pada Syahrullah (bulan Allah) Muharram. Sedangkan shalat malam merupakan shalat yang paling utama sesudah shalat fardlu." (HR. Muslim, no. 1982)
Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menerangkan dari Muharram tersebut satu hari yang paling utama di dalamnya, yakni Yaum ‘Asyura (heri kesepuluhnya). Beliau menerangkan, berpuasa pada hari tersebut bisa menghapuskan dosa setahun yang lalu.
وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
“Puasa hari 'Asyura, sungguh aku berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang telah lalu.” (HR. Muslim no. 1975)
Disunnahkan untuk menambah puasa Asyura dengan puasa pada hari sebelumnya, yaitu tanggal Sembilan Muharram yang dikenal dengan hari Tasu’a. Tujuannya, untuk menyelisihi kebiasaan puasanya Yahudi dan Nashrani. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, beliau berkata, “Ketika Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa padanya, mereka menyampaikan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nashrani.’ Lalu beliau Shallallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ‘Kalau begitu, pada tahun depan Insya Allah kita berpuasa pada hari kesembilan’. Dan belum tiba tahun yang akan datang, namun Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam sudah wafat.” (HR. Muslim, no. 1916)
. . . secara umum dianjurkan memperbanyak amal-amal shalih di bulan Muharram seperti shalat sunnah, membaca Al-Qur'an, berdzikir, sedekah, berpuasa, . . . Tidak ada amalan khusus yang dianjurkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam padanya, selain berpuasa pada beberapa harinya. . .
Ringkasnya, secara umum dianjurkan memperbanyak amal-amal shalih di bulan Muharram seperti shalat sunnah, membaca Al-Qur'an, berdzikir, sedekah, berpuasa, dan amal-amal kebaikan lainnya. Tidak ada amalan khusus yang dianjurkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam padanya, selain berpuasa pada beberapa harinya.
kaum Syi'ah Rafidhah melakukan kebid’ahan dengan menjadikannya sebagai hari hari berkabung dan meratap atas kematian Husain bin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhuma pada hari ‘Asyura. Lalu mereka mengadakan perayaan-perayaan dengan melukai diri dan selainnya. Ini adalah kebid’ahan dan kesesatan yang nyata.
Ada pula yang mengagungkan hari ‘Asyura tersebut dengan menampakkan kegembiraan dan kesenangan. Mereka berpesta pora pada hari tersebut. Ini juga bentuk pengagungan bulan Muharram yang sesat.
Dari dua bentuk penyimpangan ini, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menunjuki Ahlus Sunnah dengan melaksanakan perintah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam untuk berpuasa padanya dengan meninggalkan bentuk tasyabbuh (menyerupai) kaum Yahudi dalam puasa mereka dan menjauhi kebid’ahan-kebid’ahan hasil bisikan Syetan yang tak pernah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, para sahabatnya dan tabi’in. Wallahu A’lam. [PurWD/v9oa-islam.com]