Soal:
Bila orang islam sholeh tertimpa musibah, apakah itu di sebut adzab? terima kasih.
Pak Huri – Surabaya
Jawab:
Wa'alaikumus salam Warahmatullah,,,Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah. Shalawat dan salam atas Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Pada dasarnya, apa saja yang menimpa hamba beriman itu sebagai penghapus dosa dan sarana baginya untuk sabar agar mendapat pahala tak terbatas dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Al-Zumar: 10)
Dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhuma, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَا يُصيبُ المُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ ، وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ ، وَلاَ حَزَنٍ ، وَلاَ أذَىً ، وَلاَ غَمٍّ ، حَتَّى الشَّوكَةُ يُشَاكُهَا إلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَاياهُ
"Tidak ada sesuatu yang menimpa seorang muslim berupa rasa capek, sakit, cemas, sedih, gangguan, dan rasa susah; sampaipun duri yang mengenainya kecuali Allah akan menjadikannya sebagai kafarah (penghapus) dari kesalahan-kesalahannya." (HR. al-Bukhari dan muslim)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَا يَزَالُ البَلاَءُ بالمُؤمِنِ وَالمُؤْمِنَةِ في نفسِهِ ووَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى الله تَعَالَى وَمَا عَلَيهِ خَطِيئَةٌ
"Tidaklah seorang mukmin dan mukminan tertimpa musibah pada dirinya, anaknya dan hartanya sehingga ia berjumpa Allah Ta'ala tidak membawa satu kesalahanpun." (HR. Al-Tirmidzi. Beliau berkata: hadits hasan shahih)
Sehingga Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyampaikan,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
"Sungguh menakjubkan urusan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh urusannya adalah baik; ?dan itu tidak dimiliki kecuali orang mukmin. Jika ia mendapat kelapangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika mendapat kesulitan/kesusahan, ia bersyukur, maka itu baik baginya." (HR. Muslim)
Dari sini, sebagian ulama menyebut, musibah –seperti sakit, berkurangnya rizki, dan semisalnya- yang menimpa hamba beriman adalah nikmat. [Baca: Sakit; Tanda Cinta Allah Kepada Hamba]
Namun nilai musibah itu kembali kepada hamba tadi. Jika dia ridha dan bersabar maka kebaikan baginya. Jika dia marah dan buruk sangka kepada Allah maka itu buruk baginya dan Allah murka kepadanya.
Dari semua ini, musibah yang menimpa orang shaleh jelas sebagai ujian baginya; untuk menguji keimanannya. [Baca: Terapi Saat Tertimpa Bencana dan Musibah]
Sedangkan yang menimpa orang yang lalai disebut disebut peringatan agar dirinya kembali kepada Allah dan tunduk kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” (QS. Al-An’am: 42)
Adapun yang menimpa manusia durhaka lagi menentang kebenaran adalah adzab atau siksa. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]