JAKARTA (VoA-Islam) – Kezaliman dan kebatilan pasti akan runtuh, meskipun didukung oleh berbagai perangkat kekuasaan yang mapan. Pertarungan antara pendukung kebatilan dan pendukung kebenaran biasanya berlangsung seru dan memakan waktu yang lama, tetapi kemenangan pada akhirnya berada dipihak yang benar.
Demikian ditulis oleh DR. Daud Rasyid, MA dalam bukunya “Reformasi Republik Sakit”. Ustadz Daud Rasyid yang pernah “bermesraan” dengan pemikiran liberalis-sekularis ini menegaskan, kebatilan dengan segera atau perlahan-lahan, pasti akan ambruk dan menjadi catatan hitam dalam sejarah umat manusia. Kecepatan runtuhnya kezaliman dan kebatilan akan bergantung pada kekuatan yang menopang kebenaran sebagai rival kebatilan tadi.
Allah Swt berfirman dalam Al Qur’an: Katakanlah (Ya Muhammad): Telah datang kebenaran dan telah runtuh kebatilan. Sesungguhnya kebatilan pasti akan lenyap.” (QS. Al-Isra: 81).
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw mengatakan: “Kalian harus menegakkan amar ma’ruf nahi munkar atau Allah menurunkan hukuman-Nya kepada kamu, kemudian kamu berdoa kepada-Nya, tetapi do’a itu tidak didengarnya lagi.”(HR. Tirmidzi).
Hampir setiap negeri Muslim selalu berhadap-hadapan oleh dua kubu pemikiran: Kubu Islam dan kubu sekuler. Di negara Arab, utamanya di Mesir, perdebatan dalam bidang pemikiran kadangkala sampai ke tingkat yang serius. Dahulu, ada Ali Abdul Raziq, penulis kitab Al-Islam wa Ushul Al-Hukum. Ia diajukan ke sidang “Dewan Guru Besar Al-Azhar” gara-gara karyanya yang menafikan peran politik Rasulullah Saw.
Ada pula yang dihukum murtad seperti Hasan Hanafi karena karya-karyanya (semisal Min Al Akidah ila Al-Tsawrah) yang melecehkan akidah dan ajaran Islam. Ada pula yang difasakh (dipisah) dengan istrinya seperti Nasr Abu Zeid. Bahkan, ada yang mati tertembak seperti Faraq Foudah. Hal ini membuktikan, betapa sengitnya pertarungan pemikiran di negeri ulama itu.
Bila ditelusuri akar permasalahannya, maka ada kekuatan besar yang bertarung di panggung pemikiran: Islam melawan sekularisme. Bagi kaum liberal, sistem sekulerisme adalah kemajuan dan modernisasi seperti yang diinginkan tuan-tuan mereka dari Barat. Dengan kekuatan media massa, mereka bergerak leluasa untuk menebarkan paham sepilis (sekularisme, pluraslisme dan liberalism).
Tak dipungkiri, semasa Kepemimpinan Gus Dur, paham dan aliran-aliras sesat tumbuh subur, bak jamur di musim hujan. Lihatlah, ajaran Ahmadiyah, Baha’I, Salamullah, Syi’ah, Marxisme, Sepilis, hingga isme-isme lainnya, mendapat kebebasan para era Gus Dur. Jangankan sekularisme, TAP MPR yang melarang berdirinya partai komunis pun ingin dicabutnya.
Terkait paham sepilis, Ustadz Daud Rasyid mengatakan, Islam tidak boleh ditafsirkan semaunya dengan mengatasnamakan modernisasi, kebebasan berpikir, apresiasi, dan sejenisnya agar sesuai dengan target dan kepentingan pribadi mereka. Wahyu diturunkan untuk membentuk kehidupan manusia, bukan sebaliknya, wahyu dimodifikasi agar sesuai dengan selera dan kemauan manusia. Manusia harus mendengar apa kata wahyu, bukan wahyu harus mendengar apa maunya manusia.
Seperti diketahui, dalam pandangan kaum sekuler, Islam harus mengikuti perkembangan manusia. Artinya, ajaran-ajaran yang mereka anggap tidak sesuai lagi dan tidak dapat diterapkan pada zaman globalisasi ini harus dihilangkan. Sungguh fasik para pengusung dan pembela JIL ini! Desastian