Kashmir (voa-islam.com) Di Indonesia kebebasan sudah melebihi di Barat, terutama terkait dengan pergaulan. Di Barat kebebasan sek benar-benar sudah tanpa batas. Sekarang di Indonesia pun kebebasan sek sudah tanpa batas.
Berbagai lembaga yang melakukan penelitian dikalangan remaja, mulai dari usia remaja, seperti mereka yang sekolah di sekolah tingkat menengah (SMP), sampa ke menengah atas (SMU), dan perguruan tinggi, tingkat kebebasan seks sudah sangat tinggi.
Sudah lebih dari 70 persen para remaja yang melangsungkan sek bebas, dan bahkan sudah banyak diantara remaja, yang melakukan hubungan sek sebelum menikah. Anehnya, negeri yang mayoritas Muslim dari 240 juta penduduknya itu, tak orang tua yang merasa terhina, ketika anaknya dibawa laki-laki keluar rumah, dan bahkan pergi berhari-hari dengan laki-laki yang bukan mahramnya.
Di Indonesia ini, orang tua menjadi sangat masygul dan gundah, ketika anak perempuannya, sudah menginjak dewasa, belum memiliki pacar atau belum ada laki-laki yang mendatanginya. Kalau ada laki-laki datang ke rumahnya, dan menemui anak perempuannya, kemudian orang tuanya, pergi dan meninggalkan anak perempuan hanya tinggal berdua tinggal dengan laki-laki itu.
Hotel-hotel, tempat kos, dan apartemen, vila serta hostel, sekarang ini setiap akhir pekan, hanya dipakai tempat mesum, alias berzina. Lihat kalau akhir pekan di seluruh wilayah Republik ini, dan bukan hanya di Jakarta. Tetapi, sudah menjamah sampai ke desa-desa pelosok kampung, yang namanya akhir pekan itu digunakan berbuat melampiaskan hawa nafsu. Berzina.
Sampai sekarang ini, di Jakarta di siang hari, saat makan siang alias rehat, seringkali para pegawai di kantor sepanjang jalan protokol, terutama kalangan ekskutif, tak jarang mereka pergi masuk hotel, dan "rehat" bersama perempuan yang dibawanya, entah itu bawahannya atau temannya sesama ekskutif, dan mereka menggunakan "short time", menginap di hotel, dan kemudian berzina dengan pasangannya.
Di Jakarta pula, banyak kalangan ekskutif yang menggilir isterinya dengan pasangan lainnya, sesama temannya, berganti pasangan. "Arisan" isteri, di mana isterinya diberikan kepada temannya, tidur bersama, dan si suaminya tidur bersama dengan isteri temannya. Itulah kehidupan di Jakarta.
Bagaimana ada kisah seorang, bos perusahaan raksasa di Jakarta, yang menangkap basah isterinya yang tidur dengan seorang ekskutif, disebuah tempat. Kemudian, suaminya sudah membawa pengacara langsung meminta isterinya itu menandatangani surat cerai, dan mantan isterinya itu, tidak lagi menadapatkan harta gono-gini. Inilah kehidupan perempuan yang begitu ironis.
Di Kasmhir-Pakistan
Sepasang suami istri di Kashmir, Pakistan ditangkap karena membunuh anak perempuan mereka demi 'menjaga kehormatan keluarga.' Gadis berusia 15 tahun itu tewas setelah orang tuanya menyiram air keras ke wajahnya.
Kepolisian Pakistan mengatakan ini adalah pertama kali kasus semacam ini terjadi di kawasan itu.
Pembunuhan dengan alasan menjaga nama baik keluarga umumnya terjadi ketika anggota keluarga pria yakin korban telah mencoreng kehormatan keluarga.
Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan melaporkan 943 perempuan tewas dibunuh karena alasan tersebut tahun lalu. Angka itu melonjak tajam dari sekitar 100 pembunuhan pada 2010.
Namun peristiwa semacam itu jarang terjadi di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan.
Polisi mengatakan insiden itu terjadi di sebuah desa terpencil di selatan distrik Kotli. Mereka mengatakan kasus itu dilaporkan oleh anak perempuan tertua pasangan itu.
Hingga hari Jumat belum diketahui apakah suami istri tersebut akan dibawa ke pengadilan atau apakah mereka mengakui pembunuhan tersebut.
Polisi setempat Raja Tahir Ayub mengatakan pada BBC bahwa ayah gadis itu marah besar ketika ia melihat anak perempuannya "memperhatikan dua remaja pria" mengendarai sepeda motor di luar rumah mereka pada hari Senin.
Orang tua si gadis curiga ia memiliki hubungan rahasia dengan salah satu dari kedua remaja pria itu. "Ia membawa anak perempuannya ke dalam rumah, memukulinya dan menyiramnya dengan air keras dibantu oleh istrinya," kata Ayub.
Polisi mengatakan pasangan itu tidak membawa anak perempuannya ke rumah sakit dan membiarkannya sekarat hingga meninggal dunia pada Selasa malam. Kepala rumah sakit umum di Kotli, Muhammad Jahangir, mengkonfirmasi kematian itu. Ia mengatakan korban menderita luka bakar 35%. "Tidak mungkin ia bisa selamat," kata dia.
Kakak perempuan korban yang telah menikah melaporkan insiden itu ke polisi pada Rabu pagi. Ia curiga saat orang tuanya tidak mengizinkan para pelayat melihat wajah jenazah sebelum dimakamkan, padahal hal itu adalah kebiasaan di kalangan Muslim Kashmir.
Di Kashmir, sungguh setiap keluarga menjaga marwah (kehormatan) keluarganya, terutama anak gagisnya. Mereka tidak membolehkan anak gadisnya diperlakukan tidak senonoh oleh laki-laki. Bahkan, seorng ayah akan sangat marah, ketika melihat ada kecenderungan seorang anak perempuan memandang laki-laki yang bukan mahramnya. Di Indonesia anak-anak perempuan lebih berharga kambing. Karena, ayahnya sudah tidak lagi memiliki harga diri. af/hh