Banjir jenis lain yang lebih berbahaya
Oleh: Hartono Ahmad Jaiz
Marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.
Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.
Mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.
Dalam kesempatan yang mulia ini akan kami kemukakan tentang adanya gejala Banjir jenis lain yang lebih berbahaya.
Banjir jenis lain ini yang kami maksudkan adalah banjir berupa perusakan iman dan akhlaq yang sifatnya seperti banjir, namun kebanyakan manusia tidak menyadarinya. Bahkan tidak menganggapnya bahaya, padahal justru lebih berbahaya. Karena kotornya rumah dan perabotan akibat banjir air, dengan mudahnya dapat dibersihkan, dan orangnya mau untuk membersihkannya. Sedang banjir berupa perusakan iman yang mengotori bahkan merusakl iman, tidak mudah dibersihkan, bahkan belum tentu orang-orang yang terkena pun mau membersihkannya. Bahkan sampai kehilangan iman pun belum tentu merasa kehilangan.
Mari kita renungkan, ketika banjir berupa air keruh yang menyisakan lumpur, maka manusia bersegera membersihkannya. Bila tidak, tentu saja rumah-rumah akan tidak nyaman lagi dihuni.
Coba kita bandingkan. Bila banjir itu bukan air berlumpur tapi adalah lontaran kata-kata yang berisi lebih kotor dibanding lumpur-lumpur. Misalnya lontaran kata-kata pembelaan terhadap kekufuran, kemusyrikan, kesesatan, kemusyrikan-baru dengan aneka macam istilah (liberalism agama, pluralism agama, multikulturalisme dan sebagainya), yang semua itu mengotori iman; apakah banyak manusia yang menyadarinya?
Apakah banyak manusia yang ingin membersihkan dari banjir lumpur berupa gelontoran kata-kata yang merusak iman itu?
Coba kita bandingkan, seandainya ada orang yang sengaja mengalirkan air comberan ke dalam rumah-rumah penduduk, dan di sisi lain ada orang-orang yang menggelontorkan perkataan yang mengotori iman penduduk Muslimin. Manakah yang akan ramai-ramai ditangkap dan mungkin langsung dipukuli? Tentu orang yang sengaja mengalirkan air comberan ke dalam rumah penduduk. Padahal, lebih jahat dan lebih bahaya mana? Tentu lebih jahat dan lebih bahaya yang menyebarkan kata-kata yang merusak iman, mempengaruhi untuk membela kemusyrikan baru, kekafiran, dan kesesatan itu. Karena mereka jelas menjerumuskan manusia ke kemurkaan Allah. Sedangkan Ummat Islam ini yang dicari adalah ridha Allah. Namun mereka yang membanjiri Ummat Islam dengan pendapat-pendapat, kata-kata, bahkan kebijakan yang mendukung kekufuran, kemusyrikan, dan kesesatan itu menjerumuskan Ummat Islam ke kemurkaan Allah. Karena Allah murka terhadap kekufuran.
وَلا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ
dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; (QS Az-Zumar/39: 7).
Banjir yang mereka bikin berupa gencarnya mempengaruhi Ummat Islam agar rela terhadap kekafiran, kemusyrikan, dan kesesatan itu justru dilaksanakan secara beramai-ramai oleh manusia-manusia durjana dan durhaka kepada Allah Ta’ala namun berlagak seakan mengemban kepentingan bersama. Sejatinya mereka lebih jahat dibanding orang yang menggelontorkan air comberan ke rumah-rumah penduduk. Sayangnya, banyak Ummat Islam belum mampu menyadari kejahatan mereka itu.
Banjir perusak iman lewat televisi
Sebagaimana manusia tidak menyadari, banjir perusakan iman yang digelontorkan lewat televise dengan aneka tayangan. Padahal akibatnya sangat dahsyat.
Betapa ngerinya ketika kita menyadari limbah kotor yang digelontorkan televise berupa tontonan wanita yang mengumbar aurat, berpakaian ketat atau mini, pergaulan bebas dan sebagainya. Hinga para wanita di aneka tempat kini telah menirukan tingkah artis dan pelawak yang sama sekali tidak menjaga aurat bahkan moral.
Betapa merajalelanya banjir dahsyat pengaruh mengumbar aurat dan berpakaian ketat atau bahkan mini melanda wanita, padahal di kalangan mayoritas Muslimin bahkan jumlahnya terbesar di dunia. Para wanita telah banyak yang kasiyat ‘ariyat, berpakaian tetapi telanjang. Itu akibat derasnya banjir perusakan moral dan iman lewat televise dan sebagainya. Padahal betapa dahsyatnya ancaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap para wanita yang kasiyat ‘ariyat itu.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat. (1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk memukul orang. (2) Wanita-wanita berpakaian, tetapi sama juga dengan bertelanjang (karena pakaiannya terlalu minim, terlalu tipis atau tembus pandang, terlalu ketat, atau pakaian yang merangsang pria karena sebagian auratnya terbuka), berjalan dengan berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak masuk surga, dan tidak mendapatkan bau surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari jarak perjalanan begini dan begini." (HR Muslim NO – 3971)
ولا يجدن ريحها وإن ريحها ليوجد من مسيرة كذا وكذا أي من مسيرة أربعين عاماً كما في رواية
التيسير بشرح الجامع الصغير ـ للمناوى - 2 / 185
“Wanita-wanita tersebut tidak masuk surga, dan tidak mendapatkan bau surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari jarak perjalanan begini dan begini." Artinya dari jarak perjalanan empat puluh tahun sebagaimana dalam suatu riwayat. (Al-Munawi, syarah Al-Jami’ As-Shaghir huruf shad).
Betapa dahsyatnya bahaya yang melanda para wanita Muslimah akibat banjir yang digencarkan aneka tayangan televise dan lainnya berupa perusakan moral dan iman, hingga menjadikan para wanita mengikuti gaya pakaian syetan yang sangat menyeret ke neraka. Namun, apakah para manusia peduli untuk membersihkan itu semua? Atau bahkan menikmatinya?
Limbahnya lebih kotor dibanding banjir biasa
Banjir yang sifatnya maknawi dengan merusak moral dan iman ini tidak diprotes orang dan seolah tidak dibersihkan. Padahal limbahnya lebih kotor dan lebih berbahaya dibanding lumpur banjir biasa. Namun kadang justru bahaya besar itu diucapkan dengan kata-kata sambil cengengesan atau bahkan dianggap tidak ada bahayanya, hingga enteng saja. Padahal perkataan dan pengaruh yang mereka lontarkan sangat berbahaya.
Oleh karena itu Allah langsung yang mengancam mereka lewat Nabi-Nya yang bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لَا يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِي بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِي النَّارِ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
"Bisa jadi seseorang mengatakan satu patah kata yang menurutnya tidak apa-apa tapi dengan kalimat itu ia jatuh ke neraka selama tujuhpuluh tahun." Berkata Abu Isa: hadits ini hasan gharib melalui sanad ini. (HR At-Tirmidzi No 2236)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Sungguh seorang hamba akan mengucapkan sebuah kalimat yang diridlai Allah, suatu kalimat yang ia tidak mempedulikannya, namun dengannya Allah mengangkatnya beberapa derajat. Dan sungguh, seorang hamba akan mengucapkan sebuah kalimat yang dibenci oleh Allah, suatu kalimat yang ia tidak memperdulikannya, namun dengannya Allah melemparkannya ke dalam neraka jahannam." (HR Al-Bukhari no. 5997).
Mereka sejalan dengan Fir’aun tapi tanggung
Banjir air dan lumpur mudah dibersihkan. Namun banjir suara dari mulut-mulut yang membela kekafiran, kemusyrikan baru (sepilis, sekularisme, pluralism agama, liberalism), dan kesesatan tidak mudah dibersihkan, sedangkan bahayanya pun lebih besar.
Untuk apa mereka itu membela kekafiran, kemusyrikan baru, dan kesesatan?
Untuk memadamkan Islam, walau mereka mengaku sebagai orang Islam, bahkan tokoh, atau bahkan tokoh ormas Islam atau partai Islam. Memadamkan Islam itu pun sia-sia, hanya akan menyengsarakan diri mereka sendiri. Allah menyifati kejahatan mereka dengan firman-Nya:
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ . التوبة : 32
32. mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. (QS At-Taubah/9:32).
Ketika manusia tidak becus mengatasi banjir dan lumpur, mereka masih dimaklumi. Tetapi ketika tokoh-tokoh pembela kekafiran, kemusyrikan baru dan kesesatan membanjiri Ummat Islam dengan kata-kata lewat media massa yang juga menyerang Islam; maka tidak boleh dimaklumi, namun wajib ditolak, dan disebarkan bahwa itu besar bahayanya bagi Ummat Islam. Dan mudah-mudahan Ummat Islam yang menolak dan memberitahu kepada Ummat agar tahu bahwa itu berbahaya ini termasuk orang-orang yang dinilai Allah Ta’ala sebagai orang yang membela agama-Nya di hadapan para musuh-Nya.
Banjir yang hanya membawa lumpur saja dibersihkan lumpurnya, apalagi banjir jenis lain yang mengotori keimanan, maka harus dibersihkan. Sudah siapkah wahai saudara-saudaraku?!
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (7) وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ (8) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ . محمد : 7 - 9
7. Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
8. dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka.
9. yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. (QS Muhammad/ 47: 7-9).
Betapa beruntungnya Ummat Islam yang membela agama Allah. Sebaliknya, betapa ruginya orang-orang yang memadamkan cahaya (agama Allah). Padahal apa-apa yang mereka miliki berupa kepintaran, jabatan, ketokohan dalam kekuasaan atau ormas atau partai, pengaruh, dan harta bila mereka gunakan untuk membela agama Allah, maka betapa bagusnya. Namun sayang, ternyata banyak orang yang justru menggunakan kepintarannya, jabatannya, ketokohannya, pengaruhnya, hartanya dan sebagainya itu untuk memadamkan cahaya (agama) Allah. Dan itu sifatnya tanggung. Tidak seberapa, namun celakanya tidak beda dengan Fir’aun dan wadyabalanya. Betapa tercela dan ruginya. Hidup di dunia ini seharusnya untuk mengumpulkan bekal untuk hidup agar bahagia di akherat kelak, tahu-tahu sebagian banyak manusia justru sebaliknya. Yakni hakekatnya mereka hanya menjermuskan diri mereka sendiri, namun mereka tidak menyadari. Na’udzubillahi min dzalik!
Semoga Allah Ta’ala menjauhkan Ummat Islam dari banjir perusak iman yang menjerumuskan kepada kesesatan bahkan kekufuran dan kemusyrikan. Dan semoga Allah meneguhkan iman kaum Muslimin yang setia mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di manapun berada. Amien ya Rabbal ‘alamien.