Oleh: Abu Misykah
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah yang telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya, lalu di antara mereka ada yang beriman dan ada pula yang kafir. Dia menyediakan balasan terbaik yang beriman dan tunduk taat kepada-Nya. Sebaliknya, Allah menyediakan siksa pedih bagi mereka yang kufur dan durhaka terhadap-Nya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya.” (QS. Al-Jatsiyah: 23)
Imam Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini, “Sesungguhnya ia hanya memutuskan dengan hawa nafsunya, betapapun (hina suatu perbuatan) jia ia lihat itu baik maka ia lakukan dan betapapu (baik suatu urusan) jika ia nilai butuk maka ia akan tinggalkan,” selesai. Walaupun penilaian tersebut berlawanan dengan keyakinannya dan tak selaras dengan keridhaan Tuhan-nya.
Membaca penggalan ayat di atas membuat kita bertanya-tanya, bentuk konkrit orang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan itu seperti apa?
Mencermati tulisan DR. Adian Husaini yang membongkar kebatilan kontes Miss World 2013 yang rencananya akan diselenggarakan di Indonesia maka kita akan menemukan jawabannya. Di mana Doktor dari Institute of Islamic Thought and Civilization-International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM) menulis, “Agama disingkirkan sebagai sumber nilai, digantikan dengan budaya dan spekulasi akal."
"Jika agama sudah disingkirkan dari kehidupan, lalu budaya dan akal semata dijadikan sebagai tolok ukur kebenaran, maka ketika itulah sebenarnya manusia sudah mengangkat dirinya menjadi Tuhan. Itulah yang terjadi pada peradaban Barat modern sekarang ini. Manusia sudah mengangkat dirinya menjadi Tuhan dan kemudian manusia merasa mampu mengatur Tuhan. Dalam istilah Prof. Naquib al-Attas: “Man is deified and Deity humanized”.”
Peradaban Barat memang bukan menolak agama dan menolak kebaradaan Tuhan, tetapi, tidak memberi peran yang penting kepada Tuhan dan agama dalam sistem berpikir mereka. Itu yang dikatakan Muhammad Asad dalam bukunya “Islam at The Crossroads”: “Western Civilization does not strictly deny God, but has simply no room and no use for Him in its present intellectual system.” (Muhammad Asad, Islam at The Crossroads, (Kuala Lumpur: The Other Press).
Logika berpikir “membuang Tuhan” itulah yang kita jumpai pada logika kontes Miss World. Jangan bicara Tuhan di sini! Jangan bicara moral! Yang ada adalah nilai seni, hiburan, devisa, popularitas, dan keuntungan materi. Ketika “Tuhan” sudah dibuang, maka manusia merasa berhak menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Padahal, ketika itu, manusia pada hakekatnya sedang menjadikan ‘hawa nafsunya’ sebagai Tuhannya. (QS 45:23).”
Sebagai negara yang mengakui akan adanya Tuhan dan ajaran agama, maka HARAM kontes syahwat miss world diselenggarakan di Indonesia. Kaum muslimin sebagai penduduk mayoritas yang meyakini ajaran mulia harus habis-habisan menentang praktek penghancuran nilai agama dan moral yang mereka anut. Jika tidak, maka keyakinan mereka terhadap kebenaran agamanya layak dipertanyakan, apakah sudah terkena virus pemahaman liberal yang berprinsip “Seni untuk seni!” Bukan “seni untuk ibadah”. Tidak ada nilai agama dilibatkan. Toh, kata mereka, kontes-kontes semacam ini menghibur (baca: memuaskan syahwat), tidak mengganggu orang lain, bahkan berhasil menyedot banyak pengunjung. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]