Oleh : Adi Permana Sidik*
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS Al-Hujurat: 13) .
Diiringi dengan berbagai macam bentuk penolakan, ajang kontes kecantik bertajuk Miss Wolrd tetap di gelar. Pembukannya sudah di gelar pada Ahad (08/09) di Bali. Acara sendiri akan berlangsung sampai tanggal 28 September 2013. Jadi, kontes ini akan berlangsung kurang lebih selama 20 hari (www.republika.co.id).
Penolakan terhadap acara ini di lakukan oleh berbagai macam elemen masyarakat. Mulai dari Ormas, LSM, Komunitas, Politisi, Akademisi, Media, MUI, sampai dengan masyarakat umum. Wabil khusus dari kalangan umat Islam, jelas menolak dengan tegas ajang kecantikan ini, bahkan mendesak pemerintah untuk membatalkan acara tersebut. Argumentasinya jelas, acara tersebut bertentangan dengan banyak nilai. Mulai dari nilai agama, budaya, kehormatan dan kedudukan perempuan sampai dengan Undang-Undang negara. Bahkan pihak MUI, melalui salah ketuanya Anwar Abbas secara jelas mengatakan ajang Miss World ini sudah memecah belah negara Indonesia (Republika, 11/09/2013). Oleh sebab itu, dengan dalih apapun, umat Islam di Indonesia menolak dan mendesak kontes tersebut untuk dibatalkan.
Definisi Kecantikan
Salah satu point penting yang sering dijadikan pembahasan terkait ajang Miss World ini adalah persoalan mengenai definisi atau pengertian cantik atau kecantikan. Dalam Miss World sudah mafhum bahwa kriteria cantik lebih banyak diukur dari fisik semata. Tinggi badan, berat badan, warna kulit, bentuk rambut, dan fisik lainnya merupakan komponen utama dalam menentukan kecantikan seorang perempuan. Maka, bisa dikatakan tidak pernah ada dalam sejarah penyelenggaraan acara ini, kontestan (baca: wanita) yang (maaf) bertubuh pendek, hitam, bejerawat, bekas luka, gemuk, botak, dan lain sebagainya.
Perempuan Dalam Media
Sudah diinformasikan dari media cetak dan elektronik bahwa penyelenggaraan Miss World ini disponsori oleh salah satu media (cetak dan elektronik) swasta yang cukup besar di Indonesia. Bohong rasanya kalau mengatakan bahwa penayangan Miss World tidak mendapatkan keuntungan yang besar.
Media, dia era persaingan industrialisasi pasar yang cenderung berorientasi kepada keuntungan semata “wajib” memiliki komoditas yang harus “laku terjual” demi meraup keuntungan yang besar untuk mempertahankan eksistensinya. Salah satu komoditas utama yang dimiliki media adalah perempuan. Walaupun ini sedikit kasar, kenyataannya memang menunjukkan demikian. Tidak ada media yang lepas dari pada perempuan. Mulai dari reporter, wartawan, presenter, ancour, sampai dengan iklan-iklan, semuanya pasti melibatkan sosok perempuan. Simak tulisan Adian Husain yang menulis:
“Era industrialisasi kapitalistik yang menempatkan perempuan sebagai objek eksploitasi berusaha mengkaitkan segala objek kecantikan dengan konotasi seksual. Lihatlah, begitu banyak perempuan cantik dan seksi dijadikan sebagai simbol produk-produk yang sama sekali tidak ada terkait dengan tubuh perempuan. Iklan mobil, cat pembersih mobil, ban mobil, cat dinding, dan sebagainya dipaksakan dibintangi iklannya oleh perempuan muda dan seksi. Artinya, segala sesuatu harus diseksualkan dan dikaitkan dengan libido.” (Hidayatullah.com)
Penayangan Miss World Oleh Media; Tampilkan Kecantikan Palsu
Dalam kajian media, khususnya televisi, terdapat sebuah teori kultivasi media yang dicetuskan oleh Gerbner. Asumsi dasar dari teori ini mengatakan, terpaan media yang terus-menerus akan memberikan gambaran dan pengaruh pada persepsi pemirsanya. Teori kultivasi dalam bentuknya yang paling mendasar, percaya bahwa televisi bertanggung jawab dalam membentuk, atau mendoktrin konsepsi pemirsanya mengenai realitas sosial yang ada disekelilingnya.
Intinya jika acara-acara kecantikan semacam Miss World dan sejenisnya sering ditayangan oleh media, khususnya televisi, maka khalayak/pemirsa akan menganggap bahwa seoarang yang cantik itu adalah seperti yang ditampilkan oleh media. Tinggi, kurus, putih, mulus, rambut panjang, serta seksi. Padahal definisi cantik sebenarnya tidak hanya seperti itu, defiinisi itu bisa banyak, karena setiap wanita berhak memiliki definisi cantik atau kecantikan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang yang bernama Alison Show tentang pengaruh citra tubuh perempuan oleh media terhadap khalayak perempuan menguatkan teori di atas. Hasil penelitiannya mengatakan, secara umum khalayak wanita pada dasarnya terpengaruh dengan citra tubuh perempuan yang sering ditampilkan oleh media, para wanita tersebut pun mengaku bahwa mereka akan membandingkan tubuh mereka dengan citra tubuh yang ditampikan oleh media (Show, dalam Mulyana dan Solatun, 2007: 328-329).
Dan jika ini sudah terjadi, maka akan sangat berbahaya sekali. Sulit dibayangkan, para wanita di negeri ini, yang notabene secara fisik misalnya berbeda dari para kontestan Miss World, akan berusaha keras dengan segenap energi, kekuatan, tenaga, uang, dan waktu hanya untuk berusaha menjadi cantik seperti para kontestan Miss World tersebut, yang didukung media; tinggi, putih, kurus, berambut panjang, seksi, dan mulus.
. . . jika acara-acara kecantikan semacam Miss World dan sejenisnya sering ditayangan oleh media, khususnya televisi, maka khalayak/pemirsa akan menganggap bahwa seoarang yang cantik itu adalah seperti yang ditampilkan oleh media. . . .
Kecantikan Dalam Pandangan Islam
Dalam pandangan ajaran Islam, yang dijadikan ukuran seseorang itu mulia adalah ketaqwaannya. Tidak terkecuali wanita. Wanita yang mulia itu, dalam pandangan Islam adalah mereka yang paling bertaqwa. Bukan yang paling cantik, pinter, apalagi seksi. Kalaupun ada yang cantik, itu hanyalah amanah, sekaligus juga ujian dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dan perlu diingat, kecantikan itu pun bukan untuk diobral dan dipertunjukkan kepada publik. Kecantikan seorang wanita hanyalah untuk suaminya kelak. Lagipula kecantikan itu nilainya relatif, artinya cantik menurut seseorang juri Miss World, belum tentu cantik menurut tukang parkir, misalnya. Atau sebaliknya.
Tentu, kita semua tidak ingin para perempuan negeri ini melakukan hal yang sia-sia demi sebuah kecantikan yang semu dan palsu.. Sesungguhnya cantik yang paling hakiki adalah kecantikan yang lahir dari aqidak yang kuat, akhlak yang mulia, dan ketaqwaan. Tolak dan batalkan Miss World dan kemaksiatan sejenisnya!!! Wallahualam bis showab.
Kalimat Hikmah:
“Dunia adalah perhiasan, sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalehah” (HR.Muslim)
*) Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Unpad, Pembina DKM Ulul Abshor Unpas Bandung. Email: [email protected]