BALI (voa-islam.com) - Setelah kasus penyadapan dianggap reda dengan hasil yang tak memuaskan, lalu Menkes plin plan batalkan Pekan Kondom Nasional dan kebijakan Polri terkait jilbab Polwan yang juga plin plan belum jua reda. Bertambah lagi satu agenda yang harus di kawal dan menjadi perhatian, yaitu luputnya satu peristiwa dari umat Islam, yaitu SBY kembali mendukung Paket Bali versi WTO yang disepakati dalam KTM WTO IX Bali.
Kesepakatan WTO yang berbau liberalisme ini semakin membuka mata rakyat Indonesia tentang condongnya sikap Rezim SBY yang tak hentinya menjual negara Indonesia kepada Rezim Multilateral yang berhaluan neoliberal.
Kebijakan Neoliberal SBY melalui pembantunya Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi yang di nobatkan sebagai Ratu Kondom belum usai dengan menyeruak ke permukaan tentang permasalahan obat mengandung babi, kini pembatunyanya yang lain Menteri Perdagangan Gita Wirjawan kembali menampakkan dukungannya pada kapitalisme sekaligus penghianatan terhadap rakyat Indonesia yang telah mendungkungnya dengan tujuan memakmurkan rakyat Indonesia pada pemilu 2009 silam.
"Ini bentuk penghianatan terhadap rakyat Indonesia yang telah mendungkungnya" demikian disampaikan pengamat ekonomi Indonesian Global Justice, Salamudin Daeng pengamat ekonomi Indonesian Global Justice di Jakarta Minggu (8/12).
Untuk itu, kata Daeng, seret rezim SBY ke Sidang Istimewa MPR sesuai konstitusi atas pengkhianatannya terhadap Pancasila, UUD 1945, rakyat dan bangsa Indonesia. "SBY sudah berkhianat, pantas dimakzulkan," pungkasnya.
Perlu diketahui, Negosiasi panjang Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organization ke-9 berhasil membuahkan Paket Bali yang berisikan tiga poin utama yaitu Trade Facilitation, Agriculture, dan Least Developed Countries.
"Setelah melakukan negosiasi yang cukup panjang, kami para menteri dari WTO menyetujui untuk memberikan fleksibilitas bagi negara berkembang untuk menerapkan program ketahanan pangan," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, saat menyampaikan pidato penutupan KTM WTO ke-9 di Nusa Dua Bali, Sabtu (7/12).
Gita mengatakan, pada akhirnya kami menyetujui adanya perubahan dalam kesepakatan WTO pada Paket Agriculture, yang sudah kita sepakati di Bali.
"Terkait dengan Trade Facilitation, yang merupakan kali pertama dinegosiasikan, akan mampu mengurangi biaya perdagangan, dan menyediakan kepastian bisnis," kata Gita.
Sebagai informasi Paket Bali berisikan 3 isu yaitu:
1) Liberlisasi pertanian,
2) Fasilitas perdagangan (trade facilitation), dan
3) Negara kurang berkembang (Least Development Countries/LDCs). Ketiganya merupakan upaya utuk melakukan pembatasan subsidi, penghapusan tarif dan non tarif, serta berbagai fasilitas perdagangan.
Ketiga isi paket Bali mendapatkan dukungan negara maju namun menuai penolakan dari negara berkembang.
Penentangan paling keras dilakukan India yang menganggap bahwa pertanian merupakan masalah kedaulatan negara yang tidak perlu diatur melalui rezim multilateral.
Mana suara dari Indonesia? Eh ternyata SBY mendukung padahal bisa saja rakyat menolaknya.. miris demokrasi liberal!
Delegasi Kuba Kejar Gita Wirjawan
Juru Bicara WTO, Keith Rockwell mengatakan menjelang penutupan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) World Trade Organization (WTO) IX di Bali yang dikemas dalam Paket Bali (Bali Package), Kuba tiba-tiba menyampaikan keberatannya. Kuba meminta waktu untuk berbicara di dalam forum WTO.
Informasi yang dihimpun Aktual.co, ketika sesi pertemuan malam akan ditutup menjelang tengah malam, Menteri Perdagangan yang juga Ketua Konferensi Tingkat Menteri (KTM) World Trade Organization (WTO) Gita Wiryawan tidak memberikan kesempatan Kuba untuk bicara. Gita langsung menutup sesi.
Delegasi Kuba pun kecewa. Saat Gita keluar ruangan, ia dikejar oleh delegasi Kuba dengan marah.
"Gita tidak fair. Semua negara punya hak bicara," ujar narasumber Aktual menceritakan kemarahan delegasi Kuba.
Delegasi itu pun memaksa Gita minta maaf di depan semua delegasi dan memberikan kesempatan Kuba berbicara di sesi terakhir, jam 12 waktu setempat. [dbs/aktual/akmal/voa-islam.com]