AFRIKA SELATAN (voa-islam.com) - Nama mendiang Nelson Mendela tak bisa dipisahkan dari perlawanan pada sistem Apartheid yang merupakan sistem pemerintahan dengan pemisahan ras yang diberlakukan oleh pemerintahan kaum kulit putih pada awal abad ke-20 sampai dengan awal tahun 1990-an, dan Nelson berjuang sangat keras dan berhasil menggulingkan pemerintahan rasis pada saat itu.
Mandela yang terlahir dengan nama Rolihlahla Mandela dan berasal dari keluarga miskin yang tinggal di gubuk serta menghabiskan masa kanak-kanaknya di Qunu, Afrika Selatan.
Tak banyak yang mengungkap kalo perlawanan Nelson Mandela terinspirasi dari pahlawan nasional asal Bugis pada masa penjajahan VOC Belanda.
Subhanallahu, tokoh dunia yang lahir pada tahun 1918 di sebuah desa kecil di wilayah Transkei Afrika selatan ini ternyata terinspirasi oleh pejuang Indonesia yaitu Syekh Yusuf Al-Makasari yang memang berasal dari Makasar. Ia komandan pertempuran abad ke-17, sesudah 16 tahun menjalani pembuangan nun jauh di benua seberang.
Syekh Yusuf seorang ulama Bugis ini dilahirkan di Makassar dengan nama kecil Muhammad Yusuf pada tahun 1626 Masehi dalam Kerajaan Gowa. Ada dua versi nama ayah Syekh Yusuf. yaitu Abdullah, versi Hamka. Sementara berdasarkan Lontarak RTSG versi Tallo, disebutkan ayah Syekh Yusuf adalah Gallarang Moncongloe. Sementara ibunya bernama Aminah.
Syekh Yusuf yang di buang ke Afrika Selatan pada masa penjajah Belanda dahulu justru telah menginspirasi Mandela bahwa warna kulit tidaklah membedakan manusia di mata Tuhan.
Syekh Yusuf juga dikenal tokoh nasional asal Sulawesi yang menyebarkan agama Islam ke Afrika Selatan dan dimakamkan di sebelah timur Cape Town yang dikenal sebagai Desa Macassar. Nama ini diberikan sebagai bentuk penghargaan dari Nelson Mandela kepada Syekh Yusuf yang lahir di kota Makasar, Sulawesi Selatan.
Bahkan Nelson Mandela memperingati hari pendaratan pertama Syekh Yusuf di Cape Town dan begitu dihormatinya, pejuang asal Makassar ini mendapatkan anugerah Pahlawan Nasional Afrika Selatan pada tahun 2005. Syekh Yusuf meninggal di Cape Town Afrika Selatan 23 mei 1699 ketika menjalani masa pembuangan VOC Belanda.
Kenapa Syekh Yusuf diasingkan Belanda?
Syekh Yusuf dianggap sebagai 'duri dalam daging' oleh pemerintah Kompeni di Hindia Timur. Ia diasingkan ke Srilanka, kemudian dipindahkan ke Afrika Selatan, dan wafat di pengasingan Cape Town (Afrika Selatan) pada tahun 1699. Pada zamannya (abad ke-17), ia dikenal pada empat tempat, yaitu Banten dan Sulawesi Selatan (Indonesia), Srilanka, dan Afrika Selatan yang berjuang mewujudkan persatuan dan kesatuan untuk menentang penindasan dan perbedaan kulit.
“Syekh Yusuf dibuang Belanda karena perlawanannya terhadap Belanda sewaktu di Banten. Penyebaran agama yang dilakukannya, tidak lepas dari pemahaman tentang Islam yang diperolehnya dari belajar di banyak tempat.
Pada usia 18 tahun dia meninggalkan Makasar menuju Banten, setelah itu dia ke Aceh, dan seterusnya ke Yaman, dan kemudian ke Madinah dan Mekkah, lalu ke Damaskus, Suriah lalu ke Istanbul, Turki. Setelah 23 tahun belajar seluruh tempat itu, sosok yang dikenal dengan nama lengkap Syekh Yusuf Taj al Khalwaty Al Makassary itu kembali ke Makasar pada tahun 1668 dan pergi ke Banten pada tahun 1671." buka Adam Philander, imam Masjid Nurul Latief, masjid yang berjarak beberapa meter dari komplek makam Syekh Yusuf.
Ada catatan yang menyebut dia langsung ke Banten tak singgah ke Makasar. Di Banten, dia menikah dengan salah satu anak Sultan Ageng Tirtayasa. Kemudian anak sultan, yakni Abdul Kahar melakukan perebutan tahta dengan bantuan Belanda. Seterusnya sultan ditangkap dan Yusuf bergerilya di Banten.
Selama masa gerilya itu, dia tetap menyebarkan Islam dan dikenal dengan nama Maulana Yusuf. Namun akhirnya tertangkap. Seterusnya dia beserta pengikutnya dibuang ke Srilanka pada 22 Maret 1684, dalam usia 58 tahun. Di sini dia tetap berdakwah, dan juga menulis beberapa buku.
Belanda kemudian mengasingkannya lagi ke ke tempat yang lebih jauh pada Juli 1693. Dengan menggunakan kapal De Voetboog, Yusuf beserta 49 pengikutnya dibawa ke Zandvliet, yang sekarang bagian dari wilayah Cape Town, Afrika Selatan. Tetapi hanya lima tahun di pengasingan ini, dia wafat pada 23 Mei 1699 dalam usia 73 tahun. Lalu dimakamkan di kawasan yang sekarang disebut Macassar, sekitar 35 kilometer dari pusat kota Cape Town.
Kini makam Syekh Yusuf ini menjadi salah satu lokasi ziarah terkenal di Afrika Selatan dan masih banyak pengikutnya mendiamilokasi dari generasi melayu Cape Town atau Cape Malay. Komunitasnya masih bisa ditemui di Bokaap, tak jauh dari Long Street, Jalan Jaksa-nya Cape Town. Di Bokaap ini berdiri salah satu masjid tertua di Afrika Selatan. Para keturunan Syekh Yusuf, konon sudah mencapai keturunan kesembilan, banyak dijumpai di Cape Town.
Di puncak bukit Macassar, Cape Town, Afrika Selatan (Afsel), makam Syekh Yusuf yang berkubah warna hijau kerap dikunjungi umat Islam, terutama dari Indonesia. Makam ini jadi titik tolak kisah penyebaran Islam di Afsel hingga sekarang. Peziarah yang datang memang tidak setiap hari, namun rutin setiap bulan. Mereka umumnya ingin tahu lebih banyak tentang kiprah perjuangan yang dilakukan Syekh Yusuf dalam menyebarkan Islam di Afrika Selatan dan bahkan menginspirasi Nelson Mandela ini.
Itulah profil Syekh Yusuf yang menginspirasi Nelson Mandela yang di gambarkan sebagai tokoh dan orator ulung dan pemimpin African National Congress (ANC). Ajaran Islamlah yang ternyata menjadi inspirasi Nelson Mandela dan mendorong orang untuk melawan sistem Apartheid yang berujung di penjara pada tahun 1962 Nelson Mandela dengan tuduhan pemberontakan dan menggulingkan pemerintahan.
Luar biasa dan inspiratif, sejak jaman Belanda pejuang Islam selalu di musuhi sekutu Yahudi, termasuk VOC ini yang kini berkumpul di perusahaan Freeport dan jaringan Yahudi lainnya.
Itulah hikmah dari istiqomah di jalan perjuangan Islam, meskipun diasingkan tetap bisa mendakwahkan Islam bahkan hingga ke Afrika Selatan dan Srilanka. Maksud hati Belanda ingin mengasingkan, eh malah mendakwahkan orang lain hingga menyebrangi dua benua, benua Asia dan Afrika.
Betapa besarnya makar musuh Allah tak berarti apa-apa karena Allah akan menggagalkan tipu daya mereka. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Anfaal ayat 30 di atas yang bunyinya (dalam ejaan latin), wayam kuruna wayam kurullahu wallahu chairu almakirin. Artinya “… mereka memikirkan tipu daya (makar) dan Allah menggagalkan tipu daya (makar) itu.” Allah menciptakan tipu daya yang lebih hebat dari yang mereka pikirkan. Wallahu'alam. [jabir/voa-islam.com]