View Full Version
Ahad, 02 Mar 2014

Golput Dosa Versi MUI Vs Golput Tak Bisa Dipenjara Versi PBB. Islam Diuntungkan?

JAKARTA (voa-islam.com) - Fenomena golput alias tidak memilih dalam pemilu di Indonesia terus menunjukkan tren yang cenderung meningkat. Rakyat menilai partai politik dan anggota DPR memainkan peran yang besar dalam korupsi di Indonesia, sejalan dengan itu dilain pihak rakyat tak menemukan kesejahteraan dan semakin muak dengan beratnya himpitan ekonomi.

Di Indonesia tak kurang pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilihan presiden (pilpres) 2014 di fatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan kembali mengingatkan tentang fatwa wajib bagi umat Islam menggunakan hak pilihnya. Bagi yang tidak menggunakan hak pilihnya (golput), maka ia telah berbuat dosa.

"Golput termasuk perbuatan dosa karena sudah ada fatwa MUI yang mewajibkan menggunakan hak pilihnya pada pemilu. Siapa yang tak mengerjakan perkara wajib berarti berdosa," kata Ketua MUI KH Amidhan Kamis (27/2).

Fatwa wajib memilih itu merupakan hasil ijtima' Ulama Fatwa III MUI di Kabupaten Padang Panjang, Padang, Sumatera Barat, pada 2009 lalu. Menurut Amidhan, pemilu adalah strategi untuk memperbaiki nasib bangsa. Selain itu, juga memperbaiki nasib umat Islam.

Atas dasar itulah, umat Islam wajib memilih. Dengan ikut memilih, maka umat Islam telah berpartisipasi mengubah nasib umat Islam juga.

"Nah bagi umat Islam yang tidak bergerak atau melakukan sesuatu untuk memperjuangkan kepentingan umat Islam, maka itu termasuk perbuatan dosa," kata Amidhan.

PBB Tegaskan Golput Tidak Bisa Dipenjara

Setiap warga negara Indonesia yang tidak memilih alias golongan putih (Golput) atau abstain dalam proses pemungutan suara serta orang yang menganjurkan Golput dalam Pemilu 2014, tidak bisa diberi sanksi pidana atau dipenjarakan.



Karena berbagai undang-undang negeri ini dan ketentuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sekalipun pun menjamin golput.

"Golput is oke, penganjur is oke juga, selama tidak ada tindak pidana dan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa. Golput dipidanakan bertentangan dengan konstitusi," ujar Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Haris Azhar di Jakarta, Selasa, (25/2).

Orang yang mengajak Golput dengan kekerasan atau dengan iming-iming uanglah yang seharunya menjadi definisi dari Pasal 292 dan 308 Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012, bukan orang yang menyampaikan pendapat atas kondisi negara yang karut marut seperti sekarang ini dan profil caleg atau presiden.

Dalam pasal di atas dijelaskan, setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan hak pilihnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp 24 juta.

"Jadi jelas, di Pasal 308 UU Pemilu, yang dipidana bukan penganjur Golput, tapi yang memaksa Golput dengan kekerasan seperti yang di UU HAM dan Tipikor atas politik uang," tegas Haris.

Haris menilai, pendapat dan pernyataan petinggi Komisi Pemilihan Umum, Bawaslu, Polri, hingga BIN, bahwa Golput bisa dipenjarakan adalah interpretasi yang salah dan menyesatkan atas pasal-pasal di atas itu.

Seharusnya, terang Haris, yang melakukan kekerasan atau memaksa seseorang untuk memilih kandidat tertentu dengan intimidasi fisik atau iming-iming uang itulah yang harus fokus ditangani para aparat penegak hukum dan penyelenggara Pemilu yang sampai saat ini masih banyak yang belum tersentuh.

"Fenomena-fenomena ini kan ada, misalnya politik uang untuk beli suara, kenapa tidak ditindak lanjuti polisi? Kemudian, kenapa tidak ungkap Posko partai lokal Aceh dan NasDem yang dirusak? Ini yang harusnya diurus polisi dan konsentrasi Bawaslu," tegas Haris.

Bicara Fakta: Sejarah Mencatat Syariat Islam Tak Bisa Berkuasa Lama

Polemik golput atau tidak itu berpulang kepada masing-masing rakyat Indonesia, namun kami mengajak bicara fakta yang tak mungkin dilupakan sejarah.

Umat Islam dan sejarah telah mencatat bahwa penggulingan partai Islam yang meskipun menang secara telak dan mayoritas tetap dikriminalisasikan. "Sebut saja yang terbaru adalah kasus kudeta Presiden Mursi dari Ikhwanul Muslimin Mesir yang memenangi Pemilu Mesir secara demokratis pun digulingkan sekutu dan begundal kawanan zionis Israel dan campur tangan 'bayang-bayang' Amerika Serikat." ungkap Abu Ammar salah satu pendiri Voa Islam di Jakarta (25/02)

"Sejarah juga mencatat kasus penggulingan Partai FIS di Aljazair dan kemenangan rakyat Palestina dengan mendukung HAMAS secara mutlak pun akhirnya mendepak PM Ismail Haniyeh keluar Palestina." tambah Abu Ammar

Saat ini, lebih dari 60 tahun Indonesia merdeka, tak ada satu partai pun yang tegas menyatakan syariat Islam sebagai agenda utamanya, "Saat ini Indonesia pun tak memiliki partai pengusung syariat Islam setelah dibubarkannya Partai Masyumi dari bumi Indonesia. Bahkan setelah ditutup pemerintah, markas Partai Masyumi di Kota Bekasi kini dipakai untuk markas KODIM." kisah Haji Mhd. Dachlan 'Si Pitung Dari Bekasi' yang menjabat Dewan Syuro DDII Bekasi, juga seorang tokoh pejuang Islam melawan Belanda dan Jepang dan mantan anggota Partai Masyumi.

Mari Buka Sejarah, Jangan Lupakan Fakta Ini:

1. Tahun 2013: Presiden Mesir Mursi Dikudeta Militer

Setelah demonstrasi besar menentang Presiden Mesir Mohamed Morsi, Menteri Pertahanan Jenderal Abdul Fatah al-Sisi pada 3 Juli 2013 mengumumkan pelengseran presiden, dan penangguhan konstitusi. Al-Sisi mengangkat Adly Mansour sebagai pemegang jabatan sementara Presiden Mesir. Morsi berada dalam status tahanan rumah dan para pimpinan Ikhwanul Muslimin ditangkap.Pengumuman tersebut diikuti dengan demonstrasi dan bentrok di penjuru Mesir antara pendukung dan penentang junta. Pengumuman tersebut juga diikuti dengan pernyataan oleh Imam Besar Al-Azhar Ahmed el-Thayeb, Paus Theodoros II dari Aleksandria, dan pemimpin partai oposisi Mohamed ElBaradei.

Pada 30 Juni 2013, pada peringatan tahun pertama terpilihnya Morsi, ribuan protestan dari penjuru Mesir berdemonstrasi di jalan menuntut pengunduran diri presiden. Alasan dari tuntutan tersebut termasuk tuduhan bahwa sang presiden semakin otoriter dan menjalankan agama Islam tanpa mempertimpangkan kepentingan pihak oposisi sekuler.Demonstrasi yang sebelumnya damai menjadi penuh kekerasan saat lima penentang Morsi terbunuh dalam bentrokan terpisah dan penembakan. Di saat yang sama, pendukung Morsi melangsungkan demonstrasi di kota Nasr, salah satu distrik di Kairo.

Pada pagi hari 1 Juli, penentang Morsi meringsek ke markas Ikhwanul Muslimin di Kairo. Protestan melempari jendela dan menjarah gedung, melarikan perlengkapan kantor dan dokumen. Menteri Kesehatan dan Penduduk Mesir mengkonfirmasi kematian delapan orang pada bentrokan tersebut di Mokattam.Pada 3 Juli, Menteri Kesehatan dan populasi mengumumkan bahwa 16 demonstran pendukung Morsi terbunuh dalam unjuk rasa di tempat lain. Pada waktu bersamaan, protes anti pemerintah juga berlangsung walau dengan peserta lebih sedikit.

Situasi tersebut menyebabkan krisis konstitusi dan politik berat, dengan Morsi menolak tuntutan pihak Militer, dan Angkatan Bersenjata Mesir mengancam akan mengambil alih bila politisi tidak mampu mengatasi situasi. Pada 3 Juli malam, militer Mesir pada akhirnya menyatakan berakhirnya kepemimpinan Mohammed Morsi sebagai presiden dan mengumumkan bahwa konstitusi ditangguhkan, pemilihan presiden akan dilangsungkan segera, dan pimpinan mahkamah konstitusi Adly Mansour diangkat menjadi kepala pemerintahanan, dan pemerintah transisi akan dibenteuk hingga dilangsungkannya pemilihan umum.

Pihak Internasional mengecam tindakan ini, kecuali Saudi Arabia dan U.A.E., dan respons dari Amerika Serikat dan Iran. Negara lain yang mengecam adalah Suriah, walaupun Morsi sempat mengumumkan jihad melawan negara tersebut seminggu sebelum kudeta.

2. Tahun 2011: Moammar Khadafi Dibunuh, Negara Libya di gulingkan

Pemimpin Libya, Muammar Khadafi tewas di tangan tentara revolusioner pada Kamis (20/10), yang lalu di kampung halamannya di Sirte. Khadafi diyakini tewas setelah terjadi baku tembak antara rombongannya dengan tentara NATO. Lalu, ia bersembunyi di sebuah gorong-gorong.

Pasukan NTC yang memburunya lantas menangkap Khadafi. Setelah itu, Khadafi dieksekusi menggunakan senjata api. Beberapa versi menyatakan Khadafi sempat meminta ampun agar tidak dibunuh. Namun, akhirnya penguasa 42 tahun di Libya itu tewas di tangan oposisi.

Meski ia membantu dan mendonasikan uangnya untuk Nicolas Sarkozi memenagi pemilu Perancis.

3. Tahun 2006: Pemilu Paling Demokratis di Palestina malah digulingkan dan PM Ismail Hanniyeh terusir

Hamas sebagai organisasi perjuangan utama di Gaza, tidak hanya melakukan perjuangan bersenjata, namun juga membangun basis politik di tengah masyarakat. Mereka bergabung dengan rakyat, membangun infrastruktur dan perekonomian penduduk. Akhirnya, dalam pemilu 2006, yang disebut Carter Foundation sebagai ‘pemilu paling demokratis yang pernah diamatinya', Hamas berhasil menang dan Ismail Haniyah menjadi Perdana Menteri. Berbagai usaha dilakukan Israel (melalui tangan Fatah) untuk menggulingkan pemerintahan Haniyah, namun gagal. Sejak Juni 2007, Gaza diblokade ketat oleh Israel dan Gaza pun menjadi penjara terbesar di dunia.  Blokade yang sebenarnya hanya melanjutkan (dengan lebih brutal) blokade dan brutalitas yang sudah dilakukan Israel jauh sebelumnya. Bahkan, pada 27 Desember 2008, Israel dengan dukungan persenjataan tercanggih yang disuplai AS, melancarkan invasi ke Gaza dalam operasi militer "Menuang Timah" (Cast Lead Operation). Tujuan utama Israel adalah menumbangkan Hamas.  Namun, meski 1200 warga Gaza syahid dan ribuan lainnya terluka Hamas tetap tegak dan meneruskan perjuangannya.

Lalu, apa yang sudah dilakukan dunia internasional? Hingga hari ini, masih berupa retorika dan, meskipun terbatas, upaya-upaya bantuan kemanusiaan.

5. Tahun 1997 : Rakyat kehendaki Mahkamah Syariat Islam di Somalia pun ambruk

Dan pada tahun 1997, Ali Mahdi Muhammad, komandan perang Somalia menentang berdirinya mahkamah dan membubarkannya. Seluruh sayap peradilan Islam dibubarkan dengan dukungan Pemerintah Ethiopia. Dari sanalah muncul ide untuk mendirikan mahkamah Islam dalam skup yang lebih kecil, yakni di setiap kabilah. Semua kabilah yang menghendaki mahkamah syariat Islam mendirikannya sendiri-sendiri. Tentang hal ini berkata Syaikh Hasan Thahir Uweis, anggota pendiri Mahkamah salah satu kabilah, “Keinginan para tokoh ulama awalnya untuk menyelesaikan perselisihan di antara anggota masyarakat untuk kemudian bisa mendirikan mahkamah Islam di Mogadeshu.”

Pada tahun 2001, keinginan mendirikan mahkamah syariat Islam di Mogadeshu semakin menguat. Berbagai milisi dari berbagai kabilah telah sukses mendirikan mahkamah masing-masing. Bahkan mahkamah Islam juga telah berdiri di wilayah Marka yang jauhnya sekitar 120 km dari Mogadeshu. Lalu di tahun 2005, dibentuk Majlis Tinggi Asosiasi Mahkamah Islam di Mogadeshu. Pemimpinnya adalah Syaikh Syarif Ahmad. Konflik internal yang muncul dan mewabah di Mogadeshu semakin memperkuat keinginan membentuk Mahkamah Islam terpusat.

6. Tahun 1991 : Partai FIS di Aljazair digulingkan meski menang Pemilu

Pada pemilu 1991, artinya hanya dua tahun sejak berdirinya FIS, partai ini meraih 54% suara dan mendapat 188 kursi di parlemen atau menguasai 81% kursi. Suatu pencapaian yang fantastis! Pada pemilu putaran kedua, FIS dinyatakan menang telak.

Hasilnya pada pemilu putaran pertama 20 Juni 1991, FIS memenangkan 54% suara dan mendapat 188 (81%) kursi di parlemen. Umat Islam Aljazair menyambut gembira Kemenangan FIS ini disambut gembira oleh rakyat Aljazair.

Namun tidak dengan Benjedid. Presiden yang kemudian mengundurkan diri ini setelah kekalahan partainya segera berkonsolidasi dengan pihak-pihak yang tak ingin Islam tampil dan FIS berkuasa. Maka Benjedid pun menggalang kekuatan militer. Militer, dengan kekuasaannya dan semena-mena, membubarkan parlemen Aljazair serta membatalkan hasil pemilu.

Mohammed Boudiaf, mewakili militer, segera mendirikan Dewan Tinggi Negara, dan kemudian bertindak sebagai pemerintahan interim. Ia, entah dengan dasar apa, mengumumkan bahwa Aljazair berada dalam keadaan darurat.

Boudiaf menjadi penguasa baru di Aljazair. Ia merekayasa semua cara untuk memberangus FIS dan menyatakannya sebagai partai politik terlarang. Ribuan anggota dan pendukung FIS ditangkap dan dijebloskan ke penjara, dan tak jarang dibunuh. Pemimpin FIS Abassi Madani dan Ali Belhadj dipenjarakan. Boudiaf sendiri tewas di tangan Letnan Mohammed Bumaaraf yang berusia 26 tahun. Sejarah terulang, Aljazair tidak pernah lepas dari pemberontakan dan pembunuhan. Ini berbeda jika saja FIS memerintah, karena walaupun mengusung ideologi Islam, FIS tak sekalipun merugikan kepentingan golongan lain.

7. Tahun 1960 : Di Indonesia, Meski M Natsir pahlawan & tetap saja Partai Masyumi yang dibubarkan

Mohammad Natsir (lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, kabupaten Solok, Sumatera Barat, 17 Juli 1908 – meninggal di Jakarta, 6 Februari 1993 pada umur 84 tahun) adalah perdana menteri Indonesia, pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi, dan tokoh Islam terkemuka Indonesia. Di kancah internasional, ia pernah menjabat sebagai presiden Liga Muslim se-Dunia (World Muslim Congress) dan ketua Dewan Masjid se-Dunia.

Atas segala jasa dan kegiatannya pada tahun 1957 Natsir memperoleh bintang kehormatan dari Republik Tunisia untuk perjuangannya membantu kemerdekaaan Negara-negara Islam di Afrika Utara. Tahun 1967 dia mendapat gelar Doktor HC dari Universitas Islam Libanon dalam bidang politik Islam, menerima Faisal Award dari kerajaan Saudi Arabia pada tahun 1980 untuk pengabdiannya pada Islam dan Dr HC dari Universitas Sains dan Teknologi Malaysia pada tahun 1991 dalam bidang pemikiran Islam.

Bersama sejumlah tokoh Masyumi, seperti M Natsir, Prawoto turut membidani lahirnya Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (DDII) pada pertengahan 1967.

Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau Masyumi adalah sebuah partai politik yang berdiri pada tanggal 7 November 1945 di Yogyakarta. Partai ini didirikan melalui sebuah Kongres Umat Islam pada 7-8 November 1945, dengan tujuan sebagai partai politik yang dimiliki oleh umat Islam dan sebagai partai penyatu umat Islam dalam bidang politik.

Masyumi pada akhirnya dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960 dikarenakan tokoh-tokohnya dicurigai terlibat dalam gerakan pemberontakan dari dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

M. Natsir adalah Pendiri dan pemimpin partai MASYUMI (Majlis Syuro Muslimin Indonesia). Dalam pemilu 1955, yang dianggap pemilu paling demokratis sepanjang sejarah bangsa, Masyumi meraih suara 21% (Masyumi memperoleh 58 kursi, sama besarnya dengan PNI. Sementara NU memperoleh 47 kursi dan PKI 39 kursi). Capaian suara Masyumi itu belum disamai, apalagi terlampaui, oleh partai Islam setelahnya, paling tidak hingga saat ini. Dalam dunia internasional, Natsir adalah Anggota Dewan Pendiri Rabithah Alam Islami (World Moslem League), juga pernah menjadi sekjennya. Natsir adalah pemimpin dunia Islam yang amat dihormati Sekretaris Jenderal Rabitah Alam Islami meminta hadirin berdiri saat pak Natsir memasuki ruang sidang organisasi dunia Islam itu. Natsir adalah anak bangsa Indonesia yang pernah menjadi tokoh Dunia Islam yang begitu dihormati sepanjang sejarah Indonesia bahkan sampai sekarang. Kiprahnya memang tak pernah selesai menjadi buah pembicaraan.

Partai Masyumi, walau hanya berumur 15 tahun umurnya, telah menorehkan sejarah yang luar biasa dalam perjalanan bangsa Indonesia. Kader Masyumi adalah kader terbaik yang pernah memimpin bangsa ini di fase-fase awal. Ketua Umum (terakhir) Partai Masyumi, Prawoto Mangkusasmito, adalah salah satu contohnya.

Pada 16 Januari 1962 oleh rezim Sukarno, Prawoto dijebloskan ke dalam tahanan bersama-sama dengan tokoh-tokoh politik lainnya seperti Mr. Mohamad Roem, M. Yunan Nasution, K.H.M. Isa Anshary, E.Z. Muttaqin Sutan Sjahrir, Subadio Sastrosatomo, Anak Agung Gede Agung, Sultan Hamid, dan Mochtar Lubis. Mereka ditempatkan di Rumah Tahanan Militer (RTM) Madiun (Jawa Timur), Jakarta, dan terakhir di Wisma Keagungan bersama-sama dengan Mohammad Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, dan Boerhanoeddin Harahap, sampai dibebaskan oleh pemerintah Orde Baru pada 17 Mei 1966. Ada juga yang ditahan sendiri-sendiri seperti Hamka, Ghazali Sjahlan, Jusuf Wibisono, dan Kasman Singodimedjo. Dari kalangan NU yang ditahan ialah Imron Rosjadi

Pemerintah Indonesia saat itu, baik yang dipimpin oleh Soekarno maupun Soeharto, sama-sama menuding Mohammad Natsir sebagai pemerontak dan pembangkang, bahkan tudingan tersebut membuatnya dipenjarakan. Sedangkan oleh negara-negara lain, Natsir sangat dihormati dan dihargai, hingga banyak penghargaan yang dianugerahkan kepadanya. Dunia Islam mengakui Mohammad Natsir sebagai pahlawan yang melintasi batas bangsa dan negara. Bruce Lawrence menyebutkan bahwa Natsir merupakan politisi yang paling menonjol mendukung pembaruan Islam. Pada tahun 1957, ia menerima bintang Nichan Istikhar (Grand Gordon) dari Raja Tunisia, Lamine Bey atas jasanya membantu perjuangan kemerdekaan rakyat Afrika Utara. Penghargaan internasional lainnya yaitu Jaa-izatul Malik Faisal al-Alamiyah pada tahun 1980, dan penghargaan dari beberapa ulama dan pemikir terkenal seperti Syekh Abul Hasan Ali an-Nadwi dan Abul A'la Maududi.

8. Tahun 1924 : Kekhalifahan Turky Dibubarkan

Pada November 1914, Kesultanan Utsmaniyah ikut serta dalam Perang Dunia I di blok Kekuatan Tengah. Kesultanan ini ambil bagian dalam teater Timur Tengah. Utsmaniyah sempat beberapa kali menang pada tahun-tahun pertama perang, misalnya di Pertempuran Gallipoli dan Pengepungan Kut, namun ada juga kekalahan seperti pada Kampanye Kaukasus melawan Rusia. Amerika Serikat tidak pernah mengeluarkan pernyataan perang terhadap Kesultanan Utsmaniyah.

Tahun 1915, saat Angkatan Darat Kaukasus Rusia terus merangsek ke Anatolia timur,dibantu sejumlah milisi Armenia Utsmaniyah, pemerintah Utsmaniyah mulai mendeportasi dan membantai penduduk etnis Armenia. Aksi ini kemudian dikenal dengan nama Genosida Armenia.Aksi genosida juga dilakukan terhadap etnis minoritas Yunani dan Assyria.

Pemberontakan Arab yang dimulai tahun 1916 berbalik melawan Utsmaniyah di front Timur Tengah. Utsmaniyah sempat unggul di Timur Tengah selama dua tahun pertama perang. Gencatan Senjata Mudros yang ditandatangani pada 30 Oktober 1918 mengakhiri peperangan di teater Timur Tengah, diikuti pendudukan Konstantinopel dan pemecahan Kesultanan Utsmaniyah. Dengan Perjanjian Sèvres, pemecahan Kesultanan Utsmaniyah menjadi resmi. Pada kuartal terakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, sekitar 7–9 juta pengungsi Muslim Turki dari wilayah Kaukasus, Krimea, Balkan, dan pulau-pulau Mediterania pindah ke Anatolia dan Thracia Timur.

Pendudukan Konstantinopel dan İzmir melahirkan gerakan nasional Turki yang memenangkan Perang Kemerdekaan Turki (1919–22) di bawah pimpinan Mustafa Kemal Pasha (atau Mustafa Kemal Atatürk). Kesultanan dibubarkan tanggal 1 November 1922, dan sultan terakhirnya, Mehmed VI (berkuasa 1918–22), meninggalkan negara ini pada 17 November 1922. Majelis Agung Nasional Turki mendeklarasikan Republik Turki pada tanggal 29 Oktober 1923. Kekhalifahan dibubarkan tanggal 3 Maret 1924.

Demokrasi tak berpihak pada Islam Menyisakan Suriah Sebagai Medan Jihad Yang dijanjikan dalam Alquran

Musibah bagi dunia, semua organisasi dan partai pengusung Syariat Islam sudah tumbang dengan tekanan dan rekayasa keji agen-agen asing berkulit legam dan sawo matang seperti kita. Devide et impera sejatinya belum lekang betul dari bumi Indonesia.

 
Negeri Syria, atau Suriah atau dalam literatur Islam disebut sebagai Negeri Syam memang mempunyai sejarah, bukan hanya bagi umat Islam, tetapi juga Kristen (Eropa) dan Yahudi (Israel).
 
Bagi umat Islam, Syam adalah bumi penuh berkah. Di sana tempat para Nabi dan Rasul diutus oleh Allah.
 
Di sana, Nabi Muhammad saw diperjalankan, dan dimikrajkan ke Sidratil Muntaha. Bagi umat Kristiani, wilayah Syam, dahulu adalah bagian dari imperium Romawi Timur, Bizantium. Sementara bagi umat Yahudi, Syam juga diklaim menjadi tempat suci mereka, dimana Haikal Sulaiman berada di sana.
 
Bisyârah jatuhnya Syam ke tangan kaum Muslim ditunjukkan oleh Allah sejak Nabi Muhammad saw dilahirkan. Saat Nabi lahir, cahaya terpancar mengiringi kelahirannya. Cahaya itu menerangi istana-istana Syam.
 
Peristiwa Isra’ dan Mikraj Nabi saw dari Masjidil Haram, di Makkah, ke Masjid al-Aqsa, di Palestina, serta ditunjuknya Nabi saw untuk menjadi imam para Nabi dan Rasul sebelumnya di Masjid al-Aqsa juga menguatkan Bisyârah itu. Setelah itu, Nabi pun berulangkali menegaskan, “Uqru dar al-Islam bi as-Syam (Pusat negara Islam itu ada di Syam).”
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/smart-teen/2014/02/10/28991/amazing-ternyata-perang-suriah-telah-disebut-dalam-al-quran/#sthash.rgFuw0R1.dpuf

Negeri Syria, atau Suriah atau dalam literatur Islam disebut sebagai Negeri Syam memang mempunyai sejarah, bukan hanya bagi umat Islam, tetapi juga Kristen (Eropa) dan Yahudi (Israel).
 
Bagi umat Islam, Syam adalah bumi penuh berkah. Di sana tempat para Nabi dan Rasul diutus oleh Allah.
 
Di sana, Nabi Muhammad saw diperjalankan, dan dimikrajkan ke Sidratil Muntaha. Bagi umat Kristiani, wilayah Syam, dahulu adalah bagian dari imperium Romawi Timur, Bizantium. Sementara bagi umat Yahudi, Syam juga diklaim menjadi tempat suci mereka, dimana Haikal Sulaiman berada di sana.
 
Bisyârah jatuhnya Syam ke tangan kaum Muslim ditunjukkan oleh Allah sejak Nabi Muhammad saw dilahirkan. Saat Nabi lahir, cahaya terpancar mengiringi kelahirannya. Cahaya itu menerangi istana-istana Syam.
 
Peristiwa Isra’ dan Mikraj Nabi saw dari Masjidil Haram, di Makkah, ke Masjid al-Aqsa, di Palestina, serta ditunjuknya Nabi saw untuk menjadi imam para Nabi dan Rasul sebelumnya di Masjid al-Aqsa juga menguatkan Bisyârah itu. Setelah itu, Nabi pun berulangkali menegaskan, “Uqru dar al-Islam bi as-Syam (Pusat negara Islam itu ada di Syam).”

Meski kita lupa Islam telah dihinakan, namun sejarah telah mengingatkan kita bukan? Bagaimana dengan Anda? [rojul/berbagaisumber/voa-islam.com]

sejarah mencatat bahwa penggulingan partai Islam yang meskipun menang secara telak dan mayoritas tetap dikriminalisasikan. Sebut saja yang terbaru adalah kasus kudeta Presiden Mursi dari Ikhwanul Muslimin Mesir yang memenangi Pemilu Mesir secara demokratis pun digulingkan sekutu dan begundal kawanan zionis Israel dan campur tangan 'bayang-bayang' Amerika Serikat." ungkap Abu Ammar salah satu pendiri Voa Islam di Jakarta (25/02)

"Sejarah juga mencatat kasus penggulingan Partai FIS di Aljazair dan kemenangan rakyat Palestina dengan mendukung HAMAS secara mutlak pun akhirnya mendepak PM Ismail Haniyeh keluar Palestina." tambah Abu Ammar

Lalu siapakah pengusung syariat Islam kini? Siapa yang bermain retorika semu dan siapa pengusung penegakkan syariat Islam secara riil?

"Saat ini Indonesia pun tak memiliki partai pengusung syariat Islam setelah dibubarkannya Partai Masyumi dari bumi Indonesia. Bahkan setelah ditutup pemerintah, markas Partai Masyumi di Kota Bekasi kini dipakai untuk markas KODIM." kisah Haji Mhd. Dachlan 'Si Pitung Dari Bekasi' yang menjabat Dewan Syuro DDII Bekasi, juga seorang tokoh pejuang Islam melawan Belanda dan Jepang dan mantan anggota Partai Masyumi.

"Saat ini Indonesia pun tak memiliki partai pengusung syariat Islam setelah dibubarkannya Partai Masyumi dari bumi Indonesia. Bahkan setelah di tutup pemerintah, markas Partai Masyumi di Kota Bekasi kini dipakai untuk markas KODIM." kisah Haji Mhd. Dachlan

Musibah bagi dunia, semua organisasi dan partai pengusung Syariat Islam sudah tumbang dengan tekanan dan rekayasa keji agen-agen asing berkulit legam dan sawo matang seperti kita. Devide et impera sejatinya belum lekang betul dari bumi Indonesia.

- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2014/02/27/29234/pks-partai-terbuka-caleg-syiah-yes-usung-syariat-islam-no/#sthash.2OBhuLzC.dpuf

latestnews

View Full Version