GARUT (voa-islam.com) – Pemerintah kita sekarang ini tidak terlalu berpihak kepada umat Islam. Padahal umat Islam itu mayoritas. Memang kita selalu mendengungkan mayoritas-mayoritas. Kenyataannya umat Islam itu memang mayoritas secara nominal. Sebagai mayoritas, sebagai asas proporsional kan mestinya pemerintah lebih berpihak kepada umat Islam dan sejarahnya. Tapi pada kenyataannya justru yang aneh di Indonesia itu, pemerintah Indonesia lebih berpihak kepada sejarah Hindu dan Budha. Hal ini diungkapkan oleh Doktor Sejarawan dari Universitas Indonesia Dr. Tiar Anwar Bahtiar, M.Hum.
“Sampai pada zaman Soeharto itu riset tentang zaman Hindu dan Budha itu luar biasa biayanya besar sekali, sementara riset untuk zaman Islam gak ada atau kecil sekali. Presentasinya 20% untuk zaman Islam, 80% riset untuk zaman Hindu-Budha atau zaman Kolonial” katanya kepada voa islam saat menemui di kantornya Jl. Aruji Kartawinata, Garut, pada Senin (16/06/2014).
Dr. Tiar melanjutkan dengan itu semua ada upaya-upaya untuk lebih mengunggulkan zaman Hindu, Budha, atau Kolonial dibandingkan dengan sejarah zaman Islam. Menurutnya akhirnya inilah yang menyebabkan generasi-generasi muda muslim di Indonesia, tidak pernah tahu mengapa mereka menjadi mayoritas.
“Bukankah menjadi mayoritas itu berarti ada peninggalan sejarah sebelumnya yang menyebabkan mereka bisa menjadi mayoritas” ujar salah seorang peneliti Insist ini.
Menurut Pengajar di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Persis Garut ini, umat Islam pasti pernah mengalami zaman kejayaannya, tidak mungkin tidak ada zaman kejayaannya. Yang tidak pernah dimunculkan sebetulnya kapan zaman kejayaan Islam di Indonesia? Menurutnya sesungguhnya zaman kejayaan Islam di Indonesia itu adalah juga sesungguhnya zaman emasaannya Indonesia. Itu terjadi abad ke 14, 15, 16, tapi hal ini jarang diungkap.
“Ini yang akhirnya menyebabkan pelajaran sejarah di Indonesia ini tidak memberikan ruang kepada penghormatan sejarah Islam. Jadi sejarah Islam itu dipinggirkan oleh penguasa” paparnya.
Persoalan sejarah Islam yang dipinggirkan oleh penguasa ini, menurut Dr. Tiar masih berlangsung sampai sekarang dan belum berubah. Ia kemudian mengungkapkan hal ini terjadi karena yang memegang sejarah itu ABRI. Dan ABRI itu salah satu doktrinnya dari dulu ekstrim kanan, esktirm kiri. Musuh ABRI itu Islam dan PKI.
“Sekalipun sekarang sudah mulai agak terkikis, tetapi dari segi penyusunan kurikulum sejarah masih belum banyak berubah” pungkas Ketua Umum Pemuda Persis Jawa Barat periode 2010-2015.
Dr. Tiar sendiri sudah menulis buku pelajaran sejarah perspektif Islam untuk kalangan Sekolah Menengah Atas (SMA). Walaupun dirinya mengaku sebetulnya buku ini diperuntukkan untuk kalangan mahasiswa. Bukunya sendiri baru digunakan di sekolah tertentu, atau sekolah-sekolah yang memesan buku tersebut secara khusus. [PurWD/Adi/voa-islam]