JAKARTA (voa-islam.com) – Kisah nyata 9 dewi-dewi cinta Soekarno tak banyak yang mengenalnya secara luas. Namun rakyat Indonesia lebih mengenal Soekarno sang Proklamator ini sebagai singa podium dan mantan presiden Republik Indonesia pertama. Sejarah mencatat, pria yang akrab disapa Bung Karno mempunyai istri lebih dari satu orang.
Khusus pada bulan Juli ini, atau tepatnya tanggal 7 Juli 1954, Bung Karno mempersunting Hartini, wanita asal Ponorogo, Jawa Timur. Kala itu Bung Karno berusia 53 tahun sedangkan Hartini sendiri masih berusia 30 tahun. Pernikahan Bung Karno dengan Hartini sendiri berlangsung dengan sederhana, namun sejarah mencatat peristiwa besar tersebut.
Pada saat menikahi Hartini, Bung Karno masih berstatus sebagai seorang suami dari Fatmawati yang merupakan ibunda dari Megawati Soekarnoputri. Sebelum menikah, putra sang fajar tersebut meminta izin kepada Fatmawati, namun demikian wanita asal Bengkulu tersebut tidak mengizinkan pernikahan tersebut.
“Tapi aku cinta padamu dan juga cinta pada Hartini,” kata Sukarno.
“Oo, tak bisa begitu.” Tolak Fatmawati seperti dia tulis dalam Catatan Kecil Bersama Bung Karno.
Pernikahan Sukarno menimbulkan kecaman, terutama dari kelompok aktivis gerakan perempuan. Organisasi Persatuan Istri Tentara (Persit) dan Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari), misalnya, berujuk rasa menolak poligami Sukarno karena menganggap perbuatan itu merendahkan martabat perempuan. Puncaknya, Fatmawati keluar dari Istana Negara, dengan dukungan penuh Perwari.
Dalam situasi ini, pernikahan Sukarno dengan Hartini menjadi pukulan yang jauh lebih menohok bagi organisasi perempuan. Perwari mengkritik keras perbuatan Sukarno ini sebagai contoh buruk yang menggoyahkan sendi pendidikan dalam keluarga. Sebaliknya Gerwani sebagai organisasi gerakan perempuan tebesar di Indonesia yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) bungkam dalam memandang pernikahan Bung Karno dengan Hartini.
“Gerwani berusaha menjaga hubungan harmonis antara Sukarno dan Partai Komunis Indonesia,” kata Saskia E Wieringa yang juga penulis buku Penghancuran Gerakan Perempuan.
Selain dikenal sebagai singa podium Bung Karno juga dikenal sebagai penakhluk wanita. Sukarno juga selalu bersikap gallant atau sopan dan hangat pada setiap wanita. Tak peduli wanita itu tua atau muda. Soekarno tak segan-segan mengambilkan minum sendiri untuk tamu wanitanya.
Soekarno juga selalu membantu memegang tangan wanita, jika wanita itu keluar mobil. Sukarno menghormati wanita, juga sangat romantis. Dia juga tak sungkan mengumbar pujian pada wanita. Hal ini yang selalu membuat para wanita tersanjung.
Berdasarkan catatan sejarah, putra dari Ida Ayu Nyoman Rai itu mempunyai 9 istri dan 10 orang anak. Berikut kesembilan istri sah Sukarno:
Namun demikian dari 9 istri tersebut, adalah Inggit Garnasih yang paling berjasa dengan Bung Karno. Betapa tidak, Inggit adalah wanita yang menemani perjuangan Bung Karno sejak ia bersekolah di ITB Bandung, hingga dibuang ke berbagai tempat pengasingan di Tanah Air. Maka tidak heran dalam sebuah Kongres, Bung Karno menyebut Inggit sebagai Srikandi Indonesia.
Selanjutnya Fatmawati yang disunting pada tahun 1943 dan tidak pernah diceraikan hanya meninggalkan Istana Merdeka begitu Soekarno menikahi Hartini pada tahun 1954. Hartini mendampingi hingga Soekarno wafat pada 21 Juni 1970.
Selain Inggit, perempuan lain yang begitu dalam mencintai Bung Karno adalah Hartini. Sejak menikah dengan Bung Karno pada tahun 1954, wanita tersebut konsisten dan selalu menemani Bung Karno baik dikala suka ataupun duka. Saat Bung Karno jatuh dari kekuasaan dan meninggal pada tahun 1970, Hartini adalah sosok setia yang mendampingi Bung Besar.
Dari sembilan istrinya tersebut, total ada sepuluh anak yang ‘resmi’ diakui sebagai anak Bung Karno. Dari Fatmawati, Bung Karno dikaruniai 5 anak yakni Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Sedangkan dari Hartini, ada dua anak Bung Karno yakni Taufan dan Bayu. Dari Ratna Sari Dewi lahirlah Kartika. Demikian juga dari Haryati lahirlah Ayu, dan anak terakhir Soekarno berasal dari Kartini Manoppo yang diberi nama Totok. [ahmed/PNC/voa-islam.com]