Penyakit Rendah Diri Para Liberalis
Kemajuan materi peradaban barat membuat para muqolliduun menjadi norak, sock cultur dan akhirnya menjadi minder. Membaca tulisan para liberalis akhir-kahir ini tentang pergerakan Islam, penulis dapat berkesimpulan bahwa banyak diantara mereka yang mengidap penyakit paranoid. Mungkin karena studi di barat yang cukup lama sehingga penularan paranoid itu terjadi. Indikator yang paling mudah kita lihat adalah tulisan mereka yang mengandung emosional yang sangat tinggi, terutama tulisannya tentang pergerakan Islam, sehingga menurunkan fungsi akal sehatnya.
Ketika akal sehat sudah menurun, maka sudah tidak mampu lagi mengikuti kaidah-kidah metodologi Ilamiyah. Bicara ngejeblak, asal bunyi, kemudian muncul halusinasi, plus info sepihak yang didapat, menghasilkan anilisa murahan, layaknya sampah yang harus dibuang. Walaupun ada diantara mereka lulusan luar negeri, tetapi cara berfikirnya mirip metodologi Warung Kopi.
Diantara motode Warung Kopi adalah ketidak mampuan berfikir mana yang bisa digeneralisir, mana yang kasus, mana yang mainstream mana yang sempalan. Semua dipukul rata untuk menilai setiap kelompok pergerakan. Mungkin karena kebenciannya terhadap pergerakan sudah mendarah daging, dan bertulang sumsum, atau sudah sampai ke ubun-ubuh sehingga merusak cairan otaknya, sehingga penulis melihat seperti agak “rada-rada” . Mudah-mudahan tidak sampai katagori Ideot.
Pentingnya menjaga stabilitas emosional agar kita masih tetap mampu mengendalikan fikiran dan akal sehat. Eksploitasi perasaan yang berlebihan, termasuk Marah, benci serta rasa dendam, akan menganggu kerja organ tubuh terutama kerja akan fikiran kita. Ketidak mampuan kerja akal sehat itu sangat dipengaruhi oleh dominasi perasaan. Seorang yang lagi panik akan bisa berbuat nekat apa saja karena sudah tidak sempat minta pertimbangan akal. Seorang yang lagi proses KPK, minta pertolongan bukan saja kepada pengacara, tapi lari keberbagai dukun.
Begitu juga seorang liberalis mengamati fenomena permukaan gejolak sosial, tidak mau lagi berfikir lebih jauh untuk menggali ada apa dibalik gejolak tersebut, terus sudah kebelet ngomong, keluarlah statement-statement sampah. Bisa dianalog seperti mendiagnosa penyakit, jika kita “batuk” itu bukan nama penyakit tetapi itu baru gejala. Penyakitnya mungkin radang tenggorokan, atsma, paru-paru, TBC dan lain lain.
Menjadi persoalan adalah ketika kualitas masyarakat kita dan insan Media juga sebagian masih sangat memprihatinkan, maka statemen murahan itu sangat laku dijual, dan cukup berperngaruh di masyarakat awam. Justru disitulah Hoki nya kaum liberalis, dari situ mereka mendapatkan julukan kaum Intelektual, Pemikir, Pengamat dan sebagainya.
Kedangkalan Analisa Liberalis
Inilah yang paling meragukan penulis, apakah kaum liberalis ini orang akademisi.? Atau aktifis warung kopi? Koq dangkal banget ketika melihat fenomea kekerasan atau pembunuhan. Pertama Ketidak mampuan melihat sekian banyak fenomena kekerasan dan pembunuhan, sperti kacamata kuda yang bisa melihat sebagian kecil saja yang ada di depannya. Kedua ketidak mampuan menelurusuri siapa dalang yang sesungguhnya, apa motif dibaliknya, terus siapa yang paling dirugikan ketika ada expose pemberitaan kekerasan dan pembunuhan dan seterusnya.
Ketika Afganistan diintervensi oleh Uni Soviet selama 9 tahun lamanya kemudian lanjutkan Amerika, belasan tahun dengan jumlah korban sipil sudah jutaan orang, tidak ada yang berani mengutuk, atau memberi lebel teroris, atau pura-pura tidak tahu, atau karena majikannya yang berbuat.? Tetapi ketika Thaliban membalas serangan dengan jumlah korban satu dua orang itupun korbannya militer, maka dunia kebakaran jenggot, rame-rame angkat bicara.
Ketika Intervensi Amerika di Irak tahun 1992 delapan bulan pertama saja korban sudah lebih 700.000 orang kebanyakan sipil. Tidak disebut itu aksi pembunuhan, tidak pula disebut aksi penjajahan ketika minyak Iraq dikuras. Sama ketika Rezim di Suriah membantai ribuan rakyatnya sendiri tidak ada yang bilang teroris, tetapi ketika ada 3 orang warga Barat yang dibunuh, maka dunia kebakarang jenggot lagi.
Ketika bombardir Israel yang terakhir terhadap GAZA dengan koban lebih dari 2000 orang sipil banyak yang cicing wae. Tetapi ketika ditelaviv kena serangan roket mengakibatkan satu anak kecil meninggal geger lagi dunia....
Sekedar pertanyaan untuk kaum Leberalis, semoga bisa membuka mata hati mereka. Beriktu ini adalah kasus-kasus dan berbagai motif dalam pembunuhan di masyarakat sebagai berikut :
Dalam diskusi di kantor PKBI Jateng Jl Jembawan Semarang, Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah dokter Hartono Hadisaputro SpOG menyatakan di Indonesia diperkirakan terdapat ” 2,5 juta kasus aborsi setiap tahunnya”. Artinya diperkirakan ada “6.944 s/d 7.000 wanita melakukan praktik aborsi dalam setiap harinya.”
Pertanyaannya adalah : “Apakah pembunuhan 2,5 juta bayi-bayi tak berdosa itu atas nama agama”?
Disampaing kasus Pembunuhan model Aborsi; model minum Pil KB, atau menggunakan suntikan, pembunuhan janin karena malu akibat hamil di luar nikah, masih banyak lagi kasus-kasus pembunuhan sebagai berikut :
-Pembunuhan karena perampokan, pencurian,
-Pembunuhan karena tawuran dan perkelahian,
-Pembunuhan karena rebutan lahan parkir atau karena Narkoba dan Miras,
-Pembunuhan karena dendam cinta,dan cemburu,
-Pembunuhan karena persaingan bisnis,
-Pembunuhan karena menghilangkan, jejak,penghilangan barang bukti serta pelenyapan saksi,
-Pembunuhan karena mempertahankan kekuasaan,(contoh Kasus Rumania dan Tiananmen)
-Pembunuhan karena rekayasa politik/permainan elit pusat pemerintahan, (berbagai kerusuhan di tempat kita, salah satu contohnya tokoh HAM, Munir),
-Pembunuhan massal oleh negara karena merebut kekayaan dan minyak di Negara lain,(Lihat sepak terjang Amerika dan Barat),
-Pembunuhan massal karena etnik (lihat kasus Bosnia tahun 1995 dll), dan lain lain.
Jika kita lihat berita sehari-hari tentang kasus pembunuhan, manakah yang paling banyak model dan motif pembunuhan tersebut ??? Pernakah si “Liberais Intelektual” itu membandingkan jumlahnya motif apa pembunuhan itu yang lebih banyak?
Lagu lama yang masih terus dinyanyikan.
Seperti anak-anak masih usia TK yang masih menonjol egoismenya seolah-olah hanya dia yang punya, hanya dia yang tahu. Orang-orang Pergerakan Islam dianggap orang yang tidak mengertii bahwa masyarakat kita adalah masyarakat yang Heterogen dan Majemamuk. Lebih jauh lagi kadang sampai menuduh syari’at Islam yang selalau dibenturkan dan dianggap tidak sesuai dengan masyarakat Heterogen dan Majemuk.
Sedemikian benci dan dendamnya kepada aktifits Pergerakan sampai tidak tahan lagi isi perutnya keluar melalu ucapan “Kaum Islamis di negeri ini patut bersyukur, karen kita tidak akan membunuh mereka. Di Mesir, mereka dibunuh dan dinistakan,” Lagu lama yang masih dinyanyikan terus seputar thema Masyarkat Heterogen, Majemuk dan Pluralisme.
Sedikit fakta sejarah berikut ini mudah-mudahan kita akan mendapatkan fakta-fakta sebaliknya. Bahwa Ummat Islamlah yang paling banyak tolerasi, mengalah serta peling mengerti masyarakat hetoregen dan majemuk. Fakta-fakta itu sebagai berikut :
1. Penghapusan tujuh kata dalam piagam Jakarta, karena ada issue ancaman dari Indonesia timur akan memisahkan diri dari Indonesia. Hingga saat ini isue itu masih misterius siapa oknum yang mengancam itu. Ummat Islam pun menerima.
2. Kalender Nasional dan Kalender Pendidikan memakai kalender Masehi (Nashrani), bukan kalender Islam (Hijriyah) sehingga sangat susah dan ribet ketika menentukan libur Ramadhan dan libur hari raya... terutama mengatur liburan sekolah, ummat Islampun dapat menerima...
3. Hari libur pekanan hari Minggu (Nashrani), bukan hari besar Islam (Jum'at ) Ummat Islam Mengalah....
4. Tahun Baru Imlek dan Tahun baru Masehi peraayaannya jauuuh lebih besaaarr dan lebih gebyaaaarrrr. dari pada tahun baru Islam. lagi lagi ummat Islam tidak iri hati.
5. Pemaksaan asas tunggal terhdap organisasi apapun pada zaman orde baru, yang di rekayasa oleh kelompok "Tanah Abang" otak utamanya non Muslim, lagi lagi Ummat Islam yang sangat terpojok pada saat itu, sampai terjadi meletusnya pristiwa priok....para aktifis HAM bungkam.... (karena korbannya Ummat Islam)
6.. Pemecatan Siswi jilbab, dari SLTA Negeri selama 12 Tahun, ( 1980 - 1992 ) sampai ribuan korban gadis berjilbab yang di usir dari sekolah negeri.. orang2 tidak ada yang teriak HAM, termasuk aktifis HAM nya juga cicing wae..
7. Nama-nama gedung gedung besar terutama di jakarta, sangat kental dengan bahasa yang digunakan oleh non Muslim. ( Contoh : Arthaloka, Graha Purna Yudha, Manggala Wana Bhakti dsb)
8. Lebih dari 30 Jenis-jenis Penghargaan oleh Presiden, semuanya memakai nama-nama yang juga sangat kental dengan bahasa yang digunakan oleh non Muslim. Berikut ini sebagian contoh kecil penghargaan di Bidang Militer
a. Bintang Kartika Eka Pakçi, terdiri atas tiga kelas:
b. Bintang Swa Bhuwana Paksa, terdiri atas tiga kelas
Ummaat Islam pun tidak pernah mempermasalahkannya...
9. Pristiwa ambon yang sangaat Jelas, pembantaian terhadap orang orang yang baru selesai sholat Ied,, saksinya jutaaan manusia, tetapi sampai diluar negeri beritanya jadi sangat terbalik, bahwa Ummat Islam lah yang mendahului.. ( sudah jatuh, tertiban tangga pula) sudah dibantai, difitnah pula....
10. Komposisi PNS dan Pejabat berdasarkan Agama di beberapa provinsi tidak proposional jika dibanding dengan komposisi agama penduduknya. ummat Islam tidak mempermasalahkan, walaupun secara proporsional dipertanyakan...
11. Bicara Korban Pembantaian apalagi, siapa yang banyak korban..? Pristiwa Priok, Lampung, Cisendo, woyla, aceh ambon, dan lain lain... Memang Ummat Islam sudah terbiasa jadi Korban Pembantaian..
12. Rekayasa global dengan Isue Terorisme, yang sangat memojokkan Ummat Islam, sangat berimbas di Indonesia, sampai sampai pesantrenpun ada yang menjadi korban tuduhan. Kita harus menerima bahwa seolah olah kalau bicara terorisme itu konotasinya Ummat Islam.... jadi Teroris sama dengan Ummat Islam, begitulah berita...
Kesimpulan betapa baik hati dan tolerannya Ummat Islam di Indonesia. Ternyata kaum Liberalis jongos Imprialis masih tidak puas juga. Sudah dikasih hati masih minta rempelo.
Pamer Kenora'an dan Kebodohan Liberalis
Dampak dari isue terorisme yang sudah pasti pertama dirugikan adalah Ummat Islam, dan yang sangat di untungan negara-negara imprealis. Dimulai dari munculnya kercurigaan terhadapa aktifitas ke Islaman, tuduhan-tuduhan irasionial kepada sebagian ummat islam, pemblokiran berbagai rekening Bank Ummat Islam yang tuduh seracara serampangan, dan ini memang bagian dari target utama.
Terhentinya berbagai penyaluran dana pembangunan sarna ibadah dan bantuan kemanusiaan dari dermawan timur tengah ke negara-negara miskin. Mereka ketakutan dituduh mensuplai logistik teroris. Termasuk terhentinya berbagai bantuan terhadap bencana alam. Kalau pun masih bisa sekarang dengan birokrasi yang sangat sulit, atau hanya tinggal orang-orang yang masih berani saja, itupun dengan perjalanan yang rumit uang itu bisa sampai kepada yang berhak menerima.
Sementara pemerintah Indonesia tidak melihat peluang ini, orang-orang yang dermawan betul-betul ingin membangun masjid di indonesia, karena di negara mereka sendiri sudah banyak masjid dan penduduknya sedikit.
Tidak ada kebijakan yang bisa menolong mempermudah orang-orang yang ingin investasi akhirat, padahal membawa devisa negara yang tidak sedikit. Pemerintah lebih suka memfasilitas infestor asing yang akan mengeruk kekayaan Indonesia. Atau karena takut sama majikan yang lagi membuat Isue terorisme tersebut.
Sebegitu bodohkan para aktifis Islam mau dijadikan permainan Isue teroriseme... ? Siapakah dibalik Isue terorisme.? Siapakah yang terlibat didalamnya ? Siapakah orang yang bisa dijadikan jongos-jongos Imprealisme, untuk turut membantu membangun opini sekaligus memfitnah para aktifis.? Jadi pertnyaanya kita balik, sebegitu bodohkan mereka sampai bisa-bisanya menuduh Aktifis seperti itu..?
Pertanyaan Seputar ISIS
Semua kita menolak cara-cara kekerasan dan pemaksaan Ideologi dengan dengan alasan dan tujuan apapun. Tetapi kita dihadapkan dengan sekian banyak pertanyaan tentang ISIS, yang seharusnya bisa dijawab oleh para profesor Sosiologi, Psikologi Sosial, Sejarawan dan sejenisnya.
Kalaupun kejadian terakhir berupa pembunuhan terhadap warga asing kita sepakat itu adalah tindakan kejam dan sadis, pertanyaannya adalah mengapa mereka bisa sampai sesadis itu ? Apa betul disebabkan oleh pemahaman keIslaman mereka ? bukan karena dendam ? atau tidak ada hubungan dengan tragedi sebelumnya, kekejaman rezim suriah Bashar al-Assad.? Mengapa para pakar Ilmu Sosial diam.? Atau mereka sudah menjadi bagian dari strategi global Imprialisme.?
Mengapa para pakar itu pada sakit gigi ketika peristiwa-peristiwa pendahuluannya yang menjadi tragedi kemanusian luar biasa dilakukan oleh Rezim Suriah ? Mengapa ketika terjadi pembantaian terhadapa anak-anak dan wanita sampai ribuan mereka diam.? Mengapa mereka tidak berani mengatakan itu teroris ? Mengapa perkembangan ISIS begitu cepat, ? Mengapa masyarakat Suriah dan Iraq banyak menyambut ISIS ? jawaban dari pertanyaan itu sangat berkaitan erat dengan berbagai peristiwa sejarah yang mendahuluinya sebelum ISIS muncul kepermukaan. Sekali lagi mengapa sebelumnya mereka diam...?
Kalau ISIS yang membunuh 3 warga asing laki-laki dewasa, disebut teroris, lagi bagaimana dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya pembantaian terhadap anak-anak dan wanita yang jumlahnya sampai ribuan? Bukankan lebih pantas disebut “Embahnya Teroris” ? lalu kenapa waktu itu sipara pengamat dan parkar cicing wae.... Semoga kita masih mememilki satu pertanyaan lagi, “ Apakah fikiran saya masih sehat gak yaa “.... [PurWD/voa-islam.com]
* Penulis:
Nama : Abdullah Muadz ( Bang Uwo )
Aktifitas :
1. Ketua Umum Assyifa Al-Khoeriyyah Subang
2. Pendiri Pesantren Ma’rifatussalaam Kalijati subang
3. Pendiri, Trainer & Presenter di “Nasteco”
4. Pendiri dan Trapis Islamic Healing Cantre
5. Pendiri LPPD Khairu Ummah Jakarta