View Full Version
Kamis, 16 Oct 2014

Bejat, Di Denmark Seks Dengan Hewan Boleh Asal Saling Menikmati

DENMARK (voa-islam.com) - Naudzubillah, akhir-akhir ini dunia maya diramaikan dengan berita tentang rencana Denmark yang akan meralang hubungan seks dengan hewan.

Gilanya, yang setuju dengan rencana ini hanya 76% sedangkan sisanya yaitu 24% tidak setuju. Jadi ada 24% orang yang menghendaki hubungan seks dengan hewan tidak perlu dilarang. Naudzhubillah min dzalik.

Membaca beritanya saja membuat kita bergidik jijik dan ngeri. Tak bisa dibayangkan ada manusia yang mengaku dirinya manusia bisa melakukan hal ini dengan hewan.

Bahkan serendah-rendahnya hewan dan sebodoh serta tak punya akalnya mereka, tak ada hewan yang sudi melakukan hubungan seks dengan manusia. Terbukti hewan-hewan ini ternyata harus dirantai dulu ketika manusia menyalurkan nafsu bejatnya itu.

Anehnya, ada peraturan di Denmark yang menyatakan boleh berhubungan dengan hewan selama tidak ada indikasi perkosaan atau penyiksaan. Dengan kata lain, kedua belah pihak antara manusia dengan si hewan saling menikmatinya.

Orang-orang gila yang melakukannya, parahnya mengatakan demikian bahwa si hewan itu menikmati hubungan seks dengan dirinya. Padahal dari foto-foto yang dikumpulkan oleh perlindungan hewan menunjukkan hewan tersebut dirantai dan kemaluannya pun berdarah-darah.

Benar-benar manusia setengah setan orang-orang ini. Eh...setan pun enggan berhubungan dengan hewan. Jadi apa sebutan untuk orang sebejat ini?

Selain Denmark ada Brazil, Kamboja, Finlandia, Hungaria, Italia, Jepang, Meksiko, Rumania, Rusia, Thailand, dan 14 negara bagian di Amerika Serikat.

Indonesia meskipun tak secara terang-terangan menyetujui kebejatan ini, tapi tak memunyai payung hukum untuk menghukum orang yang melakukannya. Sebut saja kasus orangutan di Borneo yang digunduli agar menyerupai tubuh manusia, dirantai ke dinding, dan ditidurkan di kasur.

Setiap ada laki-laki yang datang, dia langsung menyodorkan kemaluannya karena sejak kecil ternyata hewan ini sudah difungsikan melayani nafsu bejat di wisma pelacuran tersebut.

Butuh 35 polisi bersenjatakan AK-47 untuk menyelamatkan Poni, demikian orangutan tersebut diberi nama. Itu pun masih dihalangi oleh orang kampung yang merasa dirugikan bila Poni diambil. Dan apa reaksi penegak hukum atas fakta ini? Tak ada.

Kasus ini merebak hingga ke dunia internasional atas penyiksaan hewan untuk kebutuhan seksual. Pelakunya utamanya adalah pemilik rumah bordil tersebut, bebas tak mempan dijerat hukum.

Inilah bentuk kehidupan ketika nafsu dipertuhan. Seks bebas manusia dengan manusia merajalela hingga tahapan bosan dan ingin sesuatu yang beda. Hewan pun jadi sasaran.

Apakah kebebasan seperti ini yang dikehendaki oleh demokrasi yang sangat menuhankan kebebasan individu? Sungguh, sepandai apapun otak manusia ia tak akan mampu menangkap hakikat penciptaan dirinya. Jadilah ia berjalan di muka bumi membuat kerusakan di sana-sini. 

Inilah bentuk satu sistem yang enggan diatur oleh aturan Allah. Dirinya sendiri bingung menentukan apa yang terbaik untuk kehidupannya. Hingga hubungan seks yang seharusnya normal antara manusia dengan manusia demi prokreasi untuk kelangsungan jenis manusia di muka bumi, diselewengkan dengan hewan.

Innalillahi wa inna ilaihi rojiun! Semoga Allah tak menurunkan azabNya karena kebejatan satu kaum sehingga kaum yang baik pun terkena imbasnya. Yuk kita kembali ke aturan Ilahi ketika nafsu pun harus tunduk pada hukumNya, bukan hukum manusia apalagi tipe bejat seperti kasus di atas. Wallahu alam. [riafariana/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version