BANJARNEGARA (voa-islam.com) - Ramainya kabar bencana longsor di desa Jemblung, Karangkobar, Banjarnegara cukup mencuri perhatian banyak orang. Pasalnya, sudah hampir beberapa tahun ini, tiap kali menginjak bulan Desember dan penghabisan di akhir tahun, selalu datang bencana, sehinggga muncul lah sebuah rumor yang salah kaprah dengan istilah misteri Desember kelabu.
Sesaat setelah kejadian bencana tanah longsor di Jemblung, beberapa hari kemudian beredarlah sebuah foto yang ramai di internert, tentang sebuah rumah yang utuh selamat beserta kebunnya, yang dikabarkan adalah rumah seorang Ustadz atau guru ngaji, di mana terdapat juga seorang wanita hamil yang masih hidup dan akhirnya terselamatkan.
Benarkah kabar yang tersebar di dunia maya tersebut? Apakah hanya kabar itu hanya sebuah cerita yang di ada-adakan?
Menurut penelusuran wartawan voa-islam.com yang ditugaskan di lapangan, keberadaan rumah yang beredar di foto itu memang benar adanya. Bahkan ketika wartawan voa-islam.com sampai di lokasi, tidak menyia-nyiakan waktu yang ada untuk menuju rumah yang utuh dan selamat, sebagaimana yang tersebar di internet. Bersama tim dari MDMC (Muhadiyah Disester Management Center), alhamdulilah bisa menuju lokasi yang ada, meski lumpur yang menumpuk masih begitu banyaknya.
Akan tetapi, apakah rumah tersebut benar dipakai untuk pengajian atau tidak? Maka hal itu masih simpang siur, dari data yang kami peroleh justru sebaliknya, rumah itu sebenarnya bukan untuk ngaji, hanya sekedar rumah biasa. Pasalnya, di bawah kampung ada masjid yang juga ramai didatangi anak-anak untuk belajar TPA di sore hari.
Masyarakat yang tinggal di desa Jemblung, mereka mengkaji Islam di Masjid di dekat jalan, dimana Masjid itu sangat ramai dengan anak yang belajar ngaji. Pasalnya, banyak sekali sebuah cerita yang akhirnya disalahkandan akhirnya di keramatkan oleh masyarakat sekitar. Bahkan tersiar kabar Ustadz yang ngajar ngaji tersebut bisa terbang melewati tanah lumpur yang ada, adapun kisah ini kami telah cek dan ricek, dan jelas kabar itu tidak benar.
Tersiarnya kabar yang terlalu berlebihan justru akan membuat masyarakat di wilayah sekitar mempunyai asumsi yang salah. Tidak sedikit, orang yang datang ingin melihat karena mencari berkah dari rumah yang masih utuh itu.
Pak Darmo misalnya, dia bersama keluarganya datang jauh-jauh dari Wonosobo hanya ingin melihat rumah yang utuh. Karena dia meyakini bahwa rumah itu pasti bukan sembarang rumah, dia meyakini pasti ada karomahnya dan kelebihannya, demikian ungkapnya.
Ini adalah satu di antara ribuan masyarakat yang ada, bahkan tidak sedikit relawan yang datang pun juga mempunyai salah persepsi di balik rumah yang utuh. Mulai menceritakan amalan-amalan si pemilik rumah dan senjata sang pemilik rumah, sehingga rumah pun utuh. Naudzubilah, kisah-kisah itu adalah kenyataan yang ada.
Salah seorang yang sangat mengenal desa Jemblung, sebut saja Wati, dia mneceritakan kepada voa-islam.com,
“Mas tiap sore saya tuh sering jalan-jalan ke sana, karena saya merasa enak hidup di desa Jemblung, indah dan tentram. Tiap sore saya melihat itu anak-anak sama ngaji justru ngaji di Masjid pinggir jalan Mas, dan Masjid itu sudah sering di pakai ampiran masyarakat yang lewat saat turun hujan” terangnya.
Semoga keterangan di atas menjadikan kita lebih waspada dalam menerima berita. Dibalik musibah seharusnya kedekatan kita pada Allah SWT makin harus terbangun dan memperbaiki tauhid, bukan malah menyiarkan berita yang justru menjauhkan dari sisi ketauhidan karena rumor yang salah beredar. [syahid/protonema/voa-islam.com]