View Full Version
Sabtu, 10 Jan 2015

Dengan Demokrasi dan Kebebasan Charlie Hebdo Megejek Nabi Muhammad

PARIS (voa-islam.com) - Dengan dasar dan dalih demokrasi serta kebebasan para jurnalis bisa berbuat apa saja, termasuk menghina Nabi Muhammad Shallahu alaihi wassalam.

Para kartunis di media Charlie Hebdo berbuat sangat tidak pantas menghina dan menistakan Nabi Muhammad melalui kartun-kartun yang mereka buat.

Dengan demokrasi dan kebebasan (liberte), mereka tidak peduli dengan perasaan 7 juta Muslim yang hidup di Perancis. Mereka berbuat dengan penuh kebencian dan penistaan terhadap tauladan Muslim di seluruh dunia.

Mereka tidak lagi memperhatikan norma-norma pergaulan yang ada di dalam masyarakat. Dengan kebebasan mereka bertindak apa saja, guna memuaskan kebencian mereka terhadap Islam.

Masyarakat sekuler Eropa yang berlandaskan demokrkasi dan liberalisme yang bersumber dari paganisme agama musyrikin  (Yahudi dan Nasrani) telah menuju kehancuran. Lihat parlemen di negara-negara Uni Eropa termasuk Perancis telah meratifikasi (mensahkan) undang-undang yang membolehkan kawin antar jenis.

Bahkan, bagaimana seorang pemimpin negara seperti Perancis, yaitu Presiden Holande, hidup dengan kumpul dengan pasangannya, tanpa ikatan pernikahan. Mula dengan seorang wartawati dan kemudian sekarang kumpul kebo dengan bintang film. Ini menggambarkan betapa bobroknya kehidupan di Perancis.

Namun, yang paling pokok sekarang ini, berlangsung perang yang nyata-nyata perang, antara kaum Muslim dengan kafir musyrik, yang berkedok dengan ideologi demokrasi dan liberalisme.

Atas nama demokrasi dan liberalisme mereka melakukan agresi militer di negara-negara Muslim membela para 'budak' penjajah Perancis. Seperti yang terjadi di Mali.

Di mana Muslim yang ingin menegakkan Isam dan Syariah, kemudian di agresi dengan mengirim pasukan ke Mali, dan melakukan pembantaian terhadap Musim yang ingin berlandaskan hidup mereka dengan Syariah.

Perancis bersama dengan koalisi yang dipimpin AS, sekarang memerangi para pejuang Islam di Suriah dan Irak. Inilah yang sangat tidak bermoral. Mereka menuduh Muslim sebagai teroris, tetapi mereka lebih jahat dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Muslim.

Muslim tidak melakukan agresi ke negara Barat dan Eropa, dan melakukan pembunuhan terhadap rakyat mereka.Tapi AS dan Eropa masuk ke negara-negara Muslim dengan membunuhi Muslim dan menyebarkan agama Kristen. Inilah hekekat yang terjadi sekarang ini.

Mengapa mereka menjadi marah, ketika ada kartunis dan media yang menghina Nabi Shallahu alaihi wasslam, kemudian di bunuh. Bagaimana kalau Presiden Hollande dihina dan dinistakan oleh Muslim?

Charlie Hebdo beberapa kali menerbitkan kartun Nabi Muhammad dengan judul Charia Hebdo. Stephane Charbonnier, editor Charlie Hebdo, juga beberapa kali menerima ancaman pembunuhan. Namun, pembunuhan itu menjadi kenyataan pemimpin redaksi Charlie Hebdo dan tiga kartunis lainnya  tewas pada Rabu (07/01) 

Charlie Hebdo merupakan produk tradisi lama dalam jurnalisme Prancis. Tradisi ini menggabungkan radikalisme sayap kiri dengan jenis humor provokatif yang cenderung cabul.

Pada abad ke-18, jenis humor tersebut menargetkan keluarga kerajaan, dengan menyebarkan rumor-rumor mengenai kelakuan seksual dan korupsi yang terjadi di Istana Versailles lewat cerita dan gambar.

Setelah kaum royalis disingkirkan, tradisi itu mengincar kelompok lain, politisi, polisi, bankir, dan pemuka agama. Senjatanya adalah humor satire. Kebiasaan lama yang cenderung kurang ajar tersebut – separuh mengejek, separuh mempromosikan diri sendiri – tetap diterapkan untuk mencibir.

Kartun provokatif

Jika dihitung sirkulasi Charlie Hebdo  tidak tinggi – bahkan selama 1981 hingga 1991, majalah itu tidak terbit, karena bangkrut.  Namun, karena kartun halaman depan majalah itu selalu mencolok dan judul menghasut, Charlie Hebdo  tetap dapat eksis.

Karikatur adalah fitur utama Charlie Hebdo. Tak segan-segan  Nabi Muhammad pun menjadi bahan olok-olok yang sangat mencolok. Ini bagian cara yang dilakukan oleh Charlie Hebdo menistakan Islam. Tak tanggung-tanggung yang dihinakan Nabi Muhammad Shallahu alaihi wassalam.

Sebagai majalah, Charlie Hebdo sering dibandingkan dengan saingan mereka, Le Canard Enchaine, yang selama ini lebih terkenal. Kedua publikasi tersebut dilatarbelakangi keinginan yang sama untuk menantang kelompok penguasa.

Tema yang diusung Le Canard biasanya mengenai kabar gosip dan informasi dalam, sedangkan konten Charlie lebih kasar dan kejam - menggunakan kartun dan ketajaman kontroversial.

Perang Ideologi

Edisi 19 September 2012:

Seperti posisi mereka dalam ekstrem kiri perpolitikan Prancis, masa lalu Charlie Hebdo juga dibumbui perpecahan dan pengkhianatan ideologi, salah satu editor lama mereka mengundurkan diri setelah perdebatan mengenai karikatur anti-Yahudi.

Kebanyakan dari staf mereka – kartunis dan penulis – menggunakan nama pena. Sebelum serangan hari Rabu, tim mereka dipimpin oleh Charbonnier dikenal dengan nama Charb - kartunis lainnya bernama Riss. Namun semua orang mengetahui nama asli mereka.

Berdirinya Charlie Hebdo bermula dari publikasi satire lainbta bernama Hara-Kiri yang populer sekitar 1960-an. Pada tahun 1970 terjadi dua peristiwa yang berujung pembentukan Charlie Hebdo. Kedua kejadian tersebut adalah sebuah kebakaran di diskotek yang menewaskan lebih dari 100 orang dan mangkatnya mantan Presiden Prancis Charles de Gaulle.

Hara-Kiri menerbitkan majalah mereka dengan judul yang mengejek kematian Gaulle: Bal tragique a Colombey - un mort, yang berarti “Tarian tragis di Colombey (kediaman Gaulle) – satu tewas.”

Kontroversi tersebut mengakibatkanHara-Kiri ditutup. Staf Hara-Kiri kemudian membuat majalah baru – yaitu Charlie Hebdo. Menurut mereka nama tersebut dipilih karena mereka juga mencetak komik Amerika, Charlie Brown.

Seperti Perancis yang terus menerus terjadi perang ideologi, antara kalangan sayap kanan yang sangat konservatif dengan kalangan kiri. Sekarang politik dikuasai oleh saya kiri, dan cenderung sangat liberal. Namun, tetap saja mereka mereka tidak suka dengan berkembangnya Islam di negeri mode itu.

Isam di Perancis merupakan populasi terbesar di Eropa dengan jumlahnya yang mencapai hampir 7  juta. Perancis yang pernah menjajah negeri-negeri Muslim di Afrika dan Timur Tengah, sekarang menjadi pusat pergerakan Islam di Eropa, selain Jerman. Sebuah realitas baru. Tidak kurang dari 1400 pemuda Muslim yang sekarang ini terjun di  kancah jihad di Suriah dan Irak. 

Tak ada satupun  yang dapat menghalangi bangkitnya Islam di Eropa. Presiden Perancis Hollande, mengatakan, tidak ada kaitan apapun pelaku penembakan terhadap awak media Charlie Hebdo.  Tapi, mereka yang sudah syahid itu, tak rela Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasslam di dihina. [dimas/voa-islam.com]  

 


latestnews

View Full Version