View Full Version
Selasa, 09 Jun 2015

Tanggapi Kicau Menteri Agama, Mudir Ponpes Salman: Tak Berpuasa Ramadhan Dipenjara, Bukan Dihormati

JAKARTA (voa-islam.com) - Merebaknya kicau Twitter kontroversial yang dilontarkan Menteri Agama Lukman Syarifuddin, ia menilai tak hanya orang berpuasa yang harus diperhatikan dan dihormati. Orang yang tak berkewajiban atau lagi tidak berpuasa pun harus tetap dihormati.



"Warung2 tak perlu dipaksa tutup. Kita hrs hormati juga hak mrk yg tak berkewajiban dan tak sedang berpuasa," tulis Lukman di laman Twitter pribadinya, @lukmansaifuddin, Jumat (5/6/2015) pekan lalu.

Banyak kalangan menilai Menteri Agama berani bersikap yang sama kepada non muslim, misalnya dengan menyatakan jangan paksa muslim mengenakan pakaian santa, “Nanti saat Natal, tolong buat pernyataan juga pak @lukmansaifuddin —> “Jgn paksa karyawan muslim utk memakai atribut Natal” kicau akun @ratuAyie.

Desember silam Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan kementeriannya tidak akan mengeluarkan peraturan tentang penggunaan atribut Natal bagi karyawan muslim, sebab hal itu dilarang agama. Oleh karenanya, seorang Muslim tidak boleh dituntut untuk memakai topi sinterklas demi menghormati Natal. Sebaliknya, pemeluk agama lain juga tidak diperkenankan memakai atribut yang tidak mencerminkan agamanya. Maka tidak boleh menuntut seorang perempuan non-muslim untuk memakai jilbab demi menghormati Idul Fitri.

“Masing-masing kita dituntut untuk dewasa dan bijak untuk tidak menuntut apalagi memaksa seseorang menggunakan pakaian atau atribut agama yang tak dianutnya,” kata Menag seperti dikutip Republika, Rabu (10/12/2014).

Ustadz A. Romadlan D, MA Mudir Ponpes Salman Al-Farisi turut menyikapi pernyataan kontroversial yang menyatakan harusnya menghormati mereka yang tidak berpuasa maka kami akan membawakan satu pendapat ulama Syafi'iiyah sebagai berikut, Al-Imam Muhyiddin An-Nawawi dalam menjelaskan Hadits Riwayat Muslim 1/53 Kitabul Iman, "Bab al-Amru biqital an-Nas Hatta Yaqulu Laila Illallah Muhammad Rasulullah", beliau menjelaskan:

أن الصوم لا يقاتل الإنسان عليه، بل يحبس ويمنع الطعام والشراب

"Bahwasanya (meninggalkan) Puasa tidaklah (menjadikan) manusia diperangi, akan tetapi dipenjara dan ia dilarang untuk makan dan minum".

Dari penjelasan Al-Imam an-Nawawi dapat diambil Faidah bahwa:

1. Puasa adalah syariat yang wajib dilaksanakan setiap muslim di bulan Ramadhan terkecuali yang udzur syar'i.

2. Yang wajib dihormati adalah mereka yang menjalankan kewajiban puasa bukan sebaliknya, maka bagi mereka yang tidak berpuasa sebaik mungkin tidak memancing orang untuk membatalkan puasanya.

3. Pernyataan Imam Nawawi sangat jelas bahwa mereka yang menyengaja di bulan Ramadhan tanpa udzur syar'i harus mendapat hukuman penjara dan dilarang untuk makan dan minum, bukan malah dihormati.

4. Pernyataan harus menghormati mereka yang tidak berpuasa dapat menimbulkan persepsi bahwa pembuat pernyataan tersebut menyuruh kita untuk "menghormati pelanggar syariat Allah" yang seharusnya kita harus kita cegah.

5. pernyataan yang mengatakan harus menghormati orang yang tidak berpuasa, tidak lain adalah pernyataan yang tidak ada dasar dalam agama.

Demikian pandangan kami tentang bathilnya pernyataan harus seorang muslim menghormati mereka yang tidak berpuasa. Wallahu 'alam bish Shawab

Demikian penjelasan Ustadz A. Romadlan D, MA dalam mendudukan kontroversi seputar menghormati yang tidak puasa. [adivammar/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version