JAKARTA (voa-islam.com)—Ketua PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas dalam sebuah diskusi yang dihadiri pula oleh Umar Shahab, Ketua Dewan Syuro Ahlulbait Indonesia (ABI) mempertanyakan soal fatwa ulama Syiah yang membolehkan memberikan istri kepada tamu untuk digauli.
“Saya pernah baca sebuah twitter dari ulama-ulama Syiah. Bahkan mengatakan, diantara akhlak tuan rumah adalah menyuguhkan istrinya kepada para tamu, dimut'ah atau tidak,” kata Yunahar saat diskusi bertemakan “Syiah, Sektarian, dan Geopolitik di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta pekan lalu.
Pada kesempatan tersebut, Yunahar menantang jika memang fatwa ulama Syiah tidak benar maka perlu bantahan yang jelas dari kelompok Syiah, termasuk ABI sebagai ormas Syiah.
“Itu tidak ada yang membantah. Harusnya ABI, kalau itu memang palsu ya dibantah,” tantang Yunahar.
Dalam sesi berikutnya, Umar Shahab menyebutkan bahwa ulama atau marja Syiah yang membolehkan dan percaya kepada hal tersebut adalah bodoh. Namun, sayangnya tidak ada bantahan secara ilmiah seperti yang diminta Yunahar Ilyas.
“Yang meyakininya itu bodoh. Hanya orang-orang bodoh yang mempercayainya,” kata Umar.
...Mereka bantahnya selalu lisan, tidak mau tertulis. Kalau dikatakan ini bukan taqiyah, maka itulah taqiyah. Itu bagian dari taqiyah, sulit kita menilainya."
Usai diskusi, Yunahar menyebutkan bahwa hal yang diperlukan oleh masyarakat adalah bantahan yang jelas dan tegas. Yunahar menyebutkan bahwa Syiah selalu membantah dengan lisan dan tidak mau membantah lewat tulisan.
“Sebetulnya gampang saja, tulis buku yang meyebutkan bahwa Al Kafi (Kitab Syiah) tidak benar, dan beberapa permasalahan tidak benar. Mereka bantahnya selalu lisan, tidak mau tertulis. Kalau dikatakan ini bukan taqiyah, maka itulah taqiyah. Itu bagian dari taqiyah, sulit kita menilainya,” kata Yunahar.
Yunahar pun bercerita bahwa ulama Iran pun ketika mendapati pertanyaan hal yang sama tidak mau menuliskan hal tersebut adalah salah.
“Ulama Iran pun kalau disebutkan bahwa di Al Kafi terdapat hal seperti ini dan ini, jawabannya persis sama, tidak semuanya benar. Tapi mereka tidak mau nulis bahwa yang ini tidak benar,” tegas Yunahar.* [Sendia/Syaf/voa-islam.com]