SOLO (voa-islam.com)--Jawa memiliki riwayat penting dalam kehidupan berbudaya dan bermasyarakat dalam beberapa periodesasi sejarah di Indonesia. Proses pemberadaban Jawa dengan ajaran Islam mulai terabaikan.
Direktur Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI) Solo Arif Wibowo mengungkapkanJawa adalah sumber kekuatan Islam di Nusantara. Nilai-nilai dan ajaran islam tumbuh subur pada kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Pemisahan antara Islam dan budaya Jawa terjadi sejak era kolonial.
Pemerintah kolonial saat itu menghancurkan keraton- keraton Islam di Jawa yang saat itu sangat baik segi keislamannya. Salah satunya babad pakepung yaitu peristiwa pengepungan terhadap Pakubuwana IV, raja Kraton Kasunan Surakarta Hadiningrat oleh pemerintah kolonial.
PB IV dikenal masyarakatnya sebagai raja yang taat menjalankan ajaran agama Islam. Ia tidak meninggalkan shalat lima waktu, shalat Jumat beliau bertindak sebagai khatib. Bahkan pada masa kepemimpinannya, PB IV mengharamkan minuman keras dan candu.
“Pemisahan antara Islam dan budaya Jawa terjadi sejak era kolonial. Pemerintah kolonial menghancurkan kraton yang kental dengan ajaran Islam,” kata Arif.
Pemisahan umat Islam dari akar budayanya juga terjadi sejak mencuatnya gagasan modernisme. Era modern menjadi kran pembentukan wacana- wacana pemikiran Barat yang memandang tradisi sebagai hal yang harus dihindari. Hal ini berujung pada nasib kebudayaan termasuk kebudayaan Islam di Jawa hanya sebagai sebuah karya seni untuk dijadikan aset daerah.
Lanjut Arif, di Solo mayoritas masyarakat sudah asing dengan makna Sekaten. Padahal Sekaten merupakan upacara memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Namun kini berubah menjadi arena hiburan pasar malam dan rebutan gunungan makanan.
Masyarakat tidak lagi menjadikan Sekaten sebagai momentum untuk berdoa bersama di masjid dan mengintrospeksi diri bahwa dalam kehidupan sehari-hari selalu berebut rejeki.
“Sekaten malah menjadi pasar malam dan dimasukan dalam agenda tahunan yang berguna untuk kepentingan perekonomian daerah. Ini sebuah logika pemikiran yang sudah menyimpang dari akar sejarahnya,”tandas Arif.* [Arief/Syaf/voa-islam.com]